REKAYASA ‘AROFAT
si SYAIKH PLAGIAT
Bantahan Atas Tuduhan-Tuduhan Miring Dan Mengada-Ada Terhadap Syaikh Yahya Al-Hajuri Hafidhohulloh.
Di Tulis Oleh:
Husain bin Ahmad Al Hajuri
Penterjemah:
Abu Ja’far Harits Al-Minangkabawi dan Abu ‘Abdirrohman Siddiq AlBanjari
DARUL HADITS
DAMMAJ
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أما بعد:
Saya telah membaca hasil rekasaya seseorang yang dipanggil dengan nama ‘Arofat bin Hasan Al Muhammady, berupa rekayasa dari panutannya -para hizby maftun- terhadap Syaikh Yahya, dan kepada dakwah yang diberkahi ini.Tulisannya tersebut, ditampilkan di situs-situs mereka selama tujuh bulan. Padanya terpampang judul selain nama yang dibuat oleh panutannya terdahulu (Al Bayanul Faury).
Maka saya berkinginan untuk membongkar kepalsuannya, dan mamperlihatkan kejahatan, kedustaan dan kefajiran (maksiat)nya dalam lembar komentar yang ringkas ini. Karena kebatilan -dengan izin Alloh- akan binasa dan kalah walaupun dengan sesuatu yang lebih sederhana dari tulisan ini.
Maka Saya katakan dengan taufiq Alloh ta’ala:
Penjelasan Tentang Keganjilan-Keganjilan Yang Terdapat Pada Taqdim (rekomendasi) ‘Ubaid Al Jabiry (terhadap tulisan si ‘Arofat)
Pertama, perkataannya (‘Ubaid): “Murid kami Asy Syaikh ‘Arofat …”
Saya katakan: Yang terjadi, justru kamulah yang belajar dan menyambut apa yang dibawa oleh orang-orang jahil seperti ‘Arofat dan yang semisalnya, dari kalangan promotor fitnah ini dari awal sampai sekarang. Dengan talqin (pendiktean dan pembisikan) mereka ini, mereka telah berhasil menangkapmu di dalam jerat hizbiyyah mereka.
Rasanya tidak mengapa, untuk mengingatkanmu tentang bahayanya (bagi orang yang) menerima talqin begitu saja, sebab-sebab dan kelemahan pelakunya.
Adapun diantara penyebabnya adalah ikhtilath (kepikunan/ bercampurnya ingatan) ataupun kebutaan. Terkadang hal tersebut disertai sikap lalai pada orang tersebut. Diantara contohnya:
• Yazid bin Abi Ziyad Al Qurosy. Al Hafizh berkomentar dalam biografinya, sebagaimana termaktub di At Taqrib: “(Dia) dho’if, lanjut usia sehingga dia berubah (keadaannya), sehingga menjadi seorang yang ditalqin.
• Yahya bin Muhammad bin ‘Abbad Asy Syajary, Al ‘Uqoily berkomentar dalam biografinya, “Termasuk kalangan dhu’afa’ (rowi-rowi dho’if), yang dihadistnya terdapat kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan. Dia seorang yang buta, dan sebagaimana kabar yang sampai kepada saya, “Dia ditalqin”. Al Hafizh juga berkomentar sebagaimana di At Taqrib: “(Dia) dho’if, dahulunya dia seorang yang buta, dan dia ditalqin”.
‘Ubaid berkata: “Sebagaimana aku mentahdzir agar jangan datang ke Markiz Dammaj, sampai markiz tersebut kembali kondisinya pada apa yang didirikan di atasnya oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berupa penetapan hukum-hukum dan dakwah ilallah berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, sesuai dengan paham Salafush Shalih. Ini tidak akan terwujud kecuali dengan kerjasama serius antara empat pihak, yang mereka itu mampu mewujudkannya dengan idzin Allah.
Pihak Pertama, Para penuntut ilmu yang mulia, dan orang-orang yang memiliki ghirah serta orang-orang yang cerdas dari Qabilah Wadi’ah. Terutama dari kalangan para famili pendiri markiz ini rahimahullah. Yaitu dengan melakukan tindakan segera dan serius kepada pihak berkompeten di pemerintahan untuk menjauhkan Al-Hajuri dari Markiz ”
Saya katakan: Perkataan ini mengandung kemiripan (perbuatan) ‘Ubaid dengan (orang-orang di masa) jahiliyyah.
Al Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab An Najdy -Rohimahulloh, mengatakan (di Kitab Masa’ilul Jahiliyyah), masalah yang ke enam puluh dua: “Keadaan mereka, yang kalau dikalahkan dengan hujjah, maka mereka akan berlindung dengan pedang (yakni: kekerasan) dan mengadu kepada penguasa, mengklaim kerendahan mereka didepan raja, serta bahwasanya masyarakat telah berpaling dari agama (raja)nya”.
Alloh Ta’ala mengatakan dalam surat Al A’rof:
﴿أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ﴾
“Apakah engkau biarkan musa dan kaumnya berbuat kerusakan di atas bumi”
Maka lihatlah kepada pengaduan keluarga Fir’aun dan kaumnya kepadanya, serta hasutan mereka kepadanya untuk memerangi Musa ‘Alaihis salam, dan membangkitkan kemarahannya (Fir’aun). Dan apa yang disebutkan di akhir ayat merupakan bentuk perendahan apa-apa yang mereka pada padanya.
Al Imam Al Wadi’iy -Rohimahulloh- berkata tentang Ikhwanul Muslimin: “Dan yang lebih besar dari hal ini -yakni mengutus perusuh ke muhadhoroh Ahlus Sunnah- mereka merebut masjid Ahlus Sunnah ketika Mentri Al Awqof berasal dari kalangan mereka” (Al Ba’its ‘Ala syarhil Hawadist hal 19).
Dan beliau -Rahimahulloh- juga berkata: “Sesungguhnya ikhwanul Muslimin mengutus seorang yang blo’on(dungu) ke masjid Dammaj, dan dia mencela pemerintah untuk melemparkan tanggung jawab kepada Ahlus Sunnah(agar ahlu sunnah mempertanggung jawabkan perbuatan sibloon ini), dan mengeluarkan(mengusir) mereka dari masjid”(Al Ba’its hal 20).
Ini adalah metode para mubtadi’ yang ingin memfitnah ahlus Sunnah kehadapan pemerintah. Saya sarankan pembaca untuk membaca risalah berjudul “Daf’ul Ghummah bi Wisyayatil Mubthilin wal mubtadi’ah ilal Wulah bi Ahlis Sunnah” karya Akhuna Abu Fairuz Al Indunisy, pada risalah tersebut terdapat tambahan yang cukup bagus tentang masalah ini.
Pada akhir taqdim ‘Ubaid yang mengandung desas-desus dan omongan serampangan di satu sisi, serta kelakar dan kelucuan di sisi yang lain, dia berkata: “… hendaknya mereka menuntut ilmu kepada orang-orang yang di kenal dalam pengajaran ummat dengan cara yang hikmah dan nasehat yang bijaksana. Mereka itu -wa lillahil Hamd- jumlahnya banyak di Yaman, Arob Saudi dan negeri-negeri Islam yang lain”.
Aku katakan: “Ucapan ini muncul dari seseorang yang merasa takjub dengan dirinya sendiri, kemudian syaithon menghiasi kalau igauannya itu bakal memberi pengaruh. Karena itulah, anda (wahai pembaca) melihat dia senantiasa mengulangi kalimat tersebut di berbagai kesemptan, namun justru perkataannya tersebut sekedar menjadi bahan cemoohan(untuknya).
(Terbukti)Terus-menerus para pendatang silih berganti mencapai ratusan, bahkan ribuan untuk melepaskan dahaga mereka terhadap ilmu Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh di markas ilmiyyah, salafy yang di berkahi ini(Darul Hadits Dammaj). Di bawah bimbingan Al ‘Allamah As Salafy An Nashihul Amin Yahya in ‘Ali Al Hajury.
)قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آل عمران:[119
“Katakanlah kepada mereka : Matilah kalian dengan kemarahanmu sesungguhnya Alloh “Aliim”(Maha Mengetahui) apa yang tertera dalam dada”
Dan yang cocok untuk disandang oleh kondisi ‘Ubaid ini adalah perkataan seorang penya’ir -sebagaimana di Tarikh Baghdad (13/ 230):
ألا قل لمن كان لي حاسدا** أتدري على من أسأت الأدب
أسأت على الله في فعله** لأنك لم ترض لي ما وهب
فجازاك عنه بأن زادني ** وسد عليك وجوه الطلب
Perhatikanlah: Katakanlah kepada orang yang hasad kepadaku, “Tahukah kepada siapa kamu telah kurang ajar??”.
“Kamu telah kurang ajar kepada Alloh dan perbuatanNya, karena engkau tidak ridho dengan apa yang telah diberikanNya kepadaku”
“Maka balasanNya bagimu, bahwasanya Dia menambahku, dan menutup bagimu sisi-sisi prmintaanmu”
Dan berkata penyair yang lain:
أصبر على حسد الحسود**فإن صبرك قاتله
فالنار تأكل بعضها **إن لم تجد ما تأكله
Sabarlah terhadap hasadnya para tukang hasad, karena kesabaranmu yang akan membunuhnya
Karena api akan memakan sebagian dirinya, jika dia tidak bisa mendapatkan apa yang bisa dimakannya
Sesungguhnya yang menjadi penyebab umat menerima dakwah Asy Syaikh Muqbil -Rohimahulloh- di awal-awal dakwah, adalah adanya tahdziran dari orang-orang yang hasad terhadap dakwahnya, seperti dari kalangan Syi’ah, namun justru penerimaan umat terhadap dakwah semakin bertambah. Sebagaimana dikatakan:
وإذا أراد الله نشر فضيلة ** طويت أتاح لها لسان حسود
لولا اشتعال النار فيما جاورت ** ما كان يعرف طيب عرف العود
Apabila Alloh ingin menebarkan kemuliaan yang tersembunyi, (Alloh) sediakan baginya lidah-lidah orang-orang yang hasad
Kalaulah bukan karena nyala api pada apa-apa disekitarmu, niscaya seseorang yang kenal wewangian tidak akan mengetahui (mana yang) gaharu (jenis minyak wangi tingkat tinggi)
‘Ubaid berkata: “Allah mengetahui, bahwa aku tidaklah bermaksud kecuali menyampaikan nasehat kepada kaum muslimin secara umum dan kepada para penuntut ilmu yang mendambakan sunnah secara khusus …”
Saya katakan: inilah adalah sumpah palsu, mana nasehat dari kefajiran-kefajiran yang engkau sampaikan ini?? Mana kebid’ahan di Darul Hadist As Salafiyyah, dan mana kesesatannya?? Para thullab yang keluar dari sini kebanyakannya adalah para hafizh Al Qur’an, dan sunnah rosululloh –shollallohu’alaihi wasallam-, dan keadaannya mereka di atas kebaikan dan Sunnah, tidak shufiyyah, tidak syi’ah dan tidak pula hizbiyyun.
Sebagian mereka ada yang selamat dan sebagaian mereka ada yang terfitnah. Tidaklah orang-orang yang berada di hizbimu itu, melainkan mereka termasuk orang-orang yang pernah menuntut ilmu di Dar (Al Hadist) ini pada zaman Asy Syaikh Muqbil dan setelah beliau di hadapan Syaikh Yahya -Hafizhohulloh-. Sekarang (kalau) mereka di sisimu bukan sebagai da’i- da’i fasad (kejelekan) dan juga bukan da’i- da’i bid’ah dan kesesatan?? Maka uffin (kalimat kejengkelan semisal cis) bagi maksiat jahiliyyah, hizbiyyah yang dibenci dan hawa nafsu …
Ini sekedar kilasan dari kemalangan yang terdapat dalam taqdimnya ‘Ubaid, dan kata-katanya yang berulang-ulang …
Saya telah memberi bagian yang cukup kepada ‘Ubaid pada bantahan-bantahan terdahulu,silahkan dibuka (file-file)bundelan-bundelan bantahan terhadap ftnah ‘Ubaid Al Jabiry, maka anda (pembaca) akan mendapatkan penjelasan yang cukup, insya Alloh Ta’ala.
si SYAIKH PLAGIAT
Bantahan Atas Tuduhan-Tuduhan Miring Dan Mengada-Ada Terhadap Syaikh Yahya Al-Hajuri Hafidhohulloh.
Di Tulis Oleh:
Husain bin Ahmad Al Hajuri
Penterjemah:
Abu Ja’far Harits Al-Minangkabawi dan Abu ‘Abdirrohman Siddiq AlBanjari
DARUL HADITS
DAMMAJ
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أما بعد:
Saya telah membaca hasil rekasaya seseorang yang dipanggil dengan nama ‘Arofat bin Hasan Al Muhammady, berupa rekayasa dari panutannya -para hizby maftun- terhadap Syaikh Yahya, dan kepada dakwah yang diberkahi ini.Tulisannya tersebut, ditampilkan di situs-situs mereka selama tujuh bulan. Padanya terpampang judul selain nama yang dibuat oleh panutannya terdahulu (Al Bayanul Faury).
Maka saya berkinginan untuk membongkar kepalsuannya, dan mamperlihatkan kejahatan, kedustaan dan kefajiran (maksiat)nya dalam lembar komentar yang ringkas ini. Karena kebatilan -dengan izin Alloh- akan binasa dan kalah walaupun dengan sesuatu yang lebih sederhana dari tulisan ini.
Maka Saya katakan dengan taufiq Alloh ta’ala:
Penjelasan Tentang Keganjilan-Keganjilan Yang Terdapat Pada Taqdim (rekomendasi) ‘Ubaid Al Jabiry (terhadap tulisan si ‘Arofat)
Pertama, perkataannya (‘Ubaid): “Murid kami Asy Syaikh ‘Arofat …”
Saya katakan: Yang terjadi, justru kamulah yang belajar dan menyambut apa yang dibawa oleh orang-orang jahil seperti ‘Arofat dan yang semisalnya, dari kalangan promotor fitnah ini dari awal sampai sekarang. Dengan talqin (pendiktean dan pembisikan) mereka ini, mereka telah berhasil menangkapmu di dalam jerat hizbiyyah mereka.
Rasanya tidak mengapa, untuk mengingatkanmu tentang bahayanya (bagi orang yang) menerima talqin begitu saja, sebab-sebab dan kelemahan pelakunya.
Adapun diantara penyebabnya adalah ikhtilath (kepikunan/ bercampurnya ingatan) ataupun kebutaan. Terkadang hal tersebut disertai sikap lalai pada orang tersebut. Diantara contohnya:
• Yazid bin Abi Ziyad Al Qurosy. Al Hafizh berkomentar dalam biografinya, sebagaimana termaktub di At Taqrib: “(Dia) dho’if, lanjut usia sehingga dia berubah (keadaannya), sehingga menjadi seorang yang ditalqin.
• Yahya bin Muhammad bin ‘Abbad Asy Syajary, Al ‘Uqoily berkomentar dalam biografinya, “Termasuk kalangan dhu’afa’ (rowi-rowi dho’if), yang dihadistnya terdapat kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan. Dia seorang yang buta, dan sebagaimana kabar yang sampai kepada saya, “Dia ditalqin”. Al Hafizh juga berkomentar sebagaimana di At Taqrib: “(Dia) dho’if, dahulunya dia seorang yang buta, dan dia ditalqin”.
‘Ubaid berkata: “Sebagaimana aku mentahdzir agar jangan datang ke Markiz Dammaj, sampai markiz tersebut kembali kondisinya pada apa yang didirikan di atasnya oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berupa penetapan hukum-hukum dan dakwah ilallah berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, sesuai dengan paham Salafush Shalih. Ini tidak akan terwujud kecuali dengan kerjasama serius antara empat pihak, yang mereka itu mampu mewujudkannya dengan idzin Allah.
Pihak Pertama, Para penuntut ilmu yang mulia, dan orang-orang yang memiliki ghirah serta orang-orang yang cerdas dari Qabilah Wadi’ah. Terutama dari kalangan para famili pendiri markiz ini rahimahullah. Yaitu dengan melakukan tindakan segera dan serius kepada pihak berkompeten di pemerintahan untuk menjauhkan Al-Hajuri dari Markiz ”
Saya katakan: Perkataan ini mengandung kemiripan (perbuatan) ‘Ubaid dengan (orang-orang di masa) jahiliyyah.
Al Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab An Najdy -Rohimahulloh, mengatakan (di Kitab Masa’ilul Jahiliyyah), masalah yang ke enam puluh dua: “Keadaan mereka, yang kalau dikalahkan dengan hujjah, maka mereka akan berlindung dengan pedang (yakni: kekerasan) dan mengadu kepada penguasa, mengklaim kerendahan mereka didepan raja, serta bahwasanya masyarakat telah berpaling dari agama (raja)nya”.
Alloh Ta’ala mengatakan dalam surat Al A’rof:
﴿أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ﴾
“Apakah engkau biarkan musa dan kaumnya berbuat kerusakan di atas bumi”
Maka lihatlah kepada pengaduan keluarga Fir’aun dan kaumnya kepadanya, serta hasutan mereka kepadanya untuk memerangi Musa ‘Alaihis salam, dan membangkitkan kemarahannya (Fir’aun). Dan apa yang disebutkan di akhir ayat merupakan bentuk perendahan apa-apa yang mereka pada padanya.
Al Imam Al Wadi’iy -Rohimahulloh- berkata tentang Ikhwanul Muslimin: “Dan yang lebih besar dari hal ini -yakni mengutus perusuh ke muhadhoroh Ahlus Sunnah- mereka merebut masjid Ahlus Sunnah ketika Mentri Al Awqof berasal dari kalangan mereka” (Al Ba’its ‘Ala syarhil Hawadist hal 19).
Dan beliau -Rahimahulloh- juga berkata: “Sesungguhnya ikhwanul Muslimin mengutus seorang yang blo’on(dungu) ke masjid Dammaj, dan dia mencela pemerintah untuk melemparkan tanggung jawab kepada Ahlus Sunnah(agar ahlu sunnah mempertanggung jawabkan perbuatan sibloon ini), dan mengeluarkan(mengusir) mereka dari masjid”(Al Ba’its hal 20).
Ini adalah metode para mubtadi’ yang ingin memfitnah ahlus Sunnah kehadapan pemerintah. Saya sarankan pembaca untuk membaca risalah berjudul “Daf’ul Ghummah bi Wisyayatil Mubthilin wal mubtadi’ah ilal Wulah bi Ahlis Sunnah” karya Akhuna Abu Fairuz Al Indunisy, pada risalah tersebut terdapat tambahan yang cukup bagus tentang masalah ini.
Pada akhir taqdim ‘Ubaid yang mengandung desas-desus dan omongan serampangan di satu sisi, serta kelakar dan kelucuan di sisi yang lain, dia berkata: “… hendaknya mereka menuntut ilmu kepada orang-orang yang di kenal dalam pengajaran ummat dengan cara yang hikmah dan nasehat yang bijaksana. Mereka itu -wa lillahil Hamd- jumlahnya banyak di Yaman, Arob Saudi dan negeri-negeri Islam yang lain”.
Aku katakan: “Ucapan ini muncul dari seseorang yang merasa takjub dengan dirinya sendiri, kemudian syaithon menghiasi kalau igauannya itu bakal memberi pengaruh. Karena itulah, anda (wahai pembaca) melihat dia senantiasa mengulangi kalimat tersebut di berbagai kesemptan, namun justru perkataannya tersebut sekedar menjadi bahan cemoohan(untuknya).
(Terbukti)Terus-menerus para pendatang silih berganti mencapai ratusan, bahkan ribuan untuk melepaskan dahaga mereka terhadap ilmu Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh di markas ilmiyyah, salafy yang di berkahi ini(Darul Hadits Dammaj). Di bawah bimbingan Al ‘Allamah As Salafy An Nashihul Amin Yahya in ‘Ali Al Hajury.
)قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آل عمران:[119
“Katakanlah kepada mereka : Matilah kalian dengan kemarahanmu sesungguhnya Alloh “Aliim”(Maha Mengetahui) apa yang tertera dalam dada”
Dan yang cocok untuk disandang oleh kondisi ‘Ubaid ini adalah perkataan seorang penya’ir -sebagaimana di Tarikh Baghdad (13/ 230):
ألا قل لمن كان لي حاسدا** أتدري على من أسأت الأدب
أسأت على الله في فعله** لأنك لم ترض لي ما وهب
فجازاك عنه بأن زادني ** وسد عليك وجوه الطلب
Perhatikanlah: Katakanlah kepada orang yang hasad kepadaku, “Tahukah kepada siapa kamu telah kurang ajar??”.
“Kamu telah kurang ajar kepada Alloh dan perbuatanNya, karena engkau tidak ridho dengan apa yang telah diberikanNya kepadaku”
“Maka balasanNya bagimu, bahwasanya Dia menambahku, dan menutup bagimu sisi-sisi prmintaanmu”
Dan berkata penyair yang lain:
أصبر على حسد الحسود**فإن صبرك قاتله
فالنار تأكل بعضها **إن لم تجد ما تأكله
Sabarlah terhadap hasadnya para tukang hasad, karena kesabaranmu yang akan membunuhnya
Karena api akan memakan sebagian dirinya, jika dia tidak bisa mendapatkan apa yang bisa dimakannya
Sesungguhnya yang menjadi penyebab umat menerima dakwah Asy Syaikh Muqbil -Rohimahulloh- di awal-awal dakwah, adalah adanya tahdziran dari orang-orang yang hasad terhadap dakwahnya, seperti dari kalangan Syi’ah, namun justru penerimaan umat terhadap dakwah semakin bertambah. Sebagaimana dikatakan:
وإذا أراد الله نشر فضيلة ** طويت أتاح لها لسان حسود
لولا اشتعال النار فيما جاورت ** ما كان يعرف طيب عرف العود
Apabila Alloh ingin menebarkan kemuliaan yang tersembunyi, (Alloh) sediakan baginya lidah-lidah orang-orang yang hasad
Kalaulah bukan karena nyala api pada apa-apa disekitarmu, niscaya seseorang yang kenal wewangian tidak akan mengetahui (mana yang) gaharu (jenis minyak wangi tingkat tinggi)
‘Ubaid berkata: “Allah mengetahui, bahwa aku tidaklah bermaksud kecuali menyampaikan nasehat kepada kaum muslimin secara umum dan kepada para penuntut ilmu yang mendambakan sunnah secara khusus …”
Saya katakan: inilah adalah sumpah palsu, mana nasehat dari kefajiran-kefajiran yang engkau sampaikan ini?? Mana kebid’ahan di Darul Hadist As Salafiyyah, dan mana kesesatannya?? Para thullab yang keluar dari sini kebanyakannya adalah para hafizh Al Qur’an, dan sunnah rosululloh –shollallohu’alaihi wasallam-, dan keadaannya mereka di atas kebaikan dan Sunnah, tidak shufiyyah, tidak syi’ah dan tidak pula hizbiyyun.
Sebagian mereka ada yang selamat dan sebagaian mereka ada yang terfitnah. Tidaklah orang-orang yang berada di hizbimu itu, melainkan mereka termasuk orang-orang yang pernah menuntut ilmu di Dar (Al Hadist) ini pada zaman Asy Syaikh Muqbil dan setelah beliau di hadapan Syaikh Yahya -Hafizhohulloh-. Sekarang (kalau) mereka di sisimu bukan sebagai da’i- da’i fasad (kejelekan) dan juga bukan da’i- da’i bid’ah dan kesesatan?? Maka uffin (kalimat kejengkelan semisal cis) bagi maksiat jahiliyyah, hizbiyyah yang dibenci dan hawa nafsu …
Ini sekedar kilasan dari kemalangan yang terdapat dalam taqdimnya ‘Ubaid, dan kata-katanya yang berulang-ulang …
Saya telah memberi bagian yang cukup kepada ‘Ubaid pada bantahan-bantahan terdahulu,silahkan dibuka (file-file)bundelan-bundelan bantahan terhadap ftnah ‘Ubaid Al Jabiry, maka anda (pembaca) akan mendapatkan penjelasan yang cukup, insya Alloh Ta’ala.