DOSA–DOSA
BESAR
PARA MAJAHIL
dalam fitnah ibnai mar'i
Penulis
Abu Turob Saif bin Hadhor Al-Jawi
DARUL HADITS
DAMMAJ
Muqoddimah
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهد الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادى له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدًا عبده ورسوله.
+ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا_[النساء/1]
+يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ_[آل عمران/102]
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا_ [الأحزاب/70، 71]
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد > وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار.
Berikut ini kami sebutkan beberapa dosa besar yang berhak di tanggung oleh para majahil (orang yang menyembunyikan identitas baik dengan menyamarkan nama atau mengganti nama yang tidak masyhur) dalam kaitannya penyebaran fitnah dikalangan kaum muslimin, dengan tujuan membela kejahatan dan agar tidak diketahui oleh khalayak, karena memang dibelakang itu ada maksud kotor dan mengandung dosa, berlandaskan hadits Nawwas bin Sam'an :
عن النواس بن سمعان الأنصاري قال : سألت رسول الله صلى الله عليه و سلم عن البر والإثم ؟ فقال:" البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس". [رواه مسلم ( 2553 )]
Bahwa beliau bertanya kepada Rosululloh > tentang kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab: "Kebajikan adalah akhlaq yang baik dan dosa adalah apa yang bergetar dalam jiwamu dan kamu benci apabila manusia mengetahuinya".[HR Muslim]
Dan sungguh para majahil itu bukanlah orang baik bahkan orang jahat, karena dia telah berbohong kepada Alloh kepada makluqNya dan bahkan kepada diri sendiri, dan kita sepakat bahwa dusta dan bohong adalah dosa dan kejahatan, demikian pula dia otomatis telah menyembunyikan kejahatan yang bergetar di jiwanya, dan tidak suka kalau kegundahan jiwanya diketahui oleh orang lain, lebih-lebih kalau dia termasuk yang pernah belajar ilmu hadits atau mengaku sebagai salafi atau pembela kebenaran, yang lebih menunjukkan kekotoran dan kejelekannya, karena dia tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya, dan menyembunyikan ilmu tersebut.
Bahkan lebih parahnya dia berusaha mencari seribu alasan dan argument untuk membenarkan kesalahan yang dia sendiri telah meyakininya kalau memang dia masih memiliki kejujuran terhadap dirinya sendiri.
Semoga tulisan ringkas ini berbarokah dan memberi faedah kepada pembaca semua, dengan harapan sangat agar para majahil (dan orang-orang yang dibelakangnya, serta semua yang ikut andil seperti nara sumber, penasehat, anggota-anggota lainnya baik dari kalangan jin atau manusia), bertaubat kepada Alloh, karena barang kali selama ini mereka selalu dibuai angan-angan pahala dan merasa bahwa dia di atas jalan lurus dan berada di barisan pembela agama.
Kami memohon Alloh agar menjadikan amal ini murni untuk mengharap wajahNya yang Mulia, dan agar menjadikan amal ini sebagai simpanan kebaikan kami diakherat kelak.
Penulis
Abu Turob Saif bin Hadhor Al Jawi
Dammaj 11 Jumadil Tsaniyah 1431
Fenomena para majahil
Adapun kekotoran-kekotaran perbuatan menyamarkan diri dan bahayanya dalam pandangan syari'at sudah dimaklumi bersama, bahkan secara adab tatakrama kehidupan manusia yang wajar pun tidak memiliki nilai positif kecuali kalau ada faktor-faktor yang mengharuskannya.
Adapun yang menjadi perbincangan kita kali bukanlah pada sisi ini.
| Kalau seandainya kemajhulan model mereka itu di bolehkan syari'at, tentunya Alloh ta'ala tidak akan menyebutkan nama-nama para nabi, atau nama para malaikat dan orang-orang sholeh, karena kalau disebutkan menurut para majahil akan membahayakan mereka.
|Kalau seandainya perkara ini dibenarkan tentunya tidak ada perlunya Rosululloh >menanyakan, memberitahu, menamakan, memanggil, menjuluki, memuji, memberi amanat, mengangkat panglima, dan seterusnya, karena bisa jadi semua itu bukan nama asli .
|Kalau kelak didalam kuburan ketika malaikat menanyainya nama apa yang akan dia pakai??
|Kalau para malaikat yang membawa rohnya dikain kafan menuju langit dan disambut oleh para malaikat, kalau seandainya simajhul ini tergolong orang sholeh (kalau ada) nama mana yang akan mendapat pujian, adapun kalau orang jahat maka apa jawabanmu wahai para majahil??
عن البراء في حديث طويل وفيه قال النبي > :" فيصعدون بها فلا يمرون بها على ملك من الملائكة إلا قالوا : ما هذا الروح الطيب ؟ فيقولون : هذا فلان بن فلان بأحسن أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا "[في الصحيح المسند (ج 1 / ص 67)]
Dari Al-Barro bin 'Azib rodhialloohu'anhu pada haddits yang panjang dan didalamnya bersabda nabi > : " Maka para malaikat naik membawa roh orang sholeh tadi ke langit, dan tidaklah mereka melewati seorangpun dari malaikat kecuali mereka berkomentar: roh harum siapakah gerangan?? maka mereka menjawab : ini adalah roh Fulan bin Fulan mereka menyebutkan seindah-indah nama yang dia pakai ketika di dunia.[ HS terdapat di Shohih Musnad 1/67]
|Kalau hal itu diizinkan tentunya tidak ada gunanya Rosululloh > menganjurkan seorang bapak menamakan anaknya dengan nama-nama yang baik atau melarang dari nama-nama jelek.
| Kalau perkara itu di benarkan tentunya tidak perlu capek-capek para ulama ahlul hadits menulis para perowi dan memilah-milah antara yang tsiqoh dari yang dho'if atau yang ma'ruf dari yang majhul.
| Kalau seandainya para salaf seperti para majahil model ini niscaya kita tidak akan mengenal Abu Bakar As Shiddiq, dan seluruh shohabat, tidak akan kenal siapa itu Abdulah bin Mubarok, Sofyan Ats- Tsauri, Imam Bukhori dan seluruh ulama , bahkan kitab-kitab mereka tak akan dipakai oleh umat karena tidak ketahuan siapa pengarangnya.
| Kalau hal itu di bolehkan maka tidak ada gunanya Rosululloh > menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu nasab, dan tidak ada seorangpun yang bisa menyambung silaturrohmi karena semuanya majhul.
عن ابن عباس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « اعرفوا أنسابكم تصلوا أرحامكم ، فإنه لا قرب لرحم إذا قطعت ، وإن كانت قريبة ، ولا بعد لها إذا وصلت وإن كانت بعيدة » [في الصحيح المسند (ج 1 / ص 317)]
| Kalau hal itu diperkenankan tentunya seorang ayah tidak akan mengenal anak aslinya dan sebaliknya, seorang cucu tidak akan mengakui datuknya juga sebaliknya, seorang suami akan ragu terhadap istrinya demikian pula sang istri akan curiga terhadap suaminya, sesama saudara akan baku hantam mempertahankan keasliannya dan seterusnya.
| Kalau si majhul menikah, dia mau pakai nama yang mana?? sah nggak nikahnya?? karena dalam masalah fiqh terjadi perebatan serius antara ulama jika ada seorang wali memiliki dua anak perempuan yang siap dinikahkan, lantas dia mengakadkan nikah dengan salah seorang lelaki akan tetapi wali tersebut memajhulkan calon penganten dari kedua wanita tadi, mana yang menjadi istri sah bagi lelaki tersebut?? demikian pula pada masalah kita ini, hanya saja yang bermasalah adalah calon laki-lakinya, tapi untuk meninggalkan khilaf maka hendaknya simajhul nikah saja dengan majhulah, wali dan saksi serta mahar semua semuanya majhul, yang diundang walimah juga para majhulin, maka pernikahan mereka sungguh menghebohkan dan masuk dalam rekor keunikan sejagat.
| Kalau seorang kepala Negara, atau seorang raja, atau seorang direktur, atau kepala perusahaan, atau mentri, atau bawahan semua mereka adalah dari golongan majhulin, jadi apa Negara mereka, siapa yang harus di turuti perintahnya, kepada siapa urusan dipasrahkan, siapa yang menjadi bawahan …???
| Bahkan dengan sebab masalah ini akan rusak dan hancur perdagangan, surat menyurat, rekomendasi, surat bukti, sertifikat, passport, ktp, absent, kwitansi, dan lain-lainnya yang barangkali para majhulin lebih mengetahui dari kami.
latar belakang penulisan
Bertolak dari situlah kami menorehkan tulisan ini sebagai nasehat dan rohmah serta belas kasihan kami kepada mereka sebelum datang hari penyesalan yang memilukan, karena kondisi mereka ini sangat cocok dengan apa yang terkandung dalam firman Alloh :
+ قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا * أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا _ [الكهف : 103 - 105]
"Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang merugi amalannya, merekalah orang-oang yang hangus usahanya dikehidupan dunia ini akan tetapi mereka beranggapan bahwa mereka telah berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang kufur dengan ayat-ayat Rob mereka dan kufur dengan bertemu denganNya, maka sirnalah perbuatan mereka dan mereka tidak akan kami menimbang sedikitpun amalan mereka pada hari qiamat".
Walaupun ayat diatas pada asalnya untuk orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Alloh, akan tetapi prasangaka simajhul dan mereka sama, yaitu anggapan akan kebaikan perbuatan mereka padahal kenyataannya adalah kesesatan yang mereka petik.
Dan sengaja kami beri judul dengan "Dosa-Dosa Besar" karena perbuatan mereka tidak bisa terlepas darinya, sebagaimana yang akan kami paparkan dengan dalil-dalilnya, yang barangkali para majhulin tidak sampai terdetik dan terbesit didalam hatinya akan parahnya akibat kegegabahannya ini, karena jauhnya dari bimbingan ilmu yang benar dan jernih dan terdapatnya niatan busuk, kalau toh dia pernah belajar ditempat yang baik, serta kekotoran pergaulan dan sangat minimnya muroqobahnya(merasa terawasi)kepada Alloh, dan sangat miskinnya dari amal sholeh.
Dan kami khususkan pembahasan ini para majahil dalam fitnah Ibnai Mar'i, sebagai pemisah antara majahil perowi hadits dengan mereka, karena para perowi hadits yang majhul masih jauh lebih bagus dan beradab serta masih bisa dijadikan penguat kalau jumlahnya banyak menurut sebagian ulama, adapun majahiil dalam fitnah ini golongannya menurut ahlul hadits pada tingkatan waddho' (pembuat hadits palsu).
Berkata Imam As-Sam'ani rohimahulloh :
الماء النازل من السماء على طعم واحد من اللذة والطيب وعلى لون واحد من الصفاء والنقاء وعلى جوهر واحد من الطهارة والنظافة كذلك العلم النازل من السماء كالوحي.
والماء النابع من الأرض فعلى أنواع منه صاف طاهر على موافقة وحي الله ومنه خبيث كدر لمخالفته وحي الله.
Air yang tercurah dari langit satu rasa enak dan indahnya, juga satu warna , jernih dan murninya dan satu mutiara, kesucian dan kebersihannya, maka begitu pula ilmu yang turun dari langit, seperti wahyu, sementara itu air yang muncul dari dalam tanah maka beraneka ragam jenisnya, ada yang jernih lagi suci, sesuai dengan wahyu Alloh, dan ada pula yang keruh lagi kotor karena menyelisihi wahyu Alloh. [ الانتصار لأهل الحديث (ج 1 / ص 4]
Maka kondisi para majahil seperti contoh air kedua yang penuh kekeruhan, karena ilmu mereka telah tercampur dengan kekotoran hawa nafsu, kebrutalan berfikir, kesenjangan hasad dan berlumuran dosa.
Oleh karena itu, sedikit coretan tangan ini sebagai nasehat dan penegakan hujjah bagi mereka, barang kali ada yang masih memiliki rasa sayang terhadap keselamatan dirinya di akherat, kalau toh mereka tidak menggubrisnya bahkan mungkin akan menertawakannya atau bahkan mungkin akan menguras segala kemampuanya untuk mencari pendukung, baik dengan cara ilmiyah yang penuh syubhat atau dengan menggunakan jurus tutup mata dan telinga dengan slogan : "silahkan berceloteh dan menjerit simajhul tetap eksis dan bergaya".
Dan menurut perhitungan dan pengalaman yang sudah – sudah, baik dari orang-orang sesat terdahulu atau dewasa ini, agaknya mereka lebih memilih menjadi golongan ngeyel dan egois untuk menerima hujjah apalagi sampai taubat, kecuali kalau Alloh rohmat mereka untuk bertauabat, karena Alloh mengatakan:
+فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ_ [الصف/5]
"Maka ketika mereka menyelenceng (dari kebenaran) maka Alloh semakin tambah penyimpangannya, dan Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada oran-orang yang fasik"
Maka itu semua tidak merugikan kami sedikitpun insya Alloh, karena kami tidak mengharapkan pujian mereka sama sekali dan tidak pula merasa terkucilkan dan terasingkan dari para majahil, kami hanyalah mengharap pahala Alloh dan berusaha mengadakan perbaikan sebisa kami.
+وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ_ [هود : 88]
" Dan aku tidak ingin menyelisihi apa yang telah aku larang pada kalian,tidaklah yang aku inginkan kecuali perbaikan, semampuku,dan tidaklah taufiqku kecuali dengan Alloh kepadaNyalah aku bertawakkal dan kepadanya pula aku kembali".
Kini tibalah saatnya untuk kami sebutkan sebagian dosa-dosa besar para majhulin yang mungkin para pembaca bisa menambahi dan memberi masukan sebagai pelengkap akan perkara ini.
Devinisi Dosa besar
Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh :
الكبائر : ما تعلق به أحد الحدين ومرادهم بالحدين : عقوبة الدنيا والآخرة فكل ذنب عليه عقوبة مشروعة محدودة في الدنيا كالزنا وشرب الخمر والسرقة والقذف أو عليه وعيد في الآخرة كأكل مال اليتيم والشرب في آنية الفضة والذهب وقتل الإنسان نفسه وخيانته أمانته ونحو ذلك فهو من الكبائر .[مدارج السالكين (ج 1 / ص 327)]
Dosa besar adalah yang yang berkaitan dengan salah satu dari dua pidana, yang mereka maksudkan dengan dua pidana adalah ancaman di dunia dan di akherat, maka setiap dosa yang ada iqobnya tertentu secara syar'i di dunia seperti zina, minum khomr, mencuri, menuduh berbuat zina, dan juga ada ancaman di akherat seperti makan harta anak yatim, makan dan minum dengan bejana dari perak dan emas, bunuh diri, khiayanat terhadap manusia dan amantnya, dan yang semisalnya maka itu semua adalah dosa besar.
وفي فتح المجيد (ج 1 / ص 348): وضابطها ما قاله المحققون من العلماء : كل ذنب ختمه الله بنار أو لعنة أو غضب أو عذاب زاد شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : أو نفى الإيمان قلت : ومن برىء منه رسول الله صلى الله عليه و سلم أو قال : [ ليس منا من فعل كذا وكذا ]
Dan didalam kitab Fathul Majid (1/348) : Kriteria dosa besar sebaaimana perkataan muhaqqiqin dari ulama : yaitu semua dosa yang Alloh tetapkan bagi pelakunya dengan ancaman neraka, atau laknat, atau kemurkaan, atau adzab, Syaikhul Islam menambah : atau dinafikan(di cabut) iman padanya, dan ditambah oleh penulis: dan yang rosululloh berlepas diri darinya, atau jika beliau mengatakan : Bukan termasuk kami yang berbuat ini dan itu.
Dosa besar pertama: Berbohong kepada Alloh dan kaum mu'minin
Berbohong kepada Alloh dan kepada kaum mu'minin merupakan dosa besar yag telah di sepakati, terperosoknya si majhul kedalam dosa ini, karena dengan menyamarkan nama dan identitasnya dia bebas mengumbar mulutnya, baik dengan mencari kesalahan orang lain tanpa resiko, atau mencaci siapa saja tanpa tersentuh bahaya, karena terhiasi dibenaknya bahwa tidak seorangpun mengetahuinya, dan beranggapan bahwa dia bisa berkelit dan menghindar dari cercaan manusia yang gampang dia tipu, sementara dia lupa bahwa disana ada yang lebih mengetahui segala perkara:
+وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ * وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ_ [فصلت : 22 ، 23]
"Dan apapun yang kalian sembunyikan ,akan kesaksian pendengaran kalian dan tidak pula mata serta kulit-kulit kalian atas perbuatan kalian, akan tetapi kalian mengira bahwa Alloh tidak mengetahui kebanyakan apa yang kalian kerjakan, dan itu prasangka(kotor) kalian kepada Rob kalian, yang membuat kalian hina, maka jadilah kalian orang yang merugi. [QS Fushilat 22-23]
+ وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ_ [التوبة : 105]
"Dan silahkan kalian berbuat sesuka kalian, karena Alloh akan melihat perbuatanmu, begitu pula rosulNya dan kaum muslimin akan melihatnya, dan kalian akan dikembalikan kepada yang mengetahui keghoiban dan alam nyata, Yang akan membeitahu kalian atas usaha yang telah kalian lakukan."[QS Taubat : 105]
+أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ_ [الزخرف/80]
"Ataukah erekaa menganggap bahwa Kita tidak mendengar rahasia mereka dan bisik-bisik mereka , sungguh rosul-rosul kami ( para malaikat)berada disisi mereka mencatat (semua perbuatan kalian)." [ QS: Az Zukhruf 80]
Dosa Besar kedua: Mendustakan kebenaran
Alloh ta'ala berfirman :
+فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ_ [الزمر/32]
"Dan siapakah yang lebih dholim daripada orang mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya, bukankah Jahannam sebagai tempat kembali orang-orang kafir?" [ QS : Az Zumar 32]
Kebenaran yang didustakan oleh orang kafir adalah besifat umum, mencakup Alqur'an dan yang lainnya, sebagaimana perkataan para mufassirin.
Dan ayat ini walaupun pada asalnya adalah untuk orang kafir, akan tetapi tidak mengapa pula ditujukan kepada selain mereka, yaitu yang memiliki sifat seperti orang kafir dalam pendustaan kebenaran dan bukti nyata, seperti yang dilakukan oleh par majahil kita ini, dimana mereka telah melihat atau mendengar, atau membaca dan menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, akan perbuatan jahat para hizbiyyiin dan antek-anteknya yang dia bela, dan juga telah melihat betapa ahlul hak diatas angin meluluhkan hujjah lawannya, simajhul mendustakan kenyataan tersebut dengan membolak-balik fakta, meragukan saksi, menuduh keji, mencari-cari celah bagimana agar permasalahannya menjadi samar, dan seterusnya, dalam posisi ketakutan yang amat apabila bualan gombalnya diketahui kawan sendiri, apalagi orang lain maka dia menyamarkan diri agar bisa lari sambil menahan nyeri.
Dalam point ini simajhul telah terjerumus kedalam dua dosa besar sekaligus, berdusta dan mendustakan kebenaran.
Dosa besar ketiga: Menyeru manusia kepada kesesatan dan tersebarnya fahisyah.
Alloh berfirman :
+فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ_ [الأنعام/144]
"Maka siapakah yang lebih dholim dari orang yang berdusta atas nama Alloh untuk menyesatkan manusia tanpa ilmu, sesungguhnya Alloh tidak akan menunjuki orang-orang dholim".[QS : Al An'am 144]
Kecocokan ayat ini diterapkan pada majahil adalah dari sisi kedustaan yang mereka perbuat untuk mengajak manusia mengikuti alur pikiran sesatnya, dimana dia mengajak mereka untuk membenarkan kedustaan berita yang dia sebar dengan membenarkan keberadaan dia, bahwa kemajhulanya itu sama dengan yang lainnya yang bukan majhul, dengan demikian simajhul telah menyesatkan banyak orang dengan tanpa ia sadari, dan yang lebih menyayatkan hati ketika yang terseret kedalam perangkap majahil adalah para pembesar da'i alias Al Ustadz Kibar bahkan salah seorang Syaikh mereka.
Dan Alloh juga berfirman :
+إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ_ [النور/19]
"Sesungguhnya orang-orang yang senang tersebarnya fahisyah dikalangan kaum mu'minin maka bagi mereka adzab yang pedih didunia dan diakherat, dan Alloh mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahuinya". [QS: An- Nur 19]
Berkata Roghib Al-Asbahani –rohimahulloh-:
الفحش والفحشاء والفاحشة: ما عظم قبحه من الأفعال والأقوال، وقال: +إن الله لا يأمر بالفحشاء_ [الأعراف/28]، +وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون_ [النحل/90]، +من يأت منكن بفاحشة مبينة_ [الأحزاب/30]، +إن الذين يحبون أن تشيع الفاحشة_[ مفردات ألفاظ القرآن ـ (2 / 180)]
Al faahisyah adalah sesuatu yang besar kejelekannya, baik dari perbuatan atau perkataan.
Fahisyah yang diperbuat oleh para majahil adalah dari sisi perbuatan dia menulis kedustaan dan menyebarkannya dikalangan manusia dengan tanpa merasa dosa.
dosa besar keempat : menyerupai orang-orang munafiqin.
Dan berbohong terhadap Alloh dan juga terhadap kaum mu'minin merupakan sifat orang-orang munafiqin yang notebenenya mereka sangat tidak senang diketahui identitas dirinya dan sangat ndongkol kalau sampai terkuak kedoknya, dan kalau sampai ada yang terdeteksi mereka segera mencari jurus dusta kedua: "Kami Cuma Iseng Kok",
Karena yang kami raba dan rasa, mereka berbuat demikian itu tidaklah dilandasi kesungguhan dalam berdalih atau berhujjah atau benar-benar ingin mencari titik temu yang dilandasi kejujuran dan fakta yang terpercaya, karena itu semua tidak mereka miliki, maka larilah mereka kepersembunyian majhulin dan ngumpet disana.
Alloh berfirman tentang sifat-sifat orang-orang munafiqin:
+ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ * فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ_ [البقرة : 9 ، 10]
"Mereka menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, padahal tidaklah mereka menipu kecuali menipu diri sendiri akan tetapi mereka tidak sadar, didalam hati mereka ada penyakitnya, dan Alloh akan tambah penyakit tersebut,dan bagi mereka adzab yang pedih dengan sebab kedustaan mereka." [ QS Al-Baqoroh : 9-10]
Dan Alloh menghabarkan tentang kekhawatiran orang-orang munafik terbuka tabirnya:
+ يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ * وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ_ [التوبة : 64 ، 65]
" Orang-orang munafiq sangat khawatir kalau turun kepada mereka sebuah surat yang menjelaskan apa yang ada dihati mereka, katakanlah kepada mereka : silahkan kalian menghina, karena sesungguhnya Alloh akan mengluarkan apa yang menjadi kekhawatiran kalian.
Dan apabila mereka ditanya (tentang perbuatan penghinaan ini) mereka aka menjawab: kami hanyalah ngobrol dan bergurau semata, katakanlah kepada mereka: apakah kalian bermain-main dengan Alloh, ayat-ayatNya, dan rosulNya??"
Bukti akan permainan para majahil dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan juga dengan hadits-hadits nabi adalah apa yang telah mereka tuliskan di makalah-makalah kotor mereka dengan membawakan segudang dalil dicampur antara hak dan batil, untuk membela kesesatan dan melanggengkannya.
Dosa besar kelima: tipisnya muroqobah mereka kepada Alloh.
Karena dengan menyamarkan diri dan menutupi identitas aslinya dia beranggapan, seolah-olah Alloh lalai darinya dan tidak mengawasinya, sehingga dia bebas berbicara, menulis, ghibah, namimah, bahkan mungkin kalau seandainya terjadi pertumpahan darah akibat ulahnya dia tidak merasa berdosa dan dengan seenaknya akan lari dari tanggung jawab, padahal disana tuduhan dan hujatan menunggunya untuk menyeretnya meminta pertanggungan jawabannya atas tulisan tangannya, dan jari-jemarinya akan mengakui dan membenarkan apa yang telah dia perbuat dan tidak bisa dia pungkiri kesaksiannya.
+حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ_[فصلت :20- 21]
"Sehingga ketika datang dihari kiamat maka bersaksilah pendengaran, penglihatan dan kulit-kulit mereka atas apa yang telah mereka perbuat(didunia), maka mereka berkata kepada kulit-kulit mereka: kenapa kalian bersaksi atas kejahatan kami?? Mereka menjawab : Allohlah Yang telah membuat kami berbicara. Dan Dia pula yang telah membuat segala sesuatu bisa berbicara, dan Dialah Yang telah menciptakan kalian pertama kali dan kepadaNyalah kalian akan dikembalikan."[QS; Fushilat 20-21]
+الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ_ [يس : 65]
"Pada hari ini (qiamat) Kami akan kunci mulut-mulut mereka, dan berbicara kepada Kami tangan-tangan mereka, dan bersaksi kaki-kaki mereka dengan apa yang telah mereka perbuat."[ QS:Yasin 65]
Dan tipisnya muroqobah merupakan sifat dan kebodohan yang telah menjadi tabiat orang kafir seperti yang dikhabarkan Rosululloh > kepada kita tentang tiga orang musyrik yang menyembunyikan ucapan mereka:
عن عبد الله بن مسعود - رضى الله عنه - قال اجتمع عند البيت قرشيان وثقفى - أو ثقفيان وقرشى - كثيرة شحم بطونهم قليلة فقه قلوبهم فقال أحدهم أترون أن الله يسمع ما نقول قال الآخر يسمع إن جهرنا ولا يسمع إن أخفينا . وقال الآخر إن كان يسمع إذا جهرنا فإنه يسمع إذا أخفينا فأنزل الله عز وجل + وما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم _ الآية . [الحديث في صحيح البخارى (4817)]
Dari Abdulloh bin Mas'ud – rodhiallohu 'anhu- berkata: telah berkumpul tiga orang di sisi Ka'bah, dua dari kaum Quraisy dan satu dari kaum Tsaqief, atau dua dari Tsaqief dan satu dari Quraisy, ketiganya orang-orang gendut penuh lemak, akan tetapi sangat pandir pemahamannya, salah seorang dari mereka menyela: apakah kalian kira bahwa Alloh mendengar apa yang sedang kita perbincangkan?? orang kedua menjawab: Dia mendengar kalau kita keraskan pembicaraan kita ini dan tidak akan mendengar kalau kita hanya berbisik-bisik, orang ketiga menukas: kalau memang Dia mendengar pembicaraan keras kita tentunya Dia mendengar pembicaraan rahasia kita, maka turunlah ayat diatas.
Alangkah persis dan miripnya perbuatan para majhuulin dengan orang-orang dungu diatas. Na'udzubillah min dzalik.
Dosa besar keenam : merobah nasab dan menyandarkan kepada selain bapak kandungnya.
Padahal Alloh menyuruh kita untuk menyandarkan kepada bapak-bapak kita dengan jujur dan menisbatkannya kepada mereka walaupun mungkin diantara mereka ada yang kafir, walaupun seorang budak atau anak angkat tetap disandarkan kepada orang tua aslinya dan tidak boleh membenci keturunan, karena itu termasuk perbuatan jahiliyah :
+ ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا_ [الأحزاب : 5]
"Panggilah para anak angkat tersebut dengan nama-nama bapak-bapak mereka karena hal itu lebih adil disisi Alloh, maka jikakalau kalian tidak mengetahui bapak mereka maka mereka adalah saudara-saudara kalian seagama dan sebagai budak- budak kalian , dan kalian tidak tertimpa dosa atas kesalahan yang tidak kalian sengaja, akan tetapi dosa tersebut akan menimpa kalian dengan kesengajaa hati kalian dan Alloh itu Ghofur (Pengampun) lagi Rohiim(Penyayang)[QS:Al-Ahzab5].
Perhatikanlah ayat ini dengan seksama, bahwa Alloh menyuruh kita untuk menisbatkan seseorang kepada bapaknya kalau memang diketahui walaupun dia itu seorang bekas budak, dan mafhumnya kita tidak boleh menisbatkan seseorang kepada selain bapaknya, juga dalam ayat ini Alloh menafikan(meniadakan) dosa dengan sebab ketidak sengajaan dan menegaskan bahwa dosa akan menimpa bagi yang berbuat perkara tersebut dengan sengaja, nah tentu kita sama-sama maklumi bahwa sahabat kita yang majhul ini telah terjerumus kedalam dosa dari dua sisi sekaligus, dia itu memiliki bapak kandung asli – Insya Alloh – dan ketahuan orang juga kalau dia mau menampakkan identitas aslinya, akan tetapi dengan sengaja dia menonaktifkan bapak aslinya dan juga nama aslinya dan memaksa orang untuk mengenalnya dengan nama samaran, bukankah ini hal yang menghawatirkan???
Dan yang lebih tegas dan jelas lagi bahwa simajhul ini berhak mendapat dosa besar adalah sabda nabi > :
عن أبى ذر - رضى الله عنه - أنه سمع النبى - صلى الله عليه وسلم - يقول « ليس من رجل ادعى لغير أبيه وهو يعلمه إلا كفر ، ومن ادعى قوما ليس له فيهم فليتبوأ مقعده من النار » [ رواه البخارى (3508)]
Dari Abu Dzar –rodhiallohu 'anhu- bahwasanya beliau mendengar Rosululloh>bersabda: Tidaklah seseorang yang mengak -ngaku(menisbahkan) dirinya kepada selain bapaknya padahal dia mengetahuinya kecuali kekufuran yang telah ia lakukan , dan barang siapa yang mengaku menjadi kelompok suatu kaum padahal bukan dari kelompok mereka maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.[ HR Bukhori (3508)]
Al-Haafidh Ibnu Hajar / menegaskan bahwa pelaku perbuatan tersebut bisa tergolong kafir, keluar dari Islam kalau dia telah mengetahui hukum keharamannya dan menghalalkan perbuatan tersebut, adapun bagi yang tidak menghalalkannya maka terkena ancaman berat dan peringatan keras karena perbuatan tersebut menyerupai perbuatan orang kafir, dan kufur pada golongan kedua ini adalah kufur nikmat.[lihat Fathul Bari dalam sarah hadits ini]
عن واثلة بن الأسقع يقول قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - « إن من أعظم الفرى أن يدعى الرجل إلى غير أبيه ، أو يرى عينه ما لم تر ، أو يقول على رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ما لم يقل » [رواه البخارى - (3509)]
Dari Watsilah bin Al-Asqo' berkata : bersabda Rosululloh > : " Sesungguhnya sebesar-besar kedustaan adalah apabila seseoang mengakui orang lain sebagai bapaknya( menisbahkan dirinya kepada selain bapaknya), atau mengaku-ngaku bahwa dia melihat sesuatu dalam mimpi yang tidak dia lihat, atau mengatakan suatu perkara atas nama Rosululloh > padahal Rosululloh > tidak mengatakannya(berdusta atas nama rosul.[HR: Bukhori:(3509)]
عن سعد بن أبي وقاص وأبي بكرة رضي الله عنهما قالا سمعنا النبى - صلى الله عليه وسلم - يقول « من ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم فالجنة عليه حرام » [رواه البخارى (4326)]
Dari Sa'ad bin Abi Waqqosh dan AbuBakroh –rodhiallohu 'anhuma- bahwa keduanya mendengar Rosululloh > bersabda : yang mengaku-ngaku (menisbahkan) dirinya kepada selain bapaknya maka sorga haram baginya."[HSR Bukhori 4326]
عن عبد الله بن مسعود قال: قال رسول الله > :" ومن ادعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا ."[رواه مسلم( 1370 )]
Dari Abdulloh bin Mas'ud berkata : telah bersabda Rosululloh > :"Barang siapa mengaku (menisbahkan diri) kepada selain bapaknya, maka atasnya la'nat Alloh dan malaikat dan seluruh manusia, tidak di terima amalannya baik yang wajib atau yang sunnah".[HR Muslim: 1370]
Lihatlah betapa berbahayanya perbuatan para majahil mengganti nama dan nasabnya, yang kami yakin pula bahwa kedua orang tuanya tidak akan setuju akan perbuatannya kalau mereka mengetahuinya, karena merasa diremehkan dan tidak dihormati usahanya memilihkan nama untuk anak kesayangannya, maka bisa jadi akan mengakibatkan 'uquq (durhaka) terhadap orang tuanya.
dosa besar ketujuh: menyeru orang untuk berdusta jama'i
Sungguh kedustaan adalah perkara kotor menurut seluruh lapisan masyarakat, dan tudingan kata-kata pendusta bukanlah perkara kecil di telinga mereka, hal tersebut bisa dan sangat dimaklumi karena para pendusta merugikan dan menghambat roda kehidupan masyarakat, dan merupakan jurus utama biang kejahatan.
Terlebih kalau kedustaan itu disengaja dan pelakunya merasa berjasa dan hebat atau tidak merasa bersalah itu membuat kejengkelan mereka semakin memuncak.
Dan Rosululloh > telah menerangkan tentang kedustaan dengan sebaik-baik keterangan :
عن عبدالله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :"عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا." [رواه مسلم ( 2607 )]
Dari Abdulloh bin Mas'ud -rodiallohu 'anhu- berkata : bahwa Rosululloh > bersabda : Hendaklah kalian bebuat jujur, karena kejujuran itu mengajak kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantar ke sorga, dan seseorang itu berbuat jujur dan selalu memilih untuk berbuat jujur sehingga dia ditetapkan disisi Alloh sebagai orang yang jujur(shiddieq), dan hindarilah kedustaan karena dusta itu mengajak kepada kejahatan dan kejahatan mengantar pelakunya ke neraka, dan seseorang itu selalu berdusta dan memilih berbuat dusta sampai ditetapkan disisi Alloh sebagai pendusta(kadzab).
Sungguh jelas bahwa si majhul telah berbuat dusta dan bohong, dan itu diakui oleh semua orang bahkan simajhul sendiri pasti mengakuinya bahwa dia dengan mengasingkan nama dan menyamarkan identitasnya telah berbohong, baik kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri, karena kalau kita tanya sebagai contoh soal : umpamanya ada yang bernama Alimuddin (ini nama aslinya, dan maaf bagi yang memiliki nama ini, jangan marah karena ini sekedar nama pinjaman untuk bahan contoh saja) kemudian berlabel sebagai orang majhul dengan mengganti namanya dengan : Abu Mahfudz Ali bin Imron, kalau si Alimud ini ditanya : tahu nggak kamu siapa si Abu Mahfudh Ali Bin Imron itu ??? , sepontanitas dia akan menjawab: aku nggak tahu, dengan jawaban ini si Alimud telah terjatuh kedalam dua kedustaan, dusta kepada penanya dan dusta kepada dirinya, karena dia tahu sebenarnya siapa yang memakai nama samaran tersebut, yaitu dirinya sendiri.
Demikian pula tentunya Alimud (alias Abu Mahfudh) memiliki rekan dan teman sejawat dan seperjuangan yang seia sekata dalam masalah ini yang tentunya dia jujur kepada kawan karibnya, karena mereka telah merasa aman dari khianat temannya, walaupun mungkin berbeda pendapat dalam masalah lain, akan tetapi kalau kawannya tersebut ditanya tentang keberadaan Abu Mahfudz yang sesungguhnya, niscaya jawabannya akan sama dengan jawaban Alimuddin yakni kedustaan dan kebohongan, dan begitulah silsilah dan rantai-rantai kedustaan akan terus bersambung dengan sebab simajhul ini, yang berakibat kedustaan jama'i, siapa yang memikul dosa paling besar ?? jawabannya adalah : Alimuddin, karena dialah yang pertama membuka pintu maksiat ini, sebagaimana anak nabi Adam – alaihissalam -yang membunuh sadaranya, mendapat tambahan beban dosa dari setiap pembunuh karena dialah yang pertama mensunnahkan pembunuhan.
عن عبد الله - رضى الله عنه - قال قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - « لا تقتل نفس ظلما إلا كان على ابن آدم الأول كفل من دمها ، لأنه أول من سن القتل » [رواه البخارى - (3335)].
Dari Abdulloh bin Mas'ud rodhiallohu'anhu berkata: bersabda Rosululloh : " Tidaklah sebuah jiwa terbunuh teraniaya kecuali Anak Adam yang pertama akan ikut menanggung tebusan darah jiwa tersebut karena dialah yang pertama kali memberi contoh pembunuhan." [HSR Bukhori: 3335]
وعن جرير بن عبد الله قال : قال رسول الله >:" ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء" [ رواه مسلم :(1017)]
Dari Jarir bin 'Abdillah rodhiallohu'anhu berkata, bersabda Rosululloh :" Barang siapa membuat sunnah(contoh) di dalam Islam dengan contoh ynag jelek maka dia akan menanggung dosanya dan dosa yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.'" [HSR Muslim 1017]
Maka tak pelak lagi bahwa kedustaan majahil akan berakibat terjadinya lingkaran dusta dan dosa, lebih-lebih sesama majahil saling bahu-membahu dan saling memberi isu, seperti yang terjadi pada Abu Mahfudz, dimana dia bekerja sama dengan sesama majhul yang berlebel Abu Umar bin Abdul Hamid, dan majhul lainnya seperti pengelola Dammaj Habibah, yang itu semua menunjukkan betapa lemah sisi amar ma'ruf dan nahi mungkar dikalangan mereka, bahkan tidak terjadi sama sekali, yang ada sebaliknya saling menguatkan dalam kesesatan dan bertambahnya dosa seperti yang telah Alloh terangkan dalam firmanNya:
+وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُونَ_ [الأعراف : 202]
dosa besar kedelapan : simajhul pembuka pintu suudhon.
Suudhon alias buruk sangka merupakan dosa besar yang sudah disepakati bersama, sesuai dengan firman Alloh :
+يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ_ [الحجرات : 12]
Dan Rosululloh > bersabda:
عن أبي هريرة يأثر عن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « إياكم والظن ، فإن الظن أكذب الحديث ، ولا تجسسوا ، ولا تحسسوا ، ولا تباغضوا ، وكونوا إخوانا » [رواه البخارى (5143)]
Dari Abu Huroiroh – rodliallohu'anhu - dari nabi Nabi berkata: " Hindarilah prasangka buruk, karena prasangka buruk itu sedusta-dustanya perkataan, dan jangan saling memata-matai, saling benci-membenci, dan hendaklah kalian menjadi satu saudara."
Sungguh kelakuan para majhulin melahirkan dan menimbulkan buruk sangka dan kecurigaan ke berbagai pihak, yang mungkin pihak yang di curigai sebagai biangya bersih dari tuduhan, akan tetapi terkena imbas kekotoran para majhulin, hal itu jelas merupakan dosa yang harus dipikul oleh si majhul, karena ketika dia meminjam nama orang lain dan nama bapaknya barangkali disana ada yang persis dengan nama pinjaman tersebut dan nama bapaknya, sementara sipemilik nama tersebut mungkin orang baik atau orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan sedikiptun dengan fitnah yang disebar oleh si majhul, yang berakibat orang tersebut mendapat sorotan yang kurang menyejukkan hatinya dari sebagian orang, dan bahkan mungkin bisa menimbulkan kegaduhan yang fatal, sementara itu si majhul dengan santai menyaksikannya dengan tanpa terusik kredibilitasnya, bahkan mungkin dia akan datang berlagak sebagai pahlawan yang bisa menentramkan suasana.
Alangkah miripnya perbuatan simajhul ini dengan syaithon ,yang berlagak sebagai penasehat padahal dialah biang keladi perbuatan tak senonoh ini.
+ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ * فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ_ [الأعراف/21، 22]
Dan syaithon bersumpah kepada Adam dan Istrinya : sesungguhnya aku ini tergolong pemberi nasehat, maka keduanya di tunjuki dengan kedustaan."[QS Al-A'rof 21-22]
+وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ_ [الأنفال/48]
Dan ingatlah ketika syaithon menghiasi kepada mereka perbuatan mereka, sembari dia berkata : tidak seorangpun yang akan bisa mengalahkan kalian pada hari ini, dan aku akan bertindak sebagai pembela kalian , maka ketika kedua kelompok pasukan sudah saling berhadapan syaithon berbalik mundur sambil mengatakan : aku berlepas diri dari kalian, karena aku melihat sesuatu yang tidak kalian lihat dan aku takut kepada Alloh , dan Alloh sangatlah keras 'iqobNya (siksaanNya)[ QS Al- Anfal 48]
+كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ_ [الحشر/16]
"Seperti syaithon, ketika berkata kepada manusia : berbuat kafirlah kalian, maka ketika manusia itu telah kafir maka dia mengatakan : aku berlepas diri dari kalian, karena aku takut kepada Alloh Rob (Pengatur) alam semesta" .[QS Al- Hasyr 16]
Dosa besar kesembilan: simajhul tasyabbuh dengan yahudi dan Nashoro dan orang-orang rofidloh dalam menerima berita, kemudian menyebarkannya.
Dimana orang-orang Yahudi dan Nashroni dalam menerima berita tidak memiliki sanad dan mementingkannya, dari manapun dapatnya dan dari siapapun datangnya asalkan menguatkan nafsunya akan dipegang dan disebarkan, sementara kalau datangnya berita dari lawan walaupun mutawatir atau terbukti dengan akuratnya akan dengan gampangnya ditolak dan didustakan.
Diantara bukti akan kebenaran perkataan ini adalah dari beberapa coretan tangan kotornya yang dia pampangkan di tirai bututnya, tak sebuah sanad yang shohih yang bisa dipertanggung jawabkan, bagaimana dia bisa bertanggung jawab wong dianya sendiri nggak ketahuan juntrungnya.
Adapun perkara penukilan berita tanpa mengecek dari mana dan dari siapa datangnya dikatagorikan sebagai dosa adalah berlandaskan sabda nabi :
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:" كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع"[في مقدمة صحيح مسلم (ج 1 / ص 10)]
Dari Abu Huroiroh berkata: bersabda Rosululloh : Cukuplah sebuah kedustaan bagi seseorang apabila menyampaikan semua yang dia dengar."
Dan telah lewat pembahasan bahwa dusta merupakan dosa besar.
Adapun tasyabbuhnya simajhul dengan orang-orang rofidhoh, adalah: karena sanad andalan mereka adalah orang-orang majahil seperti bapaknya fulan dari kakeknya dari neneknya dari saudara seibu dan seterusnya, bahkan yang lebih menggelikan sanad mereka dari sekelompok satwa semacam keledai dari kuda dari onta dan seterusnya.
Adapun sanad simajhul kita ini adalah dari penjahat, dari premant, dari bodyguard, dari pencekik, dari kapten sepak bola, dari penyanyi, dari pengadu domba, dari penghianat, dari kontraktor dan seterusnya, dan yang lebih mengerikan adalah dari syaithon dari iblis dari ifrit dan seterusnya yang semuanya adalah majahil dan inilah sanad Alimuddin alias Abu Mahfudh.
Sungguh benar apa yang diungkapkan oleh Ibnu Sirin –rohimahulloh- : Sanad itu adalah bagian dari agama, kalau tidak karena sanad niscaya siapapun akan berbicara sekehendaknya.
Dan hal itu terbukti pada diri para majahil, dimana mereka dengan seenak perutnya mencaci, menjarah, menghina, merendahkan, menyebarkan berita palsu dan dusta tanpa ada rasa malu dan dosa.
Dosa besar kesepuluh : Simajhul menghancurkan usaha keras para muhaddits dalam membangun kaidah jarh wa ta'dil yang benar dengan membuat bid'ah baru dalam jarh wa ta'dil fersi majahil.
Dimana para muhaddits telah memberi kaidah bahwa hadits yang bisa diterima dan dishohihkan adalah apabila semua perowinya sesuai dengan syarat-syaratnya seperti kalau semua sanad suatu hadits dari awal sampai akhir tsiqoh semua dengan tanpa adanya 'illah dan syudzudz.
Adapun kalau salah satu sanadnya ada yang keluar dari criteria seperti ada satu dari sanad tersebut yang shoduq maka derajat hadits tersebut turun menjadi hasan, atau shohih lighoirihi.
Adapun kalau di dalam sanadnya ada yang majruh seperti dho'if atau sayyiul hifd, atau majhul hal atau majhul 'ain dan seterusnya, maka hadits tersebut bisa dihukumi dengan dho'if dari sisi sanad, dan hadits dho'if tidak bisa dijadikan hujjah.
Ini adalah kaidah yang sudah paten dan pasti dari ahlul hadits , ee tiba-tiba muncul pahlawan pengecut simajhul menawarkan bid'ah murahan dengan tanpa malunya mengatakan bahwa walaupun majhul beritanya tetap diterima, sungguh memalukan perbuatan si Alimuddin ini.
Mungkin kalau seandainya simajhul Abu Mahfudz dan yang sejenisnya menjadi muhaddits mereka akan merombak semua kutub mustholah dan akan mengkubur kaidah muhadditsin karena mereka menolak khobar majhulin. Mungkin nanti mereka akan mengarang kitab shohih tandingan Shohih Bukhori dan Shohih Muslim dengan judul Shohih Abi Mahfudz Al Majhul yang digelari dengan 'Alimuddiin.
Adapun dari sisi mana kok bisa digolongkan perbuatan ini kedalam dosa besar, adalah karena kaidahnya ini menyelisi ijma' para pengemban ilmu yang mulia ini, dan keluar dari ijma' merupakan kesalahan fatal yang pelakunya berhak mendapat dosa, Alloh ـ berfirman:
+ وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا_ [النساء/115]
Dan barang siapa yang menyelisihi rosul setelah datang petunjuk dengan nyata, dan mengikuti selain jalan kaum mukminin maka Kami akan biarkan dia dan akan Kami masukkan kelak di neraka Jahannam dan itu adalah sejelek-jelek tempat kembali." [ QS An- Nisa 115]
Dosa besar kesebelas : sebagian besar sifat munafik cocok disandang oleh majahil.
Kriteria Munafiq dalam syari'at adalah : orang yang menampakkan keimanan pada lahiriyahnya dan menyembunyikan kekufuran dalam jiwanya.
Ini definisi munafiq khusus yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, adapun definisi munafiq secara umum maka masuk didalamnya semua cabang-cabang kemunafikan, dan yang sudah menjadi keumuman definisi tersebut adalah : setiap yang menampakkan sesuatu pada lahirnya dan berbeda di batinnya atau dengan ringkas kata: yang berbeda luar dan dalamnya.
Dengan kaidah kedua ini jelas sekali bahwa para majahil adalah orang yang berhak menyandang sifat ini.
| Alloh subhnahu wata'ala berfirman tentang sifat munafiq:
+ وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آَذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِين_ [الأنعام/25]
Perkataan Alloh _ + وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ diantara mereka ada yang duduk dimajlis mendengarkan pelajaran nabi > akan tetapi ((وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آَذَانِهِمْ وَقْرًا kami jadikan diatas hati mereka tirai untuk bisa memahaminya dan ditelinganya penutup, seolah-olah mereka itu tuli +وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا_ sekalipun mereka melihat semua bukti dan hujjah mereka tidak akan mempercayainya:
+حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِين_
Sehingga ketika mereka mendatangimu mereka membantahmu, berkata orang-orang kafir sesungguhnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu(kuno).
Lihatlah bahwa orang-orang munafiq tidak bisa mengambil faedah iman atau ilmu dengan duduknya mereka dihadapan nabi >, bahkan setiap kali mereka mendengar ilmu dan faedah mereka menemukan bahan untuk membikin syubhat guna membantah nabi >, demikian pula halnya dengan para majhulin, mereka ada yang bermajlis dihadapan ulama, mendengar hujjah, melihat fakta, membaca bantahan, menyaksikan kebobrokan teman-temannya, dan orang yang dibelanya baik secara akhlaq atau adab, semua itu semakin menambah nuansa untuk membuat syubhat, padahal dia sendiri sebelum menjadi majhul mungkin mengingkari perbuatan para majhulin, akan tetapi setelah terperangkap kedalam jaring mereka, akhirnya tidak bisa lagi melihat dengan pandangan waras, tidak bisa mendengar dengan telinga inshof, tidak bisa memilah dengan hatinya antara kejujuran dan kedustaan, maka sungguh ayat ini cocok sekali untuk disandang oleh para majhulin, walaupun namanya 'Alimuddiin.
|Firman Alloh :
+ وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ _ [المنافقون/4]
Dan apabila engkau melihat mereka, akan membuatmu takjub potur tubuh mereka, dan apabila mereka berbicara engkau akan mendengarkan seksama perkataan mereka, seakan-akan mereka sebuah kayu penyangga, mereka mengira setiap kali ada jeritan adlah menteriaki mereka, mereka itu adalah musuh , maka hati-hatilah kalian dari mereka, semoga Alloh memerangi mereka, bagaimana pula mereka bisa berdusta."[QS Al-Munafiqun 4]
Berkata Ibnu Katsir –rohimahulloh- dalam mentafsiri ayat ini:
أي: كانوا أشكالا حسنة وذوي فصاحة وألسنة، إذا سمعهم السامع يصغي إلى قولهم لبلاغتهم، وهم مع ذلك في غاية الضعف والخَور والهلع والجزع والجبن؛ ولهذا قال: + يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ _ أي: كلما وقع أمر أو كائنة أو خوف، يعتقدون، لجبنهم، أنه نازل بهم، قال : فهم جَهَامات وصور بلا معاني. ولهذا قال: + هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ _ أي: كيف يُصرَفون عن الهدى إلى الضلال. [ تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 126)]
Maksudnya adalah : mereka memiliki bodi yang memikat, dan memiliki tutur bahasa yang fasih dan lisan yang licin dalam mengolah kata, apabila ada seseorang mendengarkan penuturannya akan memperhatikannya dengan seksama karena cakapnya dia dalam berbicaya, padahal dibalik itu semua mereka sangatlah lemah dan memendam kegundahan yang sangat dalam, gentar dan pengecut, oleh karena itulah Alloh kabarkan : bahwa mereka mengira semua cercaan ditujukan kepada mereka, maksudnya setiap kali terjadi perkara, prahara yang menakutkan mereka beranggapan -akibat sifat pengecut mereka- itu semua adalah ditujukan kepada mereka, mereka adalah sosok mempesona yang tak bermakna, oleh karena itulah Alloh katakan: mereka itu adalah musuh, maka hati-hatilah kamu dari mereka, semoga Alloh memerangi mereka, bagaimana bisa mereka berpaling dari petunjuk kepada kesesatan??
Sungguh ayat ini sangat cocok dipakai oleh para majahil, dimana kondisi mereka sangatlah sesuai dengan orang-orang munafiqin yang diceritakan dalam ayat ini.
Mereka kalau merangkai kata dan menulis kedustaan sangatlah memikat pembaca, seolah-olah mereka telah mendatangkan seribu fakta, memiliki nara sumber akurat terpercaya, mempunyai banyak canel dari mana-mana, gaya bahasa penuh sastra, tampak di hadapan pembaca penuh pesona, ketetapannya sangat bijaksana, terkadang datang dengan gaya sutradara dan mengatakan ini bukanlah cerita fiksi akan tetapi adalah fakta nyata, dan seterusnya, padahal dibalik itu semua mereka memendam ketakutan luar biasa, kehawatiran yang mendalam kalau kedok majhulnya terbuka, kengerian yang memuncak jika ada yang membuka rahasianya, penuh waspada dengan sejuta curiga, seakan-akan dunia akan menelannya.
Bukti yang paling akurat adalah setiap kali mereka dikejar untuk menampakkan sosok aslinya, atau diketahui identitasnya, ditanya alamat dan tempat tinggalnya, mereka menjauh dan melempar jawaban sekenanya, atau bahkan mengalihkan pembicaraan agar tidak di tanya.
Padahal sipenanya bukan polisi atau hakim dan jaksa yang bisa menjebloskan dia kepenjara, hanyalah pertanyaan dari seorang pembaca yang ingin bekenalan seadanya, barangkali bisa mengambil lebih banyak faedah dan agar tidak tertipu oleh bualannya.
Akan tetapi mereka adalah kaum yang telah buta mata hatinya, tersumbat kesadarannya, terbelenggu kecerdasannya, dan hilang daya pikir akal sehatnya.
|Firman Alloh ta'ala:
+الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُون_ [التوبة/67]
"Orang-orang munafikin baik dari kalangan laki-laki atau dari kalangan wanita sebagian mereka adalah bagian yang lainnya, mereka memerintahkan kepada kemungkaran, dan melarang kebaikan dan menggenggam tangan-tangan mereka (pelit) mereka lupa terhadap Alloh maka Allohpun melupakan mereka, sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasiq(yaitu yang keluar dari jalan yang penuh petunjuk masuk kejalan yang penuh kesesatan).[QS:At-Taubah 67]
Kalau kita perhatikan dengan seksama ayat ini, sungguh sifat-sifat kemunafikan dalam ayat ini sangat cocok sekali untuk disandang oleh majahil ini, yaitu mereka memerintahkan sesama majhul untuk terus menjadi majhul dan agar tetap eksis dalam bidang dan keahliannya, atau kalau memungkinkan semua manusia diajak untuk menjadi majhulin, dan tidak pernah ada anjuran atau perintah dari sesama mereka untuk jujur dan membuka diri agar diketahui bersama.
Bukankah ini perintah untuk melanggengkan kemungkaran??
Begitu pula barangkali, kalau ada diantara mereka ada yang insaf dan ingin bertaubat dari dosa ini dan berlepas diri dari lingkaran syaiton ini, dengan menampakkan bentuk aslinya, mereka akan segera bahu-membahu melarangnya sepenuh usaha, dengan mendatangkan berbagai alasan, syubhat dan hujjah serta janji-janji yang menggiurkan.
Bukti yang sangat nyata adalah tidak kita medengar desis dari Abu Mahfudh memerintahkan Abu Umar atau Abdul Karim untuk keluar dari persembunyannya, dan begitu pula sebaliknya, tidak pernah kita dengar Alimudin (alias Abu Mahfudh) mengajak Alfian (nama pinjaman, alias Abu Umar bin Abdul Hamid) untuk tobat atau dia menasehatinya : ayo kita bareng-bareng ngaku saja??
Bahkan yang ada mereka saling tukar-menukar faedah dan contek-contekan berita, dan saling memberi pujian bahwa majhul Abu Mahfudh lebih banyak dustanya dari pada Majhul Abu Umar, begitupula majhul Dammaj Habibah lebih keren dan mapan kelicikannya dari pada bocah-bocah Dammaj anti Turobi, dan seterusnya.
Dan yang sangat di sayangkan adalah para peserta mereka adalah dari kalangan ustadz yang dielu-elukan kesalafiahannya menurut koridor majhulin, dan tidak ada pula dari mereka teguran dan larangan kepada fans mereka, untuk bertaubat dari dosa ini, bahkan mungkin ada yang merasa bangga karena dirinya diangkat dan di kasih pangkat oleh majahil, dan dipampang namanya sebagai pembela majahil.
Wahai kaum sadarlah dari kelalaian, dan terjagalah dari tidur kalian, bangkitlah dari keterperosokan, campakkan angan-angan kosong kalian, ingat kembali asal usul kalian, jangan terbuai bisikan setan.
| Sabda nabi :
عن أبى هريرة عن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب ، وإذا وعد أخلف ، وإذا اؤتمن خان »[متفق عليه]
Dari Abi Huroiroh – rodhiallohu 'anhu- berkata : bersabda Rosululloh > :" Tanda-tanda kemnafikan ada tiga: Apabila berbicara dia berdusta, dan apabila bejanji dia menyelisihinya, dan apabila dipercaya dia berkhianat".[Mutafaq 'Alaih]
وعن عبد الله بن عمرو أن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « أربع من كن فيه كان منافقا خالصا ، ومن كانت فيه خصلة منهن كانت فيه خصلة من النفاق حتى يدعها إذا اؤتمن خان وإذا حدث كذب وإذا عاهد غدر ، وإذا خاصم فجر »[متفق عليه]
Dari 'Abdillah bi 'Amr – rodhiallohu 'anhu – bahwa nabi > bersabda:" Empat perkara barang siapa yang terdapat padanya keempat perkara tersebut sungguh telah menjadi munafiq tulen, dan barang siapa yang terdaapat padanya satu bagian saja dari keempat bagian tadi maka tetap baginya salah satu bagian kemunafikan sampai dia meninggalkannya, yaitu: apabila diberi amanat dia berkhianat, dan apabila dia berbicara dia berdusta, dan apabila berjanji dia mengingkari , dan apabila berseteru dia curang".[Muttafaq 'Alaih]
|Telah lewat pembahasannya bahwa para majahil kalau berbicara banyak berdusta, dan itu memang ciri khas mereka, kalau nggak dusta bukan majahil lagi namanya.
|Adapun perkara kedua yang berkaitan dengan menyelisihi janji, itu ringan bagi mereka, karena kalau landasan awalnya saja dusta tentu ingkar janji adalah hal yang wajar dan biasa, bukti akan kebenaran ini adalah: yang bertitel Majhul Abu Mahfudh pernah berjanji atau berkata bahwa dia tidak akan muncul lagi menyebar fitnah dan dusta setelah mendengar fatwa sebagian ulama, dan itu kami syukuri barang kali dia sedang muhasabah atas dosa-dosanya, ndak tahunya dia sedang mengkonsumsi barang tak berharga untuk dipasarkan di telinga para penggembiranya yaitu muncul membawa berita duka, yaitu dia telah menempatkan dirinya sejajar dengan bosnya (setan) dengan menterjemahkan hasil karya mayornya hizbi Yasin Al-Adeny.
Ini menunjukkan bahwa mereka kaum yang tidak bisa dipegang kata-katanya, kaum yang tidak bisa dipercaya, kaum yang hanya mempermainkan agama demi perutnya, maka sangat dihawatirkan mereka akan merana dan sengsara hidupnya kalau mereka tidak segera memutus dosa dan bertaubat darinya.
| Adapun perkara ketiga dari hadits diatas yaitu : kalau dia diberi amanat dia berkhianat, maka kecocokannya para majahil untuk menyandang julukan ini dari banyak sisi:
1- Alloh mengamanati mereka untuk berlaku jujur dan berkumpul dengan orang-orang yang jujur dengan firmannya:
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ_ [التوبة/119]
"Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kalian kepada Allloh dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur".[QS At –Tabah 119]
Akan tetapi mereka mengkhianati amanah ini dengan banyak berdusta dan mereka lebih bergabung dengan sesama pendusta dan para majhulin.
2- Rosululloh > mengamanati mereka untuk tidak menyia-nyiakan amanah dengan sabdanya;
« فإذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة » . قال كيف إضاعتها قال « إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة » [في صحيح البخارى (59)]
"Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya",mereka bertanya: bagaimana motif menyia-nyiakannya?? beliau menjawab:"apabila suatu perkara dipasrahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya."[HSR Bukhori 59]
Bukankah para majahil tak pantas untuk mengemban amanat yang besar ini (dakwah dan aktifitasnya), dan bukankah mereka tidak memiliki keahlian dalam bidang ini? Rosululloh > telah menetapkan kriteria orang berhak untuk mengemban amanat ini dengan sabdanya:
"يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله" [صححه الألباني في مشكاة المصابيح (1 / 53)]
"Yang berhak untuk membawa ilmu ini pada setiap generasi adalah orang-orang yang adil" [Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Albani]
Bukankah kita sepakat bahwa simajhul bukanlah orang yang adil, jangankan adil jujur saja tidak, maka alangkah khianatnya orang yang memberi kepercayaan untuk menyampaikan amanat ilmu dan dakwah kepada para majahil, alangkah merosot keimanan orang yang memberi amanat dan kesempatan kepada orang tidak memiliki keahlian dalam medan ini -seperti para majahil- untuk bertarung hujjah dan berlaga melawan kebenaran.
Wahai para ustadz yang berada dibawah ketiak para majahil akan dibawa kemana dakwah kalian ini??
Sungguh pengkhianatan para majahil tidak diragukan lagi bagi yang memiliki sedikit kejujuran dalam menilai permasalahan ini.
|Adapun point keemapat dalam hadits diatas, yaitu :apabila mereka berdebat atau bermusuhan mereka bertindak curang dan melakukan kefajiran(kejahatan)pada lawannya, tidak sportif, maka hal itu sangat terlihat ketika sang majahil kalah hujjah dan terbungkam (ompong peot), maka mereka menggunakan kepalan dan tonjokan serta kekerasan untuk menjatuhkan lawannya, walaupun mungkin tidak secara langsung karena pengecutnya mereka akan tetapi memperalat orang-orang dungu untuk dijadikan umpan dan korbannya.
Contoh yang paling kongkrit adalah ketika ahlul hak membumi hanguskan tirai butut si majhul, akhirnya ada diantara anggota ahlul hak mendapat tonjokan kepalan dari pembela simajhul, ada juga yang dicekik lehernya, padahal semua tahu bahwa pencekikan dan pemukulan apalagi diwajah bukan kelakuan dan akhlak seorang yang memiliki titel tholibul ilmi apalagi yang mengaku salafi, Rosululloh > bersabda:
عن أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال:" إذا قاتل أحدكم أخاه فليتق الوجه" [رواه مسلم ( 2612 )]
Dari Abi Huroiroh – rodhiallohu'anhu- dari nabi > brsabda: "Apabila salah seorang diantara kalian memukul maka jauhilah memukul wajah." [HSR Muslim 2612]
Yang mereka kedepankan adalah hujjah dan bayyinah, bukan kepalan dan tonjokan, akan tetapi karena otak waras majahil sudah miring, akhirnya pembelaan mati-matiannya dia curahkan kepada para algojo dan tukang pukul dengan alasan murahan dan nggak masuk kaidah ilmiyah sedikitpun.
Bukankah ini menunjukkan betapa cocoknya hadits sifat-sifat munafiq untuk disandang oleh simajhul model mereka.
Ini baru sekelumit contoh bahwa mayoritas sifat kemunafikan terdapat pada diri para majahil, kalau kita urai lebih lanjuk akan membutuhkan jilid besar, tapi kami kira ini cukup sebagai contoh soal.
Dan bukankah kemunafikan adalah dosa besar yang sangat menghawatirkan para pelakunya?? Wahai kaum insaflah kalian .
Dosa besar keduabelas : Si Majhul menyerupai setan
Dalam beberapa sisi yang semuanya adalah dosa besar.
Sisi pertama : Persamaan dalam sifat dusta, dan telah lewat pembahasan masalah ini.
Sisi kedua : Pesamaannya dalam mencampur aduk berita, satu kebenaran di sisipi seratus kedustaan.
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قلت يا رسول الله إن الكهان كانوا يحدثوننا بالشيء فنجده حقا قال:" تلك الكلمة الحق يخطفها الجني فيقذفها في أذن وليه ويزيد فيها مائة كذبة" .[متفق عليه]
Dari A'isyah – rodhialloohu 'anha – berkata: kukatakan kepada Rosululloh > : Wahai Rosululloh !! sesungguhnya para dukun itu suka menceritakan kepada kita dengan sesuatu yang terkadng kita dapati kebanarannya ?? beliau menjawab : " Itu adalah kalimat yang benar yang dihafal oleh jin kemudian ditiupkan ketelinga walinya (para dukun) dan ditambah dalam kalimat tersebut seratus kedustaan."[HR : Bukhori & Muslim]
Demikian pula halnya dengan para majhul, mereka sibuk mencari berita kesalahan musuhnya, dan kalau mendapat sedikit peluang walaupun tidak berkaitan dengan kesalahan manhaj atau dakwah atau maksiat yang tidak perlu diangkat kepermukaan bahkan hanya sekedar isu atau permasalahan wajar dan biasa, mereka akan membesar-besarkannya dan menjadikan isu yang telah mereka campur dengan banyak kedustaan, sebagai bahan untuk menjatuhkannya, dan merendahkannya kemudian mereka sebar ketelinga antek-anteknya.
Sisi ketiga : Persamaannya dalam memusuhi ahlul haq dan pembelaannya terhadap ahlul bathil.
Alloh mengatakan bahwa setan adalah musuh kita dan Alloh menyuruh kita untuk menjadikan setan sebagai musuh, dan menerangkan bahwa permusuhan ini tidak berhenti sampai titik penghabisan dan menjelaskan bahwa tipu daya setan adalah lemah tak memiliki kekuatan dihadapan ahli ikhlash dan ahli tauhid serta ahlil hak.
+ إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ_ [فاطر/6]
Sesungguhnya syaithon adalah musuh kalian maka jadikanlah mereka musuh, syaithon hanyalah menyerukelompoknya untukmenjadi penghuni neraka Sa'ir" [QS Fathir 6]
+ قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ * قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ * إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ * قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ * إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ _ [ص/79-83]
Berkata syaithon : Wahai Rob, berilah aku senjang waktu sampai hari pembangkitan(Qiyamat) , Alloh menjawab: Sungguh engkau termasuk yang diberi senjang waktu, sampai hari yang tertentu, syaithon berkata: Maka demi kemuliaanMu aku akan sesatkan mereka semua, kecuali hamab-hambaMu yang ikhlash.[QS Shod 79-83]
+الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا_ [النساء/76]
Orang-orang yang beriman berperang dijalan Alloh, sedangkan orang-orang kafir berperang dijalan thoghut, maka perangilah oleh kalian para wali syaithon, karena sesungguhnya tipu daya syaithon adalah sangat lemah.[QS An-Nisa 76]
Dan sudah menjadi sunnatulloh bahwa pertikaian antara ahlul haq dengan ahlul batil tak akan berhenti dan terputus sampai Alloh mewarisi dunia ini, dan telah Alloh janjikan bahwa ahlul hak akan selalu mendapat pertolonganNya dan mendapat bantuan kekuatan dariNya, karena ahlul hak berjalan dengan tuntunan syari'at yang Alloh syari'atkan, dan selalu berada diatas jalanNya, terang-terangan tanpa menyembunyikan diri, karena mereka yakin bahwa yang sedang mereka perjuangkan adalah kebenaran, dan yang mereka harapkan dari perjuangan diatas alhak ini adalah wajahNya semata, makanya mereka tak merasa gentar dengan besar dan kekuatan musuh, sedikit dan banyaknya pengikut, karena telah tertancap didalam jiwa mereka kebesaran alhak, dan kerdilnya kebatilan.
Disisi lain ahlul batil, dan orang-orang yang didalam hatinya penuh keraguan maka akan terpelanting diawal pertempuran, walaupun mereka memiliki segudang perlengkapan, mencurahkan segenap kekuatan, karena yang mereka bela dan perjuangkan adalah kebatilan, oleh karena kegagalan dan kelemahan mereka dalam menghadapi ahlul hak, dan yakin bahwa mereka tak bisa berkutik dihadapan ahlul hak, akan tetapi dihati mereka terpenuhi kedengkian dan kecongkakan serta kesombongan untuk mengakui kekalahan mereka, maka mereka tetap berusaha untuk melanjutkan perseteruan dengan ahlul hak walaupun dengan cara gerilya dan rahasia, dengan menyerangnya dari balik tabir dan dibelakang tirai, walaupun hasil akhirnyapun kekalahan mereka.
Di antara cara ahlul batil dewasa ini dalam finah terakhir ini adalah dengan memasang orang-orang majhul, yang tak jelas identitasnya, nggak ketahuan akhlak dan adabnya, tak diketahui tingkat tamassuknya diatas al hak, bahkan kalau dikatakan bahwa kefasikannya lebih besar daripada ketho'atannya bukan hal yang jauh dari kebenaran, mereka pasang orang-orang seperti ini untuk membendung hujjah ahlul hak, karena mereka telah merasa kecut dan gentar bahkan mungkin sampai terkencing di celananya ketika mendengar ahlul hak bergerak untuk menghujaninya serangan, dari situ mereka hanya bisa bermain dari balik layar.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah merasa berada dipihak yang salah, karena kalau mereka meyakini bahwa mereka berada dibarisan alhak, tentu mereka tidak main umpet-umpetan, tidak perlu bersembunyi dibalik gedek majhul, sebagaimana ahlul hak bergerak dengan leluasa, akan tetapi bos mereka(yakni syaiton), telah memberi mereka janji-janji basi dan angan-angan gombal dan menhiasinya dengan bunga-bunga bangkai:
+يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غرورا _ [النساء/120]
Syaithon menjanjikan dan memberi angan-angan, dan tidaklah janji dan angan-angan syaithon kecuali tipuan belaka.[QS An Nisa 120]
Sisi keempat : Persamaan mereka dalam memutar balik fakta.
Syaiton itu musuh akan tetapi mengaku sebagai penasehat, dia itu dholim dan bengis akan tetapi mengaku penuh rohmah, dia pendusta tapi mengakunya sebagai orang yang jujur, penyesat tapi mengaku sebagai penunjuk jalan, berapa banyak manusia terpesona dengan gayanya akhirnya menjadi mangsanya, berapa banyak orang terpedaya dengan bualannya .
+ فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى_ [طه/120]
Demikian pula si majhul ini selalu memoles tulisannya dengan memutar balik fakta, merobah dan mengolah berita, yang seharusnya dialah biang keladi fitnah, dia menggambarkan bahwa dialah yang ingin menjernihkan kekeruhan, dialah sebenarnya yang tidak memakai kaidah yang benar dalam tatsabut dengan menyebarkan berita dusta tanpa adanya tatsabut terlebih dahulu, lalu dia lemparkan hujatan itu kepada ahlul hak, bagaimana dia berani tatsabut wong dia itu pengecut, kaidah tatsabut fersi mereka adalah :" Menolak dan harus mantatsabuti berita tsiqoh dan menerima berita majahil mentah-mentah".
Mereka menyebarkan berita bahwa mereka didholimi padahal kedholiman mereka terhadap ahlul hak tak terhitung jumlahnya, mereka menuduh ahlul hak hanya sibuk dengan urusan fitnah dan rudud dan tidak tersibukkan dengan belajar, pada kenyataannya merekalah yang paling agresif dalam menyebar fitnah dan sibuk didepan layar internet menyaksikan kemaksiatan dan kerusakan. Sungguh cocok sekali apa yang dinukil oleh imam Dzahabi – rohimahulloh- untuk para majahil :
يا مسكين، أنت مسئ وترى أنك محسن، وأنت جاهل وترى أنك عالم، وتبخل وترى أنك كريم، وأحمق وترى أنك عاقل، أجلك قصير، وأملك طويل. - إي والله، صدق- ، وأنت ظالم وترى أنك مظلوم، وآكل للحرام وترى أنك متورع، وفاسق وتعتقد أنك عدل، وطالب العلم للدنيا وترى أنك تطلبه لله. سير أعلام النبلاء (ج 8 / ص 440)]
Wahai miskin, enkau itu bwerbuat jahat tapi engkau melihat telah berbuat baik, dan engkau bodoh tapi engkau melihat dirimu sebagai orang alim, engkau pelit tapi kau menganggap dermawan, engkau dungu tapi engkau beranggapan orang yang cerdas, jalmu sangat pendek tapi angan-anganmu terlalu jauh, sungguh demi Alloh, benar, engkau dholim tapi engkau anggap dirimu yang madlum, engkau memakan harta yang harom tapi engkau anggap orang yang waro' , engkau fasiq tapi engkau meyakini orang yang adil, engkau mencari ilmu untuk dunia tapi engkau menganggap mencarinya karena Alloh . [ Siar 'Alamunnubala 8/440]
Mereka menjuluki orang-orang yang tidak sepantasnya mendapat julukan dengan julukan besar diluar tatanan seperti Syaikh fulan padahal dia itu orang awam tulen, Da'i tenar fulan padahal dia pengangguran, Al-ustadz kabir fulan padahal dia penyanyi, tukang masak, tukang bangunan dst(dimana orang yang mengetahui dengan pasti hakekat orang-orang terpuji mereka dan pujiannya niscaya akan terpingkal-pingkal geli akan pujian majhul tersebut), bahkan yang lebih memilukan mereka menjuluki orang yang majruh dengan pasti secara moral seperti seorang homo, seorang hizbi, seorang pengemis dakwah, seorang yang terjerumus kedalam kemaksiatan nyata, seorang akhwat jadi-jadian, pembunuh, pemberontak, preman,dll dengan pujian harum, karena mereka berada dibarisannya, sementara orang yang berhak mendapat pujian karena telah nampak dan terbukti kebaikan dan jasanya, ahli ibadah, penghafal Al-Qur'an, penulis handal, orator, dllnya, mereka habisi dan tidak sebutir ucapan hormat sedikitpun terlontarkan dari mulut dan tulisan mereka.
Ini semua menunjukkan telah rusaknya timbangan keinshofan mereka dan menunjukkan akan kelihaian mereka dalam taqlibul haqoiq (memutar balik fakta).
Padahal Alloh telah melarang perbuatan seperti ini dalam beberapa firmanNya, diantaranya karena perbuatan ini adalah kebiasan orang-orang sesat, perbuatan orang-orang munafiq, seperti firman Alloh tentang kaum Madyan:
+ وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ_ [الأعراف/90]
"Berkata para pembesar orang-orang kafir dari kaumnya : kalau kalian mengikuti Syua'ib sungguh kalian menjadi orang yang merugi"[QS Al-'Arof :90].
Padahal kenyataannya sebaliknya, kemudian adat ini diikuti oleh Fir'aun:
+وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَاد_ [غافر/26] .
Dan berkata Fir'aun : Biarkan aku membunuh Musa, dan biarkan dia menyeru Robnya, karena aku takut kalau dia akan mengganti agama kalian dan menampakkan diatas bumi dengan kerusakan.[QS Ghofir 26]
Siapa sebenarnya yang merobah agama dan berbuat kerusakan , Nabi Musa > ataukah Fira'un??
Dan Alloh menghabarkan tentang sifat munafiqin dalam masalah pemutar balikan fakta:
+ وَقَلَّبُوا لَكَ الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ _ [التوبة/48].
"Dan mereka memutar balik perkara kepadamu sampai datang kebenaran dan tanpak jelas perintah Alloh dan mereka membencinya"[QS At-Taubah 48]
Dengan ini jelas bahwa para majahil sungguh telah terjerumus kedalam dosa tasyabbuh dengan syaithon, tasyabbuh dengan kaum terlaknat, tasyabbuh dengan Fira'aun, tasyabbuh dengan orang-orang munafiqin.
Lantas pahala apa yang mereka harapkan dari berbuat kemajhulan dan menyamarkan diri wahai orang yang berakal?
Sisi kelima: persamaan dalam sisi lari dari tanggung jawab.
Alloh berfirman mengkhabarkan bagaimana syaithon berlepas diri dari para pembebeknya:
+وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ_ [إبراهيم/22]
"Dan berkata syaiton ketika telah diputuskan perkara, sesungguhnya Alloh telah menjajikan kepada kalian dengan jenji yang benar, dan akupun menjajikan kalian tapi dengan janji yang aku selisihi, maka sungguh aku pada waktu itu tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk menguasai kalian, aku hanyalah menyeru dan mengajak saja lantas kalian mengikutiku, oleh karena itu kalian jangan mencaciku akan tetapi cacilah diri kalian sendiri, aku tidak akan mampu menyelamatkan kalian dan kalian juga tidak bisa menyelamatkanku, aku berlepas diri peyekutuan kalian kepadaku sebelum ini, sungguh orang-orang dholim mendapatkan adzab yang pedih."[QS Ibrohim 22]
Lihatlah betapa syaiton dengan begitu mudahnya berlepas diri dari tanggung jawab setelah menyeret manusia kedalam kesesatan dan menjadi pengikutnya bahkan merasa dirinya dalam kebenaran tak bisa disalahkan dan dicaci.
Demikian halnya dengan si majhul, kondisi dia yang tidak terdeteksi dengan terus meyebarkan virus adalah dalam rangka agar tidak dikejar-kejar untuk mempertanggung jawabkan kelacutannya, baik dihadapan Alloh atau dihadapan manusia (menurut angan-angan kotornya), agar kredibilatasnya tetap mantap, itu semua adalah hasil kepengecutannya, lain halnya kalau dia itu seorang jentelman kestria sejati, seorang laki-laki beneran, maka dia siap bertanggung jawab atas apa yang dia tulis, apa yang dia ucapkan, dan apa yang dia perbuat, walaupun harus menelan kepahitan dalam mempertanggung jawabkan semua itu, dan itulah sifat mukmin sejati, kalau salah mengaku salah kemudian berusaha berbenah diri, dan kalau benar dia tidak menyia-nyiakan kebenaran itu terlantar, bahkan dengan sekuat tenaga dipertahankannya dan digenggamnya walaupun harus mengorbankan jiwanya.
Kami kira cukup disini dulu apa yang bisa kami kemukakan agar tidak membosankan pembaca, karena kalau kita telusuri setiap sisi dari keculasan si majhul, akan membutuhkan ratusan halaman, karena seorang yang masih memiliki hati dan kejujuran akan terketuk hatinya walaupun dengan sepatah dua patah kata, adapun mereka yang hatinya telah membatu dan mengeras maka tidaklah siraman air jernih kecuali semakin menambah keruh dan keras.
DAFTAR PARA MAJAHIL DALAM FITNAH IBNAI MAR'I
No. Penulis Majhûl Judul Makalah mereka
1 ‘Abdurrohmân bin Ahmad Al-Barmakî رد شبه (المُحَارِب) المتمحِل مثير الشقاق بين الإمامين النجمي ومقبِل.
التنكيل لما في خيانة عبد الحميد وشيخه الحجوري من الأباطيل.
إيضاح الدليل في كشف شُبه الحجوري صاحب البتر والتعطيل.
انقضاض الشهب البخارية على أوكار الحجوري الخلفية.
الرد الفوري في تحرير محل النزاع بين الشيخ عبيد والشيخ الحجوري.
التعليق الوجيز على كلمات الشيخ العلامة عبيد أبي عبد العزيز.
2 ‘Abdullôh bin Robî' As- Salafî ماذا ينقمون من الشيخ الحجوري (سلسلة من 1-4)
3 ‘Abdullôh bin Qôsim Ad Dâkhilî سلسلة "نحو تربية سلفية صحيحة"رقم(1) الغلوّ في الشيخ يحيى.
دعوة إلى التوبة.
4 Abû ‘Abdillâh ‘Abdul ‘Azîz bin Ahmad Al-Qohthonî نفثات مصدور من دماج بعد أن ملئها الحجوري بالظلم والفجور
السعي المشكور في تعزيز نفثات مصدور
5 ‘Abdullôh bin Ahmad Al- Khaulânî ما هكذا تورد يا يحيى الإبل؟
6 Ibnus Shobban Al- Manshûrî هذا هو اعتقاد الحجوري يا علماء أهل السنة !!!!
7 Abû ‘Abdil Wahhâb الحجوري يشجع طلبته بالكذب
الجمع الحسن فيما وقع فيه الشيخ يحيى وأصول أبي الحسن
الرد المبين على الناصح الأمين
8 Abû Hajir As-Salafî تنبيه العقلاء إلى مقاصد الحجوري الهوجاء
9 Abû ‘Abdillâh As-Salafî فتنة الحجوري دائرة بين التهويل والاستخفاف بالعقول
10 ‘Ammâr As-Salafî ماذا بقي في كتاب الحجوري (الطبقات) بعد فتنته هذه؟!
11 Sa'îd bin 'Alî Al-Hamîd مع الحجوري ذكرى وتذكير (الحلقة الأولى والثانية)
12 Ath-Thoyyib Abul Madînî الحجوري في قفص الاتهام من الحلقة الأولى إلى الرابعة
13 ‘Abdullôh bin Ahmad تجـلية المحـــــنة في حقيــقة الفتــنة
14 ‘Ubaidillâh As-Salafî تذكير الحجوري بأخلاق العلماء
أوجه الشبه بين الحجورية والحدادية
15 Abû Muslim Muhammad bin ‘Abdillâh Al-Hamdânî أبـغض الرجال إلى الله
خذوا على يد الظالم
16 ‘Abdullôh bin Mubârok أكذب من الحجوري
17 ‘Abdullôh bin Mutsannâ فاقرة من فواقر الحجوري ضحية التعالم إمام الثقلين
تقعيدات الحجوري تشبه تقعيدات أبي الحسن من بعض الوجوه وتخالفها في المقصد
نصيحة عاجلة إلى ((حُطيئة العصر)) يحيى الحجوري وقد ماتوا بغيضهم
18 ‘Abdullôh bin Habîb Al- Atsarî طعن الحجوري في الصحابة
19 Syâkir bin ‘Abdul ‘Azîz As- Sâlimî تنبيه الخلق على بطلان مقولة الحجوري أن أهل السنة أقرب الطوائف إلى الحق
20 Abû ‘Abdillâh Ad-Dârî
سلسلة الدفاع عن الحق
21 Abû ‘Abdillâh Al- Hadhromî
ضابط الإفراط والتفريط في مدح العلماء - ضوابط لا يضبطها "الناصح الأمين"
22 Abul Hârits Al-Asymûrî "الصواعق الشديدة على شلة الحجوري وبراءة الذمة الجديدة"
23 Abû Mahfut Alî bin 'Imran bin 'Alî Adam Al Andunusy Dia adalah muta'ashib pendusta yang bersembunyi di Dammâj menurut pengakuannya kemudian kini menurut suatu riwayat di pondok hizbi Fuyusy. Sementara orang-orang Indonesia yang bernama "Ali" di sini tiada satupun yang berani mengaku kenal dengannya) di antara tulisannya adalah Tirai serbet butut, dan dia yang menerjemahkan buku Yasin Al Hizbi dalam pembelaannya terhadap majhulin.
24 Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd Berbicara dengan lidah bekas wakil panglima Luqmân Al-Hizbî, sudah dua buah buku bualannya hasil terjemahan buku-buku orang majhûl diatas tanpa malu dan sungkan, dan di antara kedunguannya adalah: menjuluki ‘Abdullôh bin Robî` Al-Majhûl dengan Syaikh.
25 Situs Dammaj Habibah Sekelompok pengangguran yang menyebar fitnah mereka mengaku cinta Dammaj tapi pada kenyataannya ingin menghancurkannya.
26 Abdul Karim Trenggalek Sebagai bayang-bayang Abu Mahfuth setelah dia hengkang dari Dammaj
27 Bocah- bocah Dammaj anti Turobi Sekelompok bocah-bocah nakal , pengangguran , pencari gosip, kerjanya ghibah dan namimah, tidak memiliki rohmah dan sopan santun dan hormat kepada orang-orang tua, bocah – bocah tak terdidik dan tak beradab.
28 Anti Luqman Menyuarakan permusuhan terhadap Luqman Alhizbi dengan tanpa petunjuk yang shohih, seharusnya dia atau yang bersamanya tidak perlu berbuat demikian, kalau memang belum memiliki kejantanan untuk berlaga dengan ahlul bathil.
29 Pembela Daarulhadits Dammaj Ini sama dengan Anti Luqman
30 Situs Wahyain Situs milik para majahil, dengan bahasa Arob, para pengelolanya adalah orang-orang majhul dari pembela hizbi Ibnai Mar'I , dan situs inilah yang menjadi rujukan para asatidzah Indonesia dalam mendepak Dammaj.
PENUTUP
Sebelum kami tutup pembicaraan ini, kami sisipkan komentar para ulama jarh wa ta'dil terhadap para majahil agar menjadi pemacu bagi para majahil untuk segera berpindah posisi dan mengambil langkah baru, bertaubat kepada Alloh dan menjauhi kemaksiatan besar ini, dan sebagai tambahan penguat pijakan bagi ahlul hak dalam menumpas segala kebathilan.
Perkataan Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma:
وفي مقدمة صحيح مسلم (1 / 9رقم:17) وَحَدَّثَنِى أَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنِ الْمُسَيَّبِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبَدَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَتَمَثَّلُ فِى صُورَةِ الرَّجُلِ فَيَأْتِى الْقَوْمَ فَيُحَدِّثُهُمْ بِالْحَدِيثِ مِنَ الْكَذِبِ فَيَتَفَرَّقُونَ فَيَقُولُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ سَمِعْتُ رَجُلاً أَعْرِفُ وَجْهَهُ وَلاَ أَدْرِى مَا اسْمُهُ يُحَدِّثُ.
Berkata Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma: Sesungguhnya syaithon bisa menyerupakan dirinya denganseorang laki-laki, lantas dia mendatangi sekelompok manusia sembari menyampaikan hadits (atau berita) dari kedustaan, maka berpencarlah manusia, dan diantara mereka ada yang mengatakan : Aku telah mendengar berita (hadits) dari seseorang yang aku kenal wajahnya akan tetapi aku tidak mengenal siapa namanya.[Lihat Muqoddimah Shohih Muslim no 17]
Kami katakan : kisah sangat cocok dengan kondisi Abu Mahfudh dan jenisnya.
Kisah Ibnu 'Abbas rodhiallohu'anhuma dengan majhul:
في مقدمة صحيح مسلم (1 / 10رقم:21): وحدثنى أبو أيوب سليمان بن عبيد الله الغيلانى حدثنا أبو عامر - يعنى العقدى - حدثنا رباح عن قيس بن سعد عن مجاهد قال جاء بشير العدوى إلى ابن عباس فجعل يحدث ويقول قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فجعل ابن عباس لا يأذن لحديثه ولا ينظر إليه فقال يا ابن عباس ما لى لا أراك تسمع لحديثى أحدثك عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ولا تسمع. فقال ابن عباس: إنا كنا مرة إذا سمعنا رجلا يقول قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ابتدرته أبصارنا وأصغينا إليه بآذاننا فلما ركب الناس الصعب والذلول لم نأخذ من الناس إلا ما نعرف.
Dari Mujahidberkata:Datang seseorang kepada Ibnu 'Abbas –yaitu : Basyir bin Ka'ab Al-'Adawi- maka mulailah dia menyebutkan beberapa hadits dan berkata : telah bersabda Rosululloh > dan mengulanginya, maka Ibnu Abbas tidak mendengarkan sedikitpun haditsnya dan tidak pula mengarahkan pandangannya kepadanya(tidak memperdulikannya sama sekali) orang tadi menyela: Wahai Ibnu 'Abbas, kenapa engkau tidak memperhatikan dan tidak mendengar haditsku padahal aku menyandarkannya kepada Rosululloh > ?? maka Ibnu Abbas menyela: Dahulu kita jika ada orang yang mengatakan telah berkata Rosululloh > maka telinga kami segera kami pasang, dengan sepenuh perhatian kami, akan tetapi ketika manusia mulai melewati jalan terjal dan lembut (asal-asalan baik dari yang ma'ruf atau majhul) maka kita tidak mengambilnya kecuali yang kami ketahui.
Perkataan Ibnu Siirin rohimahulloh:
في مقدمة صحيح مسلم (1 / 12) عن محمد بن سيرين قال إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
Berkata Ibnu Siiriin : Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian ambil agama kalian.
قال الإمام مسلم : حدثنا أبو جعفر محمد بن الصباح حدثنا إسماعيل بن زكرياء عن عاصم الأحول عن ابن سيرين قال لم يكونوا يسألون عن الإسناد فلما وقعت الفتنة قالوا سموا لنا رجالكم فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم
Ibnu Sirîn berkata: ‘‘Mereka dulu tidak bertanya tentang isnad .Tapi ketika telah terjadi fitnah mereka berkata: Sebutkan pada kami rantai sanad kalian. Maka, mereka melihat, apabila orang-orang tadi adalah Ahlus Sunnah maka hadîts mereka diambil. Dan mereka melihat apabila sanad tadi adalah Ahlul Bid'ah, maka hadîts mereka tidak diambil.(dicampakkan)’’ (Diriwayatkan Imâm Muslim dalam Muqoddimah Shohîhnya).
Berkata Imâm Syu'bah bin Hajjâj –rohimahulloh-:
إِذَا حَدَّثَكَ المُحَدِّثُ فَلَمْ تَرَهُ فَلاَ تَرَوْ عَنْهُ فَلَعَلَّهُ شَيْطَانٌ قَدْ تَصَوَّرَ فِي صُوْرَتِهِ يَقُوْلُ حَدَّثَنَا وَأَخْبَرَنَا وَهُوَ خِلاَفُ الصَّوَابِ
‘‘Apabila berbicara kepada kalian Almuhaddits dan kamu tidak melihatnya, jangan kamu riwayatkan darinya karena kemungkinan dia itu syaithon yang telah berubah wujud. Dan berkata Syaithôn: aku kabari dan aku beritahu yang itu menyelisihi kebenaran.’’ [Dari kitab "Tadrîbur Rowi (2/11)]
Perkataan Imam Nasai rohimahullooh.
Berkata Imam Nasai rohimahulloh mengomentari seorang majhul bernama Marwan bin 'Utsman :
" ومن مروان بن عثمان حتى يصدق على الله عز وجل .[الإرشادات في تقوية الأحاديث بالشواهد والمتابعات - (1 / 123)]
Siapa sih Marwan bin Utsman ini, sampai dibenarkan ucapan atas nama Aloh 'azza wajalla ??
Makna ungkapan jarh muhadits: ظلمات بعضها فوق بعض
| ظلمات بعضها فوق بعض : يوصف بهذه العبارة ونحوها الحديث الذي اجتمع فيه عدد من المجاهيل أو الكذابين أو المتروكين أو العلل الفاحشة ؛ [انظر:معجم مصطلحات المحدثين) (4 / 45(]
|Ahlul hadits dalam menjarah suatu hadits yang disanadnya terkumpul padanya beberapa orang majhul dan kadzab serta matrukun dengan ungkapan : Kegelapan sebagian diatas kegelapan yang lain.
Perkataan Syaikh Robi' hafidhohullooh:
Berkata Syaikh Robî' di kitab : "At-Tatsabbut fi Asy-Syarî'ah wa mauqif Abil Hasan minhu hal.34: ‘‘Dan kesimpulan terakhir, bahwa orang ini menolak perkataan-perkataan ‘Ulamâ dan persaksian-persaksian ‘Ulamâ serta hukum-hukum mereka, dan membantah kabar-kabar Salafiyîn bagaimanapun banyaknya, di sisi lain mereka menerima dengan hawanya kabar-kabar orang yang tidak diketahui (tak dikenal) atau para pendusta, maka menunjukkan atas apakah perilaku-perilaku dari perbuatan-perbuatan mereka ini? Dan sesungguhnya amalan-amalan dia ini menyelisihi at-tatsabbut yang disyari’atkan dalam agama Islam. Apabila dia berkata (Abul Hasan): Mereka yang tidak dikenal itu di sisiku adalah orang yang terpercaya (tsiqot), dan tidak ada yang melazimkanku untuk tatsabbut/mencari kejelasan dari kabar-kabar mereka.’’ Maka katakan kepadanya:
1) Sebutkan nama-nama mereka dan sanjungan ‘Ulamâ terhadapnya dan ketidak adanya celaan terhadap mereka.
2) Kenapa engkau sembunyikan di belakang at-tatsabbut untuk membantah perkataan-perkataan para ‘Ulamâ yang terpercaya, bahkan orang yang lebih tinggi martabatnya, di mana kamu membantah fatwa-fatwa dan perkataan mereka?! Maka apabila engkau mempunyai manhaj yang benar dan maksud yang baik, apa untungnya engkau berbuat seperti ini? Dan untuk apa engkau membantah kabar-kabar dari Salafiyyîn walaupun banyak jumlahnya ? Bukankah semua ini dan itu menunjukkan atas sangat bengkok dan menyelisihi fitroh dan manhaj Salafî yang benar?? Bahkan menunjukkan atas pengingkaran terhadap manhaj ini dan pengikutnya dengan sebenar-benarnya. ?? Selesai perkataannya Syaikh Robî's.
Dan sesungguhnya pendorong mereka dalam menyebarkan berita-berita orang-orang majhûl dan yang menggerakkannya adalah karena adanya kecocokan dan keserasian mereka terhadap apa yang mereka jalani, dan seperti ini juga apa yang telah dilakukan oleh Abul Hasan Al-Mishrî dan kayu bakar fitnahnya. ("براءة أهل السنة" ص234)
daftar isi
Muqoddimah 3
Fenomena para majahil 6
latar belakang penulisan 9
Devinisi Dosa besar 13
Dosa besar pertama: Berbohong kepada Alloh dan kaum mu'minin 14
Dosa Besar kedua: Mendustakan kebenaran 15
Dosa besar ketiga: Menyeru manusia kepada kesesatan dan tersebarnya fahisyah. 16
dosa besar keempat : menyerupai orang-orang munafiqin. 17
Dosa besar kelima: tipisnya muroqobah mereka kepada Alloh 19
Dosa besar keenam : merobah nasab dan menyandarkan kepada selain bapak kandungnya. 21
dosa besar ketujuh: menyeru orang untuk berdusta jama'i 24
dosa besar kedeapan : simajhul pembuka pintu suudhon. 27
Dosa besar kesembilan: simajhul tasyabbuh dengan yahudi dan Nashoro dan orang-orang rofidloh dalam menerima berita, kemudian menyebarkannya. 30
Dosa besar kesepuluh : Simajhul menghancurkan usaha keras para muhaddits dalam membangun kaidah jarh wa ta'dil yang benar dengan membuat bid'ah baru dalam jarh wa ta'dil fersi majahil. 32
Dosa besar kesebelas : sebagian besar sifat munafik cocok disandang oleh majahil. 33
Dosa besar keduabelas : Si Majhul menyerupai setan 44
DAFTAR PARA MAJAHIL DALAM FITNAH IBNAI MAR'I 53
PENUTUP 59
Perkataan Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma: 59
Kisah Ibnu 'Abbas rodhiallohu'anhuma dengan majhul: 60
Perkataan Ibnu Siirin rohimahulloh: 61
Berkata Imâm Syu'bah bin Hajjâj –rohimahulloh-: 61
Perkataan Imam Nasai rohimahullooh. 62
Makna ungkapan jarh muhadits: ظلمات بعضها فوق بعض 62
Perkataan Syaikh Robi' hafidhohullooh: 62
daftar isi 65
BESAR
PARA MAJAHIL
dalam fitnah ibnai mar'i
Penulis
Abu Turob Saif bin Hadhor Al-Jawi
DARUL HADITS
DAMMAJ
Muqoddimah
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهد الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادى له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدًا عبده ورسوله.
+ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا_[النساء/1]
+يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ_[آل عمران/102]
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا_ [الأحزاب/70، 71]
فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد > وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار.
Berikut ini kami sebutkan beberapa dosa besar yang berhak di tanggung oleh para majahil (orang yang menyembunyikan identitas baik dengan menyamarkan nama atau mengganti nama yang tidak masyhur) dalam kaitannya penyebaran fitnah dikalangan kaum muslimin, dengan tujuan membela kejahatan dan agar tidak diketahui oleh khalayak, karena memang dibelakang itu ada maksud kotor dan mengandung dosa, berlandaskan hadits Nawwas bin Sam'an :
عن النواس بن سمعان الأنصاري قال : سألت رسول الله صلى الله عليه و سلم عن البر والإثم ؟ فقال:" البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس". [رواه مسلم ( 2553 )]
Bahwa beliau bertanya kepada Rosululloh > tentang kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab: "Kebajikan adalah akhlaq yang baik dan dosa adalah apa yang bergetar dalam jiwamu dan kamu benci apabila manusia mengetahuinya".[HR Muslim]
Dan sungguh para majahil itu bukanlah orang baik bahkan orang jahat, karena dia telah berbohong kepada Alloh kepada makluqNya dan bahkan kepada diri sendiri, dan kita sepakat bahwa dusta dan bohong adalah dosa dan kejahatan, demikian pula dia otomatis telah menyembunyikan kejahatan yang bergetar di jiwanya, dan tidak suka kalau kegundahan jiwanya diketahui oleh orang lain, lebih-lebih kalau dia termasuk yang pernah belajar ilmu hadits atau mengaku sebagai salafi atau pembela kebenaran, yang lebih menunjukkan kekotoran dan kejelekannya, karena dia tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya, dan menyembunyikan ilmu tersebut.
Bahkan lebih parahnya dia berusaha mencari seribu alasan dan argument untuk membenarkan kesalahan yang dia sendiri telah meyakininya kalau memang dia masih memiliki kejujuran terhadap dirinya sendiri.
Semoga tulisan ringkas ini berbarokah dan memberi faedah kepada pembaca semua, dengan harapan sangat agar para majahil (dan orang-orang yang dibelakangnya, serta semua yang ikut andil seperti nara sumber, penasehat, anggota-anggota lainnya baik dari kalangan jin atau manusia), bertaubat kepada Alloh, karena barang kali selama ini mereka selalu dibuai angan-angan pahala dan merasa bahwa dia di atas jalan lurus dan berada di barisan pembela agama.
Kami memohon Alloh agar menjadikan amal ini murni untuk mengharap wajahNya yang Mulia, dan agar menjadikan amal ini sebagai simpanan kebaikan kami diakherat kelak.
Penulis
Abu Turob Saif bin Hadhor Al Jawi
Dammaj 11 Jumadil Tsaniyah 1431
Fenomena para majahil
Adapun kekotoran-kekotaran perbuatan menyamarkan diri dan bahayanya dalam pandangan syari'at sudah dimaklumi bersama, bahkan secara adab tatakrama kehidupan manusia yang wajar pun tidak memiliki nilai positif kecuali kalau ada faktor-faktor yang mengharuskannya.
Adapun yang menjadi perbincangan kita kali bukanlah pada sisi ini.
| Kalau seandainya kemajhulan model mereka itu di bolehkan syari'at, tentunya Alloh ta'ala tidak akan menyebutkan nama-nama para nabi, atau nama para malaikat dan orang-orang sholeh, karena kalau disebutkan menurut para majahil akan membahayakan mereka.
|Kalau seandainya perkara ini dibenarkan tentunya tidak ada perlunya Rosululloh >menanyakan, memberitahu, menamakan, memanggil, menjuluki, memuji, memberi amanat, mengangkat panglima, dan seterusnya, karena bisa jadi semua itu bukan nama asli .
|Kalau kelak didalam kuburan ketika malaikat menanyainya nama apa yang akan dia pakai??
|Kalau para malaikat yang membawa rohnya dikain kafan menuju langit dan disambut oleh para malaikat, kalau seandainya simajhul ini tergolong orang sholeh (kalau ada) nama mana yang akan mendapat pujian, adapun kalau orang jahat maka apa jawabanmu wahai para majahil??
عن البراء في حديث طويل وفيه قال النبي > :" فيصعدون بها فلا يمرون بها على ملك من الملائكة إلا قالوا : ما هذا الروح الطيب ؟ فيقولون : هذا فلان بن فلان بأحسن أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا "[في الصحيح المسند (ج 1 / ص 67)]
Dari Al-Barro bin 'Azib rodhialloohu'anhu pada haddits yang panjang dan didalamnya bersabda nabi > : " Maka para malaikat naik membawa roh orang sholeh tadi ke langit, dan tidaklah mereka melewati seorangpun dari malaikat kecuali mereka berkomentar: roh harum siapakah gerangan?? maka mereka menjawab : ini adalah roh Fulan bin Fulan mereka menyebutkan seindah-indah nama yang dia pakai ketika di dunia.[ HS terdapat di Shohih Musnad 1/67]
|Kalau hal itu diizinkan tentunya tidak ada gunanya Rosululloh > menganjurkan seorang bapak menamakan anaknya dengan nama-nama yang baik atau melarang dari nama-nama jelek.
| Kalau perkara itu di benarkan tentunya tidak perlu capek-capek para ulama ahlul hadits menulis para perowi dan memilah-milah antara yang tsiqoh dari yang dho'if atau yang ma'ruf dari yang majhul.
| Kalau seandainya para salaf seperti para majahil model ini niscaya kita tidak akan mengenal Abu Bakar As Shiddiq, dan seluruh shohabat, tidak akan kenal siapa itu Abdulah bin Mubarok, Sofyan Ats- Tsauri, Imam Bukhori dan seluruh ulama , bahkan kitab-kitab mereka tak akan dipakai oleh umat karena tidak ketahuan siapa pengarangnya.
| Kalau hal itu di bolehkan maka tidak ada gunanya Rosululloh > menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu nasab, dan tidak ada seorangpun yang bisa menyambung silaturrohmi karena semuanya majhul.
عن ابن عباس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « اعرفوا أنسابكم تصلوا أرحامكم ، فإنه لا قرب لرحم إذا قطعت ، وإن كانت قريبة ، ولا بعد لها إذا وصلت وإن كانت بعيدة » [في الصحيح المسند (ج 1 / ص 317)]
| Kalau hal itu diperkenankan tentunya seorang ayah tidak akan mengenal anak aslinya dan sebaliknya, seorang cucu tidak akan mengakui datuknya juga sebaliknya, seorang suami akan ragu terhadap istrinya demikian pula sang istri akan curiga terhadap suaminya, sesama saudara akan baku hantam mempertahankan keasliannya dan seterusnya.
| Kalau si majhul menikah, dia mau pakai nama yang mana?? sah nggak nikahnya?? karena dalam masalah fiqh terjadi perebatan serius antara ulama jika ada seorang wali memiliki dua anak perempuan yang siap dinikahkan, lantas dia mengakadkan nikah dengan salah seorang lelaki akan tetapi wali tersebut memajhulkan calon penganten dari kedua wanita tadi, mana yang menjadi istri sah bagi lelaki tersebut?? demikian pula pada masalah kita ini, hanya saja yang bermasalah adalah calon laki-lakinya, tapi untuk meninggalkan khilaf maka hendaknya simajhul nikah saja dengan majhulah, wali dan saksi serta mahar semua semuanya majhul, yang diundang walimah juga para majhulin, maka pernikahan mereka sungguh menghebohkan dan masuk dalam rekor keunikan sejagat.
| Kalau seorang kepala Negara, atau seorang raja, atau seorang direktur, atau kepala perusahaan, atau mentri, atau bawahan semua mereka adalah dari golongan majhulin, jadi apa Negara mereka, siapa yang harus di turuti perintahnya, kepada siapa urusan dipasrahkan, siapa yang menjadi bawahan …???
| Bahkan dengan sebab masalah ini akan rusak dan hancur perdagangan, surat menyurat, rekomendasi, surat bukti, sertifikat, passport, ktp, absent, kwitansi, dan lain-lainnya yang barangkali para majhulin lebih mengetahui dari kami.
latar belakang penulisan
Bertolak dari situlah kami menorehkan tulisan ini sebagai nasehat dan rohmah serta belas kasihan kami kepada mereka sebelum datang hari penyesalan yang memilukan, karena kondisi mereka ini sangat cocok dengan apa yang terkandung dalam firman Alloh :
+ قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا * أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا _ [الكهف : 103 - 105]
"Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang yang merugi amalannya, merekalah orang-oang yang hangus usahanya dikehidupan dunia ini akan tetapi mereka beranggapan bahwa mereka telah berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang kufur dengan ayat-ayat Rob mereka dan kufur dengan bertemu denganNya, maka sirnalah perbuatan mereka dan mereka tidak akan kami menimbang sedikitpun amalan mereka pada hari qiamat".
Walaupun ayat diatas pada asalnya untuk orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Alloh, akan tetapi prasangaka simajhul dan mereka sama, yaitu anggapan akan kebaikan perbuatan mereka padahal kenyataannya adalah kesesatan yang mereka petik.
Dan sengaja kami beri judul dengan "Dosa-Dosa Besar" karena perbuatan mereka tidak bisa terlepas darinya, sebagaimana yang akan kami paparkan dengan dalil-dalilnya, yang barangkali para majhulin tidak sampai terdetik dan terbesit didalam hatinya akan parahnya akibat kegegabahannya ini, karena jauhnya dari bimbingan ilmu yang benar dan jernih dan terdapatnya niatan busuk, kalau toh dia pernah belajar ditempat yang baik, serta kekotoran pergaulan dan sangat minimnya muroqobahnya(merasa terawasi)kepada Alloh, dan sangat miskinnya dari amal sholeh.
Dan kami khususkan pembahasan ini para majahil dalam fitnah Ibnai Mar'i, sebagai pemisah antara majahil perowi hadits dengan mereka, karena para perowi hadits yang majhul masih jauh lebih bagus dan beradab serta masih bisa dijadikan penguat kalau jumlahnya banyak menurut sebagian ulama, adapun majahiil dalam fitnah ini golongannya menurut ahlul hadits pada tingkatan waddho' (pembuat hadits palsu).
Berkata Imam As-Sam'ani rohimahulloh :
الماء النازل من السماء على طعم واحد من اللذة والطيب وعلى لون واحد من الصفاء والنقاء وعلى جوهر واحد من الطهارة والنظافة كذلك العلم النازل من السماء كالوحي.
والماء النابع من الأرض فعلى أنواع منه صاف طاهر على موافقة وحي الله ومنه خبيث كدر لمخالفته وحي الله.
Air yang tercurah dari langit satu rasa enak dan indahnya, juga satu warna , jernih dan murninya dan satu mutiara, kesucian dan kebersihannya, maka begitu pula ilmu yang turun dari langit, seperti wahyu, sementara itu air yang muncul dari dalam tanah maka beraneka ragam jenisnya, ada yang jernih lagi suci, sesuai dengan wahyu Alloh, dan ada pula yang keruh lagi kotor karena menyelisihi wahyu Alloh. [ الانتصار لأهل الحديث (ج 1 / ص 4]
Maka kondisi para majahil seperti contoh air kedua yang penuh kekeruhan, karena ilmu mereka telah tercampur dengan kekotoran hawa nafsu, kebrutalan berfikir, kesenjangan hasad dan berlumuran dosa.
Oleh karena itu, sedikit coretan tangan ini sebagai nasehat dan penegakan hujjah bagi mereka, barang kali ada yang masih memiliki rasa sayang terhadap keselamatan dirinya di akherat, kalau toh mereka tidak menggubrisnya bahkan mungkin akan menertawakannya atau bahkan mungkin akan menguras segala kemampuanya untuk mencari pendukung, baik dengan cara ilmiyah yang penuh syubhat atau dengan menggunakan jurus tutup mata dan telinga dengan slogan : "silahkan berceloteh dan menjerit simajhul tetap eksis dan bergaya".
Dan menurut perhitungan dan pengalaman yang sudah – sudah, baik dari orang-orang sesat terdahulu atau dewasa ini, agaknya mereka lebih memilih menjadi golongan ngeyel dan egois untuk menerima hujjah apalagi sampai taubat, kecuali kalau Alloh rohmat mereka untuk bertauabat, karena Alloh mengatakan:
+فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ_ [الصف/5]
"Maka ketika mereka menyelenceng (dari kebenaran) maka Alloh semakin tambah penyimpangannya, dan Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada oran-orang yang fasik"
Maka itu semua tidak merugikan kami sedikitpun insya Alloh, karena kami tidak mengharapkan pujian mereka sama sekali dan tidak pula merasa terkucilkan dan terasingkan dari para majahil, kami hanyalah mengharap pahala Alloh dan berusaha mengadakan perbaikan sebisa kami.
+وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ_ [هود : 88]
" Dan aku tidak ingin menyelisihi apa yang telah aku larang pada kalian,tidaklah yang aku inginkan kecuali perbaikan, semampuku,dan tidaklah taufiqku kecuali dengan Alloh kepadaNyalah aku bertawakkal dan kepadanya pula aku kembali".
Kini tibalah saatnya untuk kami sebutkan sebagian dosa-dosa besar para majhulin yang mungkin para pembaca bisa menambahi dan memberi masukan sebagai pelengkap akan perkara ini.
Devinisi Dosa besar
Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh :
الكبائر : ما تعلق به أحد الحدين ومرادهم بالحدين : عقوبة الدنيا والآخرة فكل ذنب عليه عقوبة مشروعة محدودة في الدنيا كالزنا وشرب الخمر والسرقة والقذف أو عليه وعيد في الآخرة كأكل مال اليتيم والشرب في آنية الفضة والذهب وقتل الإنسان نفسه وخيانته أمانته ونحو ذلك فهو من الكبائر .[مدارج السالكين (ج 1 / ص 327)]
Dosa besar adalah yang yang berkaitan dengan salah satu dari dua pidana, yang mereka maksudkan dengan dua pidana adalah ancaman di dunia dan di akherat, maka setiap dosa yang ada iqobnya tertentu secara syar'i di dunia seperti zina, minum khomr, mencuri, menuduh berbuat zina, dan juga ada ancaman di akherat seperti makan harta anak yatim, makan dan minum dengan bejana dari perak dan emas, bunuh diri, khiayanat terhadap manusia dan amantnya, dan yang semisalnya maka itu semua adalah dosa besar.
وفي فتح المجيد (ج 1 / ص 348): وضابطها ما قاله المحققون من العلماء : كل ذنب ختمه الله بنار أو لعنة أو غضب أو عذاب زاد شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله : أو نفى الإيمان قلت : ومن برىء منه رسول الله صلى الله عليه و سلم أو قال : [ ليس منا من فعل كذا وكذا ]
Dan didalam kitab Fathul Majid (1/348) : Kriteria dosa besar sebaaimana perkataan muhaqqiqin dari ulama : yaitu semua dosa yang Alloh tetapkan bagi pelakunya dengan ancaman neraka, atau laknat, atau kemurkaan, atau adzab, Syaikhul Islam menambah : atau dinafikan(di cabut) iman padanya, dan ditambah oleh penulis: dan yang rosululloh berlepas diri darinya, atau jika beliau mengatakan : Bukan termasuk kami yang berbuat ini dan itu.
Dosa besar pertama: Berbohong kepada Alloh dan kaum mu'minin
Berbohong kepada Alloh dan kepada kaum mu'minin merupakan dosa besar yag telah di sepakati, terperosoknya si majhul kedalam dosa ini, karena dengan menyamarkan nama dan identitasnya dia bebas mengumbar mulutnya, baik dengan mencari kesalahan orang lain tanpa resiko, atau mencaci siapa saja tanpa tersentuh bahaya, karena terhiasi dibenaknya bahwa tidak seorangpun mengetahuinya, dan beranggapan bahwa dia bisa berkelit dan menghindar dari cercaan manusia yang gampang dia tipu, sementara dia lupa bahwa disana ada yang lebih mengetahui segala perkara:
+وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ * وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ_ [فصلت : 22 ، 23]
"Dan apapun yang kalian sembunyikan ,akan kesaksian pendengaran kalian dan tidak pula mata serta kulit-kulit kalian atas perbuatan kalian, akan tetapi kalian mengira bahwa Alloh tidak mengetahui kebanyakan apa yang kalian kerjakan, dan itu prasangka(kotor) kalian kepada Rob kalian, yang membuat kalian hina, maka jadilah kalian orang yang merugi. [QS Fushilat 22-23]
+ وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ_ [التوبة : 105]
"Dan silahkan kalian berbuat sesuka kalian, karena Alloh akan melihat perbuatanmu, begitu pula rosulNya dan kaum muslimin akan melihatnya, dan kalian akan dikembalikan kepada yang mengetahui keghoiban dan alam nyata, Yang akan membeitahu kalian atas usaha yang telah kalian lakukan."[QS Taubat : 105]
+أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ_ [الزخرف/80]
"Ataukah erekaa menganggap bahwa Kita tidak mendengar rahasia mereka dan bisik-bisik mereka , sungguh rosul-rosul kami ( para malaikat)berada disisi mereka mencatat (semua perbuatan kalian)." [ QS: Az Zukhruf 80]
Dosa Besar kedua: Mendustakan kebenaran
Alloh ta'ala berfirman :
+فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ_ [الزمر/32]
"Dan siapakah yang lebih dholim daripada orang mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya, bukankah Jahannam sebagai tempat kembali orang-orang kafir?" [ QS : Az Zumar 32]
Kebenaran yang didustakan oleh orang kafir adalah besifat umum, mencakup Alqur'an dan yang lainnya, sebagaimana perkataan para mufassirin.
Dan ayat ini walaupun pada asalnya adalah untuk orang kafir, akan tetapi tidak mengapa pula ditujukan kepada selain mereka, yaitu yang memiliki sifat seperti orang kafir dalam pendustaan kebenaran dan bukti nyata, seperti yang dilakukan oleh par majahil kita ini, dimana mereka telah melihat atau mendengar, atau membaca dan menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, akan perbuatan jahat para hizbiyyiin dan antek-anteknya yang dia bela, dan juga telah melihat betapa ahlul hak diatas angin meluluhkan hujjah lawannya, simajhul mendustakan kenyataan tersebut dengan membolak-balik fakta, meragukan saksi, menuduh keji, mencari-cari celah bagimana agar permasalahannya menjadi samar, dan seterusnya, dalam posisi ketakutan yang amat apabila bualan gombalnya diketahui kawan sendiri, apalagi orang lain maka dia menyamarkan diri agar bisa lari sambil menahan nyeri.
Dalam point ini simajhul telah terjerumus kedalam dua dosa besar sekaligus, berdusta dan mendustakan kebenaran.
Dosa besar ketiga: Menyeru manusia kepada kesesatan dan tersebarnya fahisyah.
Alloh berfirman :
+فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ_ [الأنعام/144]
"Maka siapakah yang lebih dholim dari orang yang berdusta atas nama Alloh untuk menyesatkan manusia tanpa ilmu, sesungguhnya Alloh tidak akan menunjuki orang-orang dholim".[QS : Al An'am 144]
Kecocokan ayat ini diterapkan pada majahil adalah dari sisi kedustaan yang mereka perbuat untuk mengajak manusia mengikuti alur pikiran sesatnya, dimana dia mengajak mereka untuk membenarkan kedustaan berita yang dia sebar dengan membenarkan keberadaan dia, bahwa kemajhulanya itu sama dengan yang lainnya yang bukan majhul, dengan demikian simajhul telah menyesatkan banyak orang dengan tanpa ia sadari, dan yang lebih menyayatkan hati ketika yang terseret kedalam perangkap majahil adalah para pembesar da'i alias Al Ustadz Kibar bahkan salah seorang Syaikh mereka.
Dan Alloh juga berfirman :
+إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ_ [النور/19]
"Sesungguhnya orang-orang yang senang tersebarnya fahisyah dikalangan kaum mu'minin maka bagi mereka adzab yang pedih didunia dan diakherat, dan Alloh mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahuinya". [QS: An- Nur 19]
Berkata Roghib Al-Asbahani –rohimahulloh-:
الفحش والفحشاء والفاحشة: ما عظم قبحه من الأفعال والأقوال، وقال: +إن الله لا يأمر بالفحشاء_ [الأعراف/28]، +وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون_ [النحل/90]، +من يأت منكن بفاحشة مبينة_ [الأحزاب/30]، +إن الذين يحبون أن تشيع الفاحشة_[ مفردات ألفاظ القرآن ـ (2 / 180)]
Al faahisyah adalah sesuatu yang besar kejelekannya, baik dari perbuatan atau perkataan.
Fahisyah yang diperbuat oleh para majahil adalah dari sisi perbuatan dia menulis kedustaan dan menyebarkannya dikalangan manusia dengan tanpa merasa dosa.
dosa besar keempat : menyerupai orang-orang munafiqin.
Dan berbohong terhadap Alloh dan juga terhadap kaum mu'minin merupakan sifat orang-orang munafiqin yang notebenenya mereka sangat tidak senang diketahui identitas dirinya dan sangat ndongkol kalau sampai terkuak kedoknya, dan kalau sampai ada yang terdeteksi mereka segera mencari jurus dusta kedua: "Kami Cuma Iseng Kok",
Karena yang kami raba dan rasa, mereka berbuat demikian itu tidaklah dilandasi kesungguhan dalam berdalih atau berhujjah atau benar-benar ingin mencari titik temu yang dilandasi kejujuran dan fakta yang terpercaya, karena itu semua tidak mereka miliki, maka larilah mereka kepersembunyian majhulin dan ngumpet disana.
Alloh berfirman tentang sifat-sifat orang-orang munafiqin:
+ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ * فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ_ [البقرة : 9 ، 10]
"Mereka menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, padahal tidaklah mereka menipu kecuali menipu diri sendiri akan tetapi mereka tidak sadar, didalam hati mereka ada penyakitnya, dan Alloh akan tambah penyakit tersebut,dan bagi mereka adzab yang pedih dengan sebab kedustaan mereka." [ QS Al-Baqoroh : 9-10]
Dan Alloh menghabarkan tentang kekhawatiran orang-orang munafik terbuka tabirnya:
+ يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ * وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ_ [التوبة : 64 ، 65]
" Orang-orang munafiq sangat khawatir kalau turun kepada mereka sebuah surat yang menjelaskan apa yang ada dihati mereka, katakanlah kepada mereka : silahkan kalian menghina, karena sesungguhnya Alloh akan mengluarkan apa yang menjadi kekhawatiran kalian.
Dan apabila mereka ditanya (tentang perbuatan penghinaan ini) mereka aka menjawab: kami hanyalah ngobrol dan bergurau semata, katakanlah kepada mereka: apakah kalian bermain-main dengan Alloh, ayat-ayatNya, dan rosulNya??"
Bukti akan permainan para majahil dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan juga dengan hadits-hadits nabi adalah apa yang telah mereka tuliskan di makalah-makalah kotor mereka dengan membawakan segudang dalil dicampur antara hak dan batil, untuk membela kesesatan dan melanggengkannya.
Dosa besar kelima: tipisnya muroqobah mereka kepada Alloh.
Karena dengan menyamarkan diri dan menutupi identitas aslinya dia beranggapan, seolah-olah Alloh lalai darinya dan tidak mengawasinya, sehingga dia bebas berbicara, menulis, ghibah, namimah, bahkan mungkin kalau seandainya terjadi pertumpahan darah akibat ulahnya dia tidak merasa berdosa dan dengan seenaknya akan lari dari tanggung jawab, padahal disana tuduhan dan hujatan menunggunya untuk menyeretnya meminta pertanggungan jawabannya atas tulisan tangannya, dan jari-jemarinya akan mengakui dan membenarkan apa yang telah dia perbuat dan tidak bisa dia pungkiri kesaksiannya.
+حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ_[فصلت :20- 21]
"Sehingga ketika datang dihari kiamat maka bersaksilah pendengaran, penglihatan dan kulit-kulit mereka atas apa yang telah mereka perbuat(didunia), maka mereka berkata kepada kulit-kulit mereka: kenapa kalian bersaksi atas kejahatan kami?? Mereka menjawab : Allohlah Yang telah membuat kami berbicara. Dan Dia pula yang telah membuat segala sesuatu bisa berbicara, dan Dialah Yang telah menciptakan kalian pertama kali dan kepadaNyalah kalian akan dikembalikan."[QS; Fushilat 20-21]
+الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ_ [يس : 65]
"Pada hari ini (qiamat) Kami akan kunci mulut-mulut mereka, dan berbicara kepada Kami tangan-tangan mereka, dan bersaksi kaki-kaki mereka dengan apa yang telah mereka perbuat."[ QS:Yasin 65]
Dan tipisnya muroqobah merupakan sifat dan kebodohan yang telah menjadi tabiat orang kafir seperti yang dikhabarkan Rosululloh > kepada kita tentang tiga orang musyrik yang menyembunyikan ucapan mereka:
عن عبد الله بن مسعود - رضى الله عنه - قال اجتمع عند البيت قرشيان وثقفى - أو ثقفيان وقرشى - كثيرة شحم بطونهم قليلة فقه قلوبهم فقال أحدهم أترون أن الله يسمع ما نقول قال الآخر يسمع إن جهرنا ولا يسمع إن أخفينا . وقال الآخر إن كان يسمع إذا جهرنا فإنه يسمع إذا أخفينا فأنزل الله عز وجل + وما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم _ الآية . [الحديث في صحيح البخارى (4817)]
Dari Abdulloh bin Mas'ud – rodhiallohu 'anhu- berkata: telah berkumpul tiga orang di sisi Ka'bah, dua dari kaum Quraisy dan satu dari kaum Tsaqief, atau dua dari Tsaqief dan satu dari Quraisy, ketiganya orang-orang gendut penuh lemak, akan tetapi sangat pandir pemahamannya, salah seorang dari mereka menyela: apakah kalian kira bahwa Alloh mendengar apa yang sedang kita perbincangkan?? orang kedua menjawab: Dia mendengar kalau kita keraskan pembicaraan kita ini dan tidak akan mendengar kalau kita hanya berbisik-bisik, orang ketiga menukas: kalau memang Dia mendengar pembicaraan keras kita tentunya Dia mendengar pembicaraan rahasia kita, maka turunlah ayat diatas.
Alangkah persis dan miripnya perbuatan para majhuulin dengan orang-orang dungu diatas. Na'udzubillah min dzalik.
Dosa besar keenam : merobah nasab dan menyandarkan kepada selain bapak kandungnya.
Padahal Alloh menyuruh kita untuk menyandarkan kepada bapak-bapak kita dengan jujur dan menisbatkannya kepada mereka walaupun mungkin diantara mereka ada yang kafir, walaupun seorang budak atau anak angkat tetap disandarkan kepada orang tua aslinya dan tidak boleh membenci keturunan, karena itu termasuk perbuatan jahiliyah :
+ ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا_ [الأحزاب : 5]
"Panggilah para anak angkat tersebut dengan nama-nama bapak-bapak mereka karena hal itu lebih adil disisi Alloh, maka jikakalau kalian tidak mengetahui bapak mereka maka mereka adalah saudara-saudara kalian seagama dan sebagai budak- budak kalian , dan kalian tidak tertimpa dosa atas kesalahan yang tidak kalian sengaja, akan tetapi dosa tersebut akan menimpa kalian dengan kesengajaa hati kalian dan Alloh itu Ghofur (Pengampun) lagi Rohiim(Penyayang)[QS:Al-Ahzab5].
Perhatikanlah ayat ini dengan seksama, bahwa Alloh menyuruh kita untuk menisbatkan seseorang kepada bapaknya kalau memang diketahui walaupun dia itu seorang bekas budak, dan mafhumnya kita tidak boleh menisbatkan seseorang kepada selain bapaknya, juga dalam ayat ini Alloh menafikan(meniadakan) dosa dengan sebab ketidak sengajaan dan menegaskan bahwa dosa akan menimpa bagi yang berbuat perkara tersebut dengan sengaja, nah tentu kita sama-sama maklumi bahwa sahabat kita yang majhul ini telah terjerumus kedalam dosa dari dua sisi sekaligus, dia itu memiliki bapak kandung asli – Insya Alloh – dan ketahuan orang juga kalau dia mau menampakkan identitas aslinya, akan tetapi dengan sengaja dia menonaktifkan bapak aslinya dan juga nama aslinya dan memaksa orang untuk mengenalnya dengan nama samaran, bukankah ini hal yang menghawatirkan???
Dan yang lebih tegas dan jelas lagi bahwa simajhul ini berhak mendapat dosa besar adalah sabda nabi > :
عن أبى ذر - رضى الله عنه - أنه سمع النبى - صلى الله عليه وسلم - يقول « ليس من رجل ادعى لغير أبيه وهو يعلمه إلا كفر ، ومن ادعى قوما ليس له فيهم فليتبوأ مقعده من النار » [ رواه البخارى (3508)]
Dari Abu Dzar –rodhiallohu 'anhu- bahwasanya beliau mendengar Rosululloh>bersabda: Tidaklah seseorang yang mengak -ngaku(menisbahkan) dirinya kepada selain bapaknya padahal dia mengetahuinya kecuali kekufuran yang telah ia lakukan , dan barang siapa yang mengaku menjadi kelompok suatu kaum padahal bukan dari kelompok mereka maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.[ HR Bukhori (3508)]
Al-Haafidh Ibnu Hajar / menegaskan bahwa pelaku perbuatan tersebut bisa tergolong kafir, keluar dari Islam kalau dia telah mengetahui hukum keharamannya dan menghalalkan perbuatan tersebut, adapun bagi yang tidak menghalalkannya maka terkena ancaman berat dan peringatan keras karena perbuatan tersebut menyerupai perbuatan orang kafir, dan kufur pada golongan kedua ini adalah kufur nikmat.[lihat Fathul Bari dalam sarah hadits ini]
عن واثلة بن الأسقع يقول قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - « إن من أعظم الفرى أن يدعى الرجل إلى غير أبيه ، أو يرى عينه ما لم تر ، أو يقول على رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ما لم يقل » [رواه البخارى - (3509)]
Dari Watsilah bin Al-Asqo' berkata : bersabda Rosululloh > : " Sesungguhnya sebesar-besar kedustaan adalah apabila seseoang mengakui orang lain sebagai bapaknya( menisbahkan dirinya kepada selain bapaknya), atau mengaku-ngaku bahwa dia melihat sesuatu dalam mimpi yang tidak dia lihat, atau mengatakan suatu perkara atas nama Rosululloh > padahal Rosululloh > tidak mengatakannya(berdusta atas nama rosul.[HR: Bukhori:(3509)]
عن سعد بن أبي وقاص وأبي بكرة رضي الله عنهما قالا سمعنا النبى - صلى الله عليه وسلم - يقول « من ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم فالجنة عليه حرام » [رواه البخارى (4326)]
Dari Sa'ad bin Abi Waqqosh dan AbuBakroh –rodhiallohu 'anhuma- bahwa keduanya mendengar Rosululloh > bersabda : yang mengaku-ngaku (menisbahkan) dirinya kepada selain bapaknya maka sorga haram baginya."[HSR Bukhori 4326]
عن عبد الله بن مسعود قال: قال رسول الله > :" ومن ادعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا ."[رواه مسلم( 1370 )]
Dari Abdulloh bin Mas'ud berkata : telah bersabda Rosululloh > :"Barang siapa mengaku (menisbahkan diri) kepada selain bapaknya, maka atasnya la'nat Alloh dan malaikat dan seluruh manusia, tidak di terima amalannya baik yang wajib atau yang sunnah".[HR Muslim: 1370]
Lihatlah betapa berbahayanya perbuatan para majahil mengganti nama dan nasabnya, yang kami yakin pula bahwa kedua orang tuanya tidak akan setuju akan perbuatannya kalau mereka mengetahuinya, karena merasa diremehkan dan tidak dihormati usahanya memilihkan nama untuk anak kesayangannya, maka bisa jadi akan mengakibatkan 'uquq (durhaka) terhadap orang tuanya.
dosa besar ketujuh: menyeru orang untuk berdusta jama'i
Sungguh kedustaan adalah perkara kotor menurut seluruh lapisan masyarakat, dan tudingan kata-kata pendusta bukanlah perkara kecil di telinga mereka, hal tersebut bisa dan sangat dimaklumi karena para pendusta merugikan dan menghambat roda kehidupan masyarakat, dan merupakan jurus utama biang kejahatan.
Terlebih kalau kedustaan itu disengaja dan pelakunya merasa berjasa dan hebat atau tidak merasa bersalah itu membuat kejengkelan mereka semakin memuncak.
Dan Rosululloh > telah menerangkan tentang kedustaan dengan sebaik-baik keterangan :
عن عبدالله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :"عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا." [رواه مسلم ( 2607 )]
Dari Abdulloh bin Mas'ud -rodiallohu 'anhu- berkata : bahwa Rosululloh > bersabda : Hendaklah kalian bebuat jujur, karena kejujuran itu mengajak kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantar ke sorga, dan seseorang itu berbuat jujur dan selalu memilih untuk berbuat jujur sehingga dia ditetapkan disisi Alloh sebagai orang yang jujur(shiddieq), dan hindarilah kedustaan karena dusta itu mengajak kepada kejahatan dan kejahatan mengantar pelakunya ke neraka, dan seseorang itu selalu berdusta dan memilih berbuat dusta sampai ditetapkan disisi Alloh sebagai pendusta(kadzab).
Sungguh jelas bahwa si majhul telah berbuat dusta dan bohong, dan itu diakui oleh semua orang bahkan simajhul sendiri pasti mengakuinya bahwa dia dengan mengasingkan nama dan menyamarkan identitasnya telah berbohong, baik kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri, karena kalau kita tanya sebagai contoh soal : umpamanya ada yang bernama Alimuddin (ini nama aslinya, dan maaf bagi yang memiliki nama ini, jangan marah karena ini sekedar nama pinjaman untuk bahan contoh saja) kemudian berlabel sebagai orang majhul dengan mengganti namanya dengan : Abu Mahfudz Ali bin Imron, kalau si Alimud ini ditanya : tahu nggak kamu siapa si Abu Mahfudh Ali Bin Imron itu ??? , sepontanitas dia akan menjawab: aku nggak tahu, dengan jawaban ini si Alimud telah terjatuh kedalam dua kedustaan, dusta kepada penanya dan dusta kepada dirinya, karena dia tahu sebenarnya siapa yang memakai nama samaran tersebut, yaitu dirinya sendiri.
Demikian pula tentunya Alimud (alias Abu Mahfudh) memiliki rekan dan teman sejawat dan seperjuangan yang seia sekata dalam masalah ini yang tentunya dia jujur kepada kawan karibnya, karena mereka telah merasa aman dari khianat temannya, walaupun mungkin berbeda pendapat dalam masalah lain, akan tetapi kalau kawannya tersebut ditanya tentang keberadaan Abu Mahfudz yang sesungguhnya, niscaya jawabannya akan sama dengan jawaban Alimuddin yakni kedustaan dan kebohongan, dan begitulah silsilah dan rantai-rantai kedustaan akan terus bersambung dengan sebab simajhul ini, yang berakibat kedustaan jama'i, siapa yang memikul dosa paling besar ?? jawabannya adalah : Alimuddin, karena dialah yang pertama membuka pintu maksiat ini, sebagaimana anak nabi Adam – alaihissalam -yang membunuh sadaranya, mendapat tambahan beban dosa dari setiap pembunuh karena dialah yang pertama mensunnahkan pembunuhan.
عن عبد الله - رضى الله عنه - قال قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - « لا تقتل نفس ظلما إلا كان على ابن آدم الأول كفل من دمها ، لأنه أول من سن القتل » [رواه البخارى - (3335)].
Dari Abdulloh bin Mas'ud rodhiallohu'anhu berkata: bersabda Rosululloh : " Tidaklah sebuah jiwa terbunuh teraniaya kecuali Anak Adam yang pertama akan ikut menanggung tebusan darah jiwa tersebut karena dialah yang pertama kali memberi contoh pembunuhan." [HSR Bukhori: 3335]
وعن جرير بن عبد الله قال : قال رسول الله >:" ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء" [ رواه مسلم :(1017)]
Dari Jarir bin 'Abdillah rodhiallohu'anhu berkata, bersabda Rosululloh :" Barang siapa membuat sunnah(contoh) di dalam Islam dengan contoh ynag jelek maka dia akan menanggung dosanya dan dosa yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.'" [HSR Muslim 1017]
Maka tak pelak lagi bahwa kedustaan majahil akan berakibat terjadinya lingkaran dusta dan dosa, lebih-lebih sesama majahil saling bahu-membahu dan saling memberi isu, seperti yang terjadi pada Abu Mahfudz, dimana dia bekerja sama dengan sesama majhul yang berlebel Abu Umar bin Abdul Hamid, dan majhul lainnya seperti pengelola Dammaj Habibah, yang itu semua menunjukkan betapa lemah sisi amar ma'ruf dan nahi mungkar dikalangan mereka, bahkan tidak terjadi sama sekali, yang ada sebaliknya saling menguatkan dalam kesesatan dan bertambahnya dosa seperti yang telah Alloh terangkan dalam firmanNya:
+وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُونَ_ [الأعراف : 202]
dosa besar kedelapan : simajhul pembuka pintu suudhon.
Suudhon alias buruk sangka merupakan dosa besar yang sudah disepakati bersama, sesuai dengan firman Alloh :
+يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ_ [الحجرات : 12]
Dan Rosululloh > bersabda:
عن أبي هريرة يأثر عن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « إياكم والظن ، فإن الظن أكذب الحديث ، ولا تجسسوا ، ولا تحسسوا ، ولا تباغضوا ، وكونوا إخوانا » [رواه البخارى (5143)]
Dari Abu Huroiroh – rodliallohu'anhu - dari nabi Nabi berkata: " Hindarilah prasangka buruk, karena prasangka buruk itu sedusta-dustanya perkataan, dan jangan saling memata-matai, saling benci-membenci, dan hendaklah kalian menjadi satu saudara."
Sungguh kelakuan para majhulin melahirkan dan menimbulkan buruk sangka dan kecurigaan ke berbagai pihak, yang mungkin pihak yang di curigai sebagai biangya bersih dari tuduhan, akan tetapi terkena imbas kekotoran para majhulin, hal itu jelas merupakan dosa yang harus dipikul oleh si majhul, karena ketika dia meminjam nama orang lain dan nama bapaknya barangkali disana ada yang persis dengan nama pinjaman tersebut dan nama bapaknya, sementara sipemilik nama tersebut mungkin orang baik atau orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan sedikiptun dengan fitnah yang disebar oleh si majhul, yang berakibat orang tersebut mendapat sorotan yang kurang menyejukkan hatinya dari sebagian orang, dan bahkan mungkin bisa menimbulkan kegaduhan yang fatal, sementara itu si majhul dengan santai menyaksikannya dengan tanpa terusik kredibilitasnya, bahkan mungkin dia akan datang berlagak sebagai pahlawan yang bisa menentramkan suasana.
Alangkah miripnya perbuatan simajhul ini dengan syaithon ,yang berlagak sebagai penasehat padahal dialah biang keladi perbuatan tak senonoh ini.
+ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ * فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ_ [الأعراف/21، 22]
Dan syaithon bersumpah kepada Adam dan Istrinya : sesungguhnya aku ini tergolong pemberi nasehat, maka keduanya di tunjuki dengan kedustaan."[QS Al-A'rof 21-22]
+وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ_ [الأنفال/48]
Dan ingatlah ketika syaithon menghiasi kepada mereka perbuatan mereka, sembari dia berkata : tidak seorangpun yang akan bisa mengalahkan kalian pada hari ini, dan aku akan bertindak sebagai pembela kalian , maka ketika kedua kelompok pasukan sudah saling berhadapan syaithon berbalik mundur sambil mengatakan : aku berlepas diri dari kalian, karena aku melihat sesuatu yang tidak kalian lihat dan aku takut kepada Alloh , dan Alloh sangatlah keras 'iqobNya (siksaanNya)[ QS Al- Anfal 48]
+كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ_ [الحشر/16]
"Seperti syaithon, ketika berkata kepada manusia : berbuat kafirlah kalian, maka ketika manusia itu telah kafir maka dia mengatakan : aku berlepas diri dari kalian, karena aku takut kepada Alloh Rob (Pengatur) alam semesta" .[QS Al- Hasyr 16]
Dosa besar kesembilan: simajhul tasyabbuh dengan yahudi dan Nashoro dan orang-orang rofidloh dalam menerima berita, kemudian menyebarkannya.
Dimana orang-orang Yahudi dan Nashroni dalam menerima berita tidak memiliki sanad dan mementingkannya, dari manapun dapatnya dan dari siapapun datangnya asalkan menguatkan nafsunya akan dipegang dan disebarkan, sementara kalau datangnya berita dari lawan walaupun mutawatir atau terbukti dengan akuratnya akan dengan gampangnya ditolak dan didustakan.
Diantara bukti akan kebenaran perkataan ini adalah dari beberapa coretan tangan kotornya yang dia pampangkan di tirai bututnya, tak sebuah sanad yang shohih yang bisa dipertanggung jawabkan, bagaimana dia bisa bertanggung jawab wong dianya sendiri nggak ketahuan juntrungnya.
Adapun perkara penukilan berita tanpa mengecek dari mana dan dari siapa datangnya dikatagorikan sebagai dosa adalah berlandaskan sabda nabi :
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:" كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع"[في مقدمة صحيح مسلم (ج 1 / ص 10)]
Dari Abu Huroiroh berkata: bersabda Rosululloh : Cukuplah sebuah kedustaan bagi seseorang apabila menyampaikan semua yang dia dengar."
Dan telah lewat pembahasan bahwa dusta merupakan dosa besar.
Adapun tasyabbuhnya simajhul dengan orang-orang rofidhoh, adalah: karena sanad andalan mereka adalah orang-orang majahil seperti bapaknya fulan dari kakeknya dari neneknya dari saudara seibu dan seterusnya, bahkan yang lebih menggelikan sanad mereka dari sekelompok satwa semacam keledai dari kuda dari onta dan seterusnya.
Adapun sanad simajhul kita ini adalah dari penjahat, dari premant, dari bodyguard, dari pencekik, dari kapten sepak bola, dari penyanyi, dari pengadu domba, dari penghianat, dari kontraktor dan seterusnya, dan yang lebih mengerikan adalah dari syaithon dari iblis dari ifrit dan seterusnya yang semuanya adalah majahil dan inilah sanad Alimuddin alias Abu Mahfudh.
Sungguh benar apa yang diungkapkan oleh Ibnu Sirin –rohimahulloh- : Sanad itu adalah bagian dari agama, kalau tidak karena sanad niscaya siapapun akan berbicara sekehendaknya.
Dan hal itu terbukti pada diri para majahil, dimana mereka dengan seenak perutnya mencaci, menjarah, menghina, merendahkan, menyebarkan berita palsu dan dusta tanpa ada rasa malu dan dosa.
Dosa besar kesepuluh : Simajhul menghancurkan usaha keras para muhaddits dalam membangun kaidah jarh wa ta'dil yang benar dengan membuat bid'ah baru dalam jarh wa ta'dil fersi majahil.
Dimana para muhaddits telah memberi kaidah bahwa hadits yang bisa diterima dan dishohihkan adalah apabila semua perowinya sesuai dengan syarat-syaratnya seperti kalau semua sanad suatu hadits dari awal sampai akhir tsiqoh semua dengan tanpa adanya 'illah dan syudzudz.
Adapun kalau salah satu sanadnya ada yang keluar dari criteria seperti ada satu dari sanad tersebut yang shoduq maka derajat hadits tersebut turun menjadi hasan, atau shohih lighoirihi.
Adapun kalau di dalam sanadnya ada yang majruh seperti dho'if atau sayyiul hifd, atau majhul hal atau majhul 'ain dan seterusnya, maka hadits tersebut bisa dihukumi dengan dho'if dari sisi sanad, dan hadits dho'if tidak bisa dijadikan hujjah.
Ini adalah kaidah yang sudah paten dan pasti dari ahlul hadits , ee tiba-tiba muncul pahlawan pengecut simajhul menawarkan bid'ah murahan dengan tanpa malunya mengatakan bahwa walaupun majhul beritanya tetap diterima, sungguh memalukan perbuatan si Alimuddin ini.
Mungkin kalau seandainya simajhul Abu Mahfudz dan yang sejenisnya menjadi muhaddits mereka akan merombak semua kutub mustholah dan akan mengkubur kaidah muhadditsin karena mereka menolak khobar majhulin. Mungkin nanti mereka akan mengarang kitab shohih tandingan Shohih Bukhori dan Shohih Muslim dengan judul Shohih Abi Mahfudz Al Majhul yang digelari dengan 'Alimuddiin.
Adapun dari sisi mana kok bisa digolongkan perbuatan ini kedalam dosa besar, adalah karena kaidahnya ini menyelisi ijma' para pengemban ilmu yang mulia ini, dan keluar dari ijma' merupakan kesalahan fatal yang pelakunya berhak mendapat dosa, Alloh ـ berfirman:
+ وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا_ [النساء/115]
Dan barang siapa yang menyelisihi rosul setelah datang petunjuk dengan nyata, dan mengikuti selain jalan kaum mukminin maka Kami akan biarkan dia dan akan Kami masukkan kelak di neraka Jahannam dan itu adalah sejelek-jelek tempat kembali." [ QS An- Nisa 115]
Dosa besar kesebelas : sebagian besar sifat munafik cocok disandang oleh majahil.
Kriteria Munafiq dalam syari'at adalah : orang yang menampakkan keimanan pada lahiriyahnya dan menyembunyikan kekufuran dalam jiwanya.
Ini definisi munafiq khusus yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, adapun definisi munafiq secara umum maka masuk didalamnya semua cabang-cabang kemunafikan, dan yang sudah menjadi keumuman definisi tersebut adalah : setiap yang menampakkan sesuatu pada lahirnya dan berbeda di batinnya atau dengan ringkas kata: yang berbeda luar dan dalamnya.
Dengan kaidah kedua ini jelas sekali bahwa para majahil adalah orang yang berhak menyandang sifat ini.
| Alloh subhnahu wata'ala berfirman tentang sifat munafiq:
+ وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آَذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِين_ [الأنعام/25]
Perkataan Alloh _ + وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ diantara mereka ada yang duduk dimajlis mendengarkan pelajaran nabi > akan tetapi ((وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آَذَانِهِمْ وَقْرًا kami jadikan diatas hati mereka tirai untuk bisa memahaminya dan ditelinganya penutup, seolah-olah mereka itu tuli +وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا_ sekalipun mereka melihat semua bukti dan hujjah mereka tidak akan mempercayainya:
+حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِين_
Sehingga ketika mereka mendatangimu mereka membantahmu, berkata orang-orang kafir sesungguhnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu(kuno).
Lihatlah bahwa orang-orang munafiq tidak bisa mengambil faedah iman atau ilmu dengan duduknya mereka dihadapan nabi >, bahkan setiap kali mereka mendengar ilmu dan faedah mereka menemukan bahan untuk membikin syubhat guna membantah nabi >, demikian pula halnya dengan para majhulin, mereka ada yang bermajlis dihadapan ulama, mendengar hujjah, melihat fakta, membaca bantahan, menyaksikan kebobrokan teman-temannya, dan orang yang dibelanya baik secara akhlaq atau adab, semua itu semakin menambah nuansa untuk membuat syubhat, padahal dia sendiri sebelum menjadi majhul mungkin mengingkari perbuatan para majhulin, akan tetapi setelah terperangkap kedalam jaring mereka, akhirnya tidak bisa lagi melihat dengan pandangan waras, tidak bisa mendengar dengan telinga inshof, tidak bisa memilah dengan hatinya antara kejujuran dan kedustaan, maka sungguh ayat ini cocok sekali untuk disandang oleh para majhulin, walaupun namanya 'Alimuddiin.
|Firman Alloh :
+ وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ _ [المنافقون/4]
Dan apabila engkau melihat mereka, akan membuatmu takjub potur tubuh mereka, dan apabila mereka berbicara engkau akan mendengarkan seksama perkataan mereka, seakan-akan mereka sebuah kayu penyangga, mereka mengira setiap kali ada jeritan adlah menteriaki mereka, mereka itu adalah musuh , maka hati-hatilah kalian dari mereka, semoga Alloh memerangi mereka, bagaimana pula mereka bisa berdusta."[QS Al-Munafiqun 4]
Berkata Ibnu Katsir –rohimahulloh- dalam mentafsiri ayat ini:
أي: كانوا أشكالا حسنة وذوي فصاحة وألسنة، إذا سمعهم السامع يصغي إلى قولهم لبلاغتهم، وهم مع ذلك في غاية الضعف والخَور والهلع والجزع والجبن؛ ولهذا قال: + يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ _ أي: كلما وقع أمر أو كائنة أو خوف، يعتقدون، لجبنهم، أنه نازل بهم، قال : فهم جَهَامات وصور بلا معاني. ولهذا قال: + هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ _ أي: كيف يُصرَفون عن الهدى إلى الضلال. [ تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 126)]
Maksudnya adalah : mereka memiliki bodi yang memikat, dan memiliki tutur bahasa yang fasih dan lisan yang licin dalam mengolah kata, apabila ada seseorang mendengarkan penuturannya akan memperhatikannya dengan seksama karena cakapnya dia dalam berbicaya, padahal dibalik itu semua mereka sangatlah lemah dan memendam kegundahan yang sangat dalam, gentar dan pengecut, oleh karena itulah Alloh kabarkan : bahwa mereka mengira semua cercaan ditujukan kepada mereka, maksudnya setiap kali terjadi perkara, prahara yang menakutkan mereka beranggapan -akibat sifat pengecut mereka- itu semua adalah ditujukan kepada mereka, mereka adalah sosok mempesona yang tak bermakna, oleh karena itulah Alloh katakan: mereka itu adalah musuh, maka hati-hatilah kamu dari mereka, semoga Alloh memerangi mereka, bagaimana bisa mereka berpaling dari petunjuk kepada kesesatan??
Sungguh ayat ini sangat cocok dipakai oleh para majahil, dimana kondisi mereka sangatlah sesuai dengan orang-orang munafiqin yang diceritakan dalam ayat ini.
Mereka kalau merangkai kata dan menulis kedustaan sangatlah memikat pembaca, seolah-olah mereka telah mendatangkan seribu fakta, memiliki nara sumber akurat terpercaya, mempunyai banyak canel dari mana-mana, gaya bahasa penuh sastra, tampak di hadapan pembaca penuh pesona, ketetapannya sangat bijaksana, terkadang datang dengan gaya sutradara dan mengatakan ini bukanlah cerita fiksi akan tetapi adalah fakta nyata, dan seterusnya, padahal dibalik itu semua mereka memendam ketakutan luar biasa, kehawatiran yang mendalam kalau kedok majhulnya terbuka, kengerian yang memuncak jika ada yang membuka rahasianya, penuh waspada dengan sejuta curiga, seakan-akan dunia akan menelannya.
Bukti yang paling akurat adalah setiap kali mereka dikejar untuk menampakkan sosok aslinya, atau diketahui identitasnya, ditanya alamat dan tempat tinggalnya, mereka menjauh dan melempar jawaban sekenanya, atau bahkan mengalihkan pembicaraan agar tidak di tanya.
Padahal sipenanya bukan polisi atau hakim dan jaksa yang bisa menjebloskan dia kepenjara, hanyalah pertanyaan dari seorang pembaca yang ingin bekenalan seadanya, barangkali bisa mengambil lebih banyak faedah dan agar tidak tertipu oleh bualannya.
Akan tetapi mereka adalah kaum yang telah buta mata hatinya, tersumbat kesadarannya, terbelenggu kecerdasannya, dan hilang daya pikir akal sehatnya.
|Firman Alloh ta'ala:
+الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُون_ [التوبة/67]
"Orang-orang munafikin baik dari kalangan laki-laki atau dari kalangan wanita sebagian mereka adalah bagian yang lainnya, mereka memerintahkan kepada kemungkaran, dan melarang kebaikan dan menggenggam tangan-tangan mereka (pelit) mereka lupa terhadap Alloh maka Allohpun melupakan mereka, sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasiq(yaitu yang keluar dari jalan yang penuh petunjuk masuk kejalan yang penuh kesesatan).[QS:At-Taubah 67]
Kalau kita perhatikan dengan seksama ayat ini, sungguh sifat-sifat kemunafikan dalam ayat ini sangat cocok sekali untuk disandang oleh majahil ini, yaitu mereka memerintahkan sesama majhul untuk terus menjadi majhul dan agar tetap eksis dalam bidang dan keahliannya, atau kalau memungkinkan semua manusia diajak untuk menjadi majhulin, dan tidak pernah ada anjuran atau perintah dari sesama mereka untuk jujur dan membuka diri agar diketahui bersama.
Bukankah ini perintah untuk melanggengkan kemungkaran??
Begitu pula barangkali, kalau ada diantara mereka ada yang insaf dan ingin bertaubat dari dosa ini dan berlepas diri dari lingkaran syaiton ini, dengan menampakkan bentuk aslinya, mereka akan segera bahu-membahu melarangnya sepenuh usaha, dengan mendatangkan berbagai alasan, syubhat dan hujjah serta janji-janji yang menggiurkan.
Bukti yang sangat nyata adalah tidak kita medengar desis dari Abu Mahfudh memerintahkan Abu Umar atau Abdul Karim untuk keluar dari persembunyannya, dan begitu pula sebaliknya, tidak pernah kita dengar Alimudin (alias Abu Mahfudh) mengajak Alfian (nama pinjaman, alias Abu Umar bin Abdul Hamid) untuk tobat atau dia menasehatinya : ayo kita bareng-bareng ngaku saja??
Bahkan yang ada mereka saling tukar-menukar faedah dan contek-contekan berita, dan saling memberi pujian bahwa majhul Abu Mahfudh lebih banyak dustanya dari pada Majhul Abu Umar, begitupula majhul Dammaj Habibah lebih keren dan mapan kelicikannya dari pada bocah-bocah Dammaj anti Turobi, dan seterusnya.
Dan yang sangat di sayangkan adalah para peserta mereka adalah dari kalangan ustadz yang dielu-elukan kesalafiahannya menurut koridor majhulin, dan tidak ada pula dari mereka teguran dan larangan kepada fans mereka, untuk bertaubat dari dosa ini, bahkan mungkin ada yang merasa bangga karena dirinya diangkat dan di kasih pangkat oleh majahil, dan dipampang namanya sebagai pembela majahil.
Wahai kaum sadarlah dari kelalaian, dan terjagalah dari tidur kalian, bangkitlah dari keterperosokan, campakkan angan-angan kosong kalian, ingat kembali asal usul kalian, jangan terbuai bisikan setan.
| Sabda nabi :
عن أبى هريرة عن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب ، وإذا وعد أخلف ، وإذا اؤتمن خان »[متفق عليه]
Dari Abi Huroiroh – rodhiallohu 'anhu- berkata : bersabda Rosululloh > :" Tanda-tanda kemnafikan ada tiga: Apabila berbicara dia berdusta, dan apabila bejanji dia menyelisihinya, dan apabila dipercaya dia berkhianat".[Mutafaq 'Alaih]
وعن عبد الله بن عمرو أن النبى - صلى الله عليه وسلم - قال « أربع من كن فيه كان منافقا خالصا ، ومن كانت فيه خصلة منهن كانت فيه خصلة من النفاق حتى يدعها إذا اؤتمن خان وإذا حدث كذب وإذا عاهد غدر ، وإذا خاصم فجر »[متفق عليه]
Dari 'Abdillah bi 'Amr – rodhiallohu 'anhu – bahwa nabi > bersabda:" Empat perkara barang siapa yang terdapat padanya keempat perkara tersebut sungguh telah menjadi munafiq tulen, dan barang siapa yang terdaapat padanya satu bagian saja dari keempat bagian tadi maka tetap baginya salah satu bagian kemunafikan sampai dia meninggalkannya, yaitu: apabila diberi amanat dia berkhianat, dan apabila dia berbicara dia berdusta, dan apabila berjanji dia mengingkari , dan apabila berseteru dia curang".[Muttafaq 'Alaih]
|Telah lewat pembahasannya bahwa para majahil kalau berbicara banyak berdusta, dan itu memang ciri khas mereka, kalau nggak dusta bukan majahil lagi namanya.
|Adapun perkara kedua yang berkaitan dengan menyelisihi janji, itu ringan bagi mereka, karena kalau landasan awalnya saja dusta tentu ingkar janji adalah hal yang wajar dan biasa, bukti akan kebenaran ini adalah: yang bertitel Majhul Abu Mahfudh pernah berjanji atau berkata bahwa dia tidak akan muncul lagi menyebar fitnah dan dusta setelah mendengar fatwa sebagian ulama, dan itu kami syukuri barang kali dia sedang muhasabah atas dosa-dosanya, ndak tahunya dia sedang mengkonsumsi barang tak berharga untuk dipasarkan di telinga para penggembiranya yaitu muncul membawa berita duka, yaitu dia telah menempatkan dirinya sejajar dengan bosnya (setan) dengan menterjemahkan hasil karya mayornya hizbi Yasin Al-Adeny.
Ini menunjukkan bahwa mereka kaum yang tidak bisa dipegang kata-katanya, kaum yang tidak bisa dipercaya, kaum yang hanya mempermainkan agama demi perutnya, maka sangat dihawatirkan mereka akan merana dan sengsara hidupnya kalau mereka tidak segera memutus dosa dan bertaubat darinya.
| Adapun perkara ketiga dari hadits diatas yaitu : kalau dia diberi amanat dia berkhianat, maka kecocokannya para majahil untuk menyandang julukan ini dari banyak sisi:
1- Alloh mengamanati mereka untuk berlaku jujur dan berkumpul dengan orang-orang yang jujur dengan firmannya:
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ_ [التوبة/119]
"Wahai orang-orang yang beriman, takutlah kalian kepada Allloh dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur".[QS At –Tabah 119]
Akan tetapi mereka mengkhianati amanah ini dengan banyak berdusta dan mereka lebih bergabung dengan sesama pendusta dan para majhulin.
2- Rosululloh > mengamanati mereka untuk tidak menyia-nyiakan amanah dengan sabdanya;
« فإذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة » . قال كيف إضاعتها قال « إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة » [في صحيح البخارى (59)]
"Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya",mereka bertanya: bagaimana motif menyia-nyiakannya?? beliau menjawab:"apabila suatu perkara dipasrahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya."[HSR Bukhori 59]
Bukankah para majahil tak pantas untuk mengemban amanat yang besar ini (dakwah dan aktifitasnya), dan bukankah mereka tidak memiliki keahlian dalam bidang ini? Rosululloh > telah menetapkan kriteria orang berhak untuk mengemban amanat ini dengan sabdanya:
"يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله" [صححه الألباني في مشكاة المصابيح (1 / 53)]
"Yang berhak untuk membawa ilmu ini pada setiap generasi adalah orang-orang yang adil" [Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Albani]
Bukankah kita sepakat bahwa simajhul bukanlah orang yang adil, jangankan adil jujur saja tidak, maka alangkah khianatnya orang yang memberi kepercayaan untuk menyampaikan amanat ilmu dan dakwah kepada para majahil, alangkah merosot keimanan orang yang memberi amanat dan kesempatan kepada orang tidak memiliki keahlian dalam medan ini -seperti para majahil- untuk bertarung hujjah dan berlaga melawan kebenaran.
Wahai para ustadz yang berada dibawah ketiak para majahil akan dibawa kemana dakwah kalian ini??
Sungguh pengkhianatan para majahil tidak diragukan lagi bagi yang memiliki sedikit kejujuran dalam menilai permasalahan ini.
|Adapun point keemapat dalam hadits diatas, yaitu :apabila mereka berdebat atau bermusuhan mereka bertindak curang dan melakukan kefajiran(kejahatan)pada lawannya, tidak sportif, maka hal itu sangat terlihat ketika sang majahil kalah hujjah dan terbungkam (ompong peot), maka mereka menggunakan kepalan dan tonjokan serta kekerasan untuk menjatuhkan lawannya, walaupun mungkin tidak secara langsung karena pengecutnya mereka akan tetapi memperalat orang-orang dungu untuk dijadikan umpan dan korbannya.
Contoh yang paling kongkrit adalah ketika ahlul hak membumi hanguskan tirai butut si majhul, akhirnya ada diantara anggota ahlul hak mendapat tonjokan kepalan dari pembela simajhul, ada juga yang dicekik lehernya, padahal semua tahu bahwa pencekikan dan pemukulan apalagi diwajah bukan kelakuan dan akhlak seorang yang memiliki titel tholibul ilmi apalagi yang mengaku salafi, Rosululloh > bersabda:
عن أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال:" إذا قاتل أحدكم أخاه فليتق الوجه" [رواه مسلم ( 2612 )]
Dari Abi Huroiroh – rodhiallohu'anhu- dari nabi > brsabda: "Apabila salah seorang diantara kalian memukul maka jauhilah memukul wajah." [HSR Muslim 2612]
Yang mereka kedepankan adalah hujjah dan bayyinah, bukan kepalan dan tonjokan, akan tetapi karena otak waras majahil sudah miring, akhirnya pembelaan mati-matiannya dia curahkan kepada para algojo dan tukang pukul dengan alasan murahan dan nggak masuk kaidah ilmiyah sedikitpun.
Bukankah ini menunjukkan betapa cocoknya hadits sifat-sifat munafiq untuk disandang oleh simajhul model mereka.
Ini baru sekelumit contoh bahwa mayoritas sifat kemunafikan terdapat pada diri para majahil, kalau kita urai lebih lanjuk akan membutuhkan jilid besar, tapi kami kira ini cukup sebagai contoh soal.
Dan bukankah kemunafikan adalah dosa besar yang sangat menghawatirkan para pelakunya?? Wahai kaum insaflah kalian .
Dosa besar keduabelas : Si Majhul menyerupai setan
Dalam beberapa sisi yang semuanya adalah dosa besar.
Sisi pertama : Persamaan dalam sifat dusta, dan telah lewat pembahasan masalah ini.
Sisi kedua : Pesamaannya dalam mencampur aduk berita, satu kebenaran di sisipi seratus kedustaan.
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قلت يا رسول الله إن الكهان كانوا يحدثوننا بالشيء فنجده حقا قال:" تلك الكلمة الحق يخطفها الجني فيقذفها في أذن وليه ويزيد فيها مائة كذبة" .[متفق عليه]
Dari A'isyah – rodhialloohu 'anha – berkata: kukatakan kepada Rosululloh > : Wahai Rosululloh !! sesungguhnya para dukun itu suka menceritakan kepada kita dengan sesuatu yang terkadng kita dapati kebanarannya ?? beliau menjawab : " Itu adalah kalimat yang benar yang dihafal oleh jin kemudian ditiupkan ketelinga walinya (para dukun) dan ditambah dalam kalimat tersebut seratus kedustaan."[HR : Bukhori & Muslim]
Demikian pula halnya dengan para majhul, mereka sibuk mencari berita kesalahan musuhnya, dan kalau mendapat sedikit peluang walaupun tidak berkaitan dengan kesalahan manhaj atau dakwah atau maksiat yang tidak perlu diangkat kepermukaan bahkan hanya sekedar isu atau permasalahan wajar dan biasa, mereka akan membesar-besarkannya dan menjadikan isu yang telah mereka campur dengan banyak kedustaan, sebagai bahan untuk menjatuhkannya, dan merendahkannya kemudian mereka sebar ketelinga antek-anteknya.
Sisi ketiga : Persamaannya dalam memusuhi ahlul haq dan pembelaannya terhadap ahlul bathil.
Alloh mengatakan bahwa setan adalah musuh kita dan Alloh menyuruh kita untuk menjadikan setan sebagai musuh, dan menerangkan bahwa permusuhan ini tidak berhenti sampai titik penghabisan dan menjelaskan bahwa tipu daya setan adalah lemah tak memiliki kekuatan dihadapan ahli ikhlash dan ahli tauhid serta ahlil hak.
+ إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ_ [فاطر/6]
Sesungguhnya syaithon adalah musuh kalian maka jadikanlah mereka musuh, syaithon hanyalah menyerukelompoknya untukmenjadi penghuni neraka Sa'ir" [QS Fathir 6]
+ قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ * قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ * إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ * قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ * إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ _ [ص/79-83]
Berkata syaithon : Wahai Rob, berilah aku senjang waktu sampai hari pembangkitan(Qiyamat) , Alloh menjawab: Sungguh engkau termasuk yang diberi senjang waktu, sampai hari yang tertentu, syaithon berkata: Maka demi kemuliaanMu aku akan sesatkan mereka semua, kecuali hamab-hambaMu yang ikhlash.[QS Shod 79-83]
+الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا_ [النساء/76]
Orang-orang yang beriman berperang dijalan Alloh, sedangkan orang-orang kafir berperang dijalan thoghut, maka perangilah oleh kalian para wali syaithon, karena sesungguhnya tipu daya syaithon adalah sangat lemah.[QS An-Nisa 76]
Dan sudah menjadi sunnatulloh bahwa pertikaian antara ahlul haq dengan ahlul batil tak akan berhenti dan terputus sampai Alloh mewarisi dunia ini, dan telah Alloh janjikan bahwa ahlul hak akan selalu mendapat pertolonganNya dan mendapat bantuan kekuatan dariNya, karena ahlul hak berjalan dengan tuntunan syari'at yang Alloh syari'atkan, dan selalu berada diatas jalanNya, terang-terangan tanpa menyembunyikan diri, karena mereka yakin bahwa yang sedang mereka perjuangkan adalah kebenaran, dan yang mereka harapkan dari perjuangan diatas alhak ini adalah wajahNya semata, makanya mereka tak merasa gentar dengan besar dan kekuatan musuh, sedikit dan banyaknya pengikut, karena telah tertancap didalam jiwa mereka kebesaran alhak, dan kerdilnya kebatilan.
Disisi lain ahlul batil, dan orang-orang yang didalam hatinya penuh keraguan maka akan terpelanting diawal pertempuran, walaupun mereka memiliki segudang perlengkapan, mencurahkan segenap kekuatan, karena yang mereka bela dan perjuangkan adalah kebatilan, oleh karena kegagalan dan kelemahan mereka dalam menghadapi ahlul hak, dan yakin bahwa mereka tak bisa berkutik dihadapan ahlul hak, akan tetapi dihati mereka terpenuhi kedengkian dan kecongkakan serta kesombongan untuk mengakui kekalahan mereka, maka mereka tetap berusaha untuk melanjutkan perseteruan dengan ahlul hak walaupun dengan cara gerilya dan rahasia, dengan menyerangnya dari balik tabir dan dibelakang tirai, walaupun hasil akhirnyapun kekalahan mereka.
Di antara cara ahlul batil dewasa ini dalam finah terakhir ini adalah dengan memasang orang-orang majhul, yang tak jelas identitasnya, nggak ketahuan akhlak dan adabnya, tak diketahui tingkat tamassuknya diatas al hak, bahkan kalau dikatakan bahwa kefasikannya lebih besar daripada ketho'atannya bukan hal yang jauh dari kebenaran, mereka pasang orang-orang seperti ini untuk membendung hujjah ahlul hak, karena mereka telah merasa kecut dan gentar bahkan mungkin sampai terkencing di celananya ketika mendengar ahlul hak bergerak untuk menghujaninya serangan, dari situ mereka hanya bisa bermain dari balik layar.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah merasa berada dipihak yang salah, karena kalau mereka meyakini bahwa mereka berada dibarisan alhak, tentu mereka tidak main umpet-umpetan, tidak perlu bersembunyi dibalik gedek majhul, sebagaimana ahlul hak bergerak dengan leluasa, akan tetapi bos mereka(yakni syaiton), telah memberi mereka janji-janji basi dan angan-angan gombal dan menhiasinya dengan bunga-bunga bangkai:
+يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غرورا _ [النساء/120]
Syaithon menjanjikan dan memberi angan-angan, dan tidaklah janji dan angan-angan syaithon kecuali tipuan belaka.[QS An Nisa 120]
Sisi keempat : Persamaan mereka dalam memutar balik fakta.
Syaiton itu musuh akan tetapi mengaku sebagai penasehat, dia itu dholim dan bengis akan tetapi mengaku penuh rohmah, dia pendusta tapi mengakunya sebagai orang yang jujur, penyesat tapi mengaku sebagai penunjuk jalan, berapa banyak manusia terpesona dengan gayanya akhirnya menjadi mangsanya, berapa banyak orang terpedaya dengan bualannya .
+ فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى_ [طه/120]
Demikian pula si majhul ini selalu memoles tulisannya dengan memutar balik fakta, merobah dan mengolah berita, yang seharusnya dialah biang keladi fitnah, dia menggambarkan bahwa dialah yang ingin menjernihkan kekeruhan, dialah sebenarnya yang tidak memakai kaidah yang benar dalam tatsabut dengan menyebarkan berita dusta tanpa adanya tatsabut terlebih dahulu, lalu dia lemparkan hujatan itu kepada ahlul hak, bagaimana dia berani tatsabut wong dia itu pengecut, kaidah tatsabut fersi mereka adalah :" Menolak dan harus mantatsabuti berita tsiqoh dan menerima berita majahil mentah-mentah".
Mereka menyebarkan berita bahwa mereka didholimi padahal kedholiman mereka terhadap ahlul hak tak terhitung jumlahnya, mereka menuduh ahlul hak hanya sibuk dengan urusan fitnah dan rudud dan tidak tersibukkan dengan belajar, pada kenyataannya merekalah yang paling agresif dalam menyebar fitnah dan sibuk didepan layar internet menyaksikan kemaksiatan dan kerusakan. Sungguh cocok sekali apa yang dinukil oleh imam Dzahabi – rohimahulloh- untuk para majahil :
يا مسكين، أنت مسئ وترى أنك محسن، وأنت جاهل وترى أنك عالم، وتبخل وترى أنك كريم، وأحمق وترى أنك عاقل، أجلك قصير، وأملك طويل. - إي والله، صدق- ، وأنت ظالم وترى أنك مظلوم، وآكل للحرام وترى أنك متورع، وفاسق وتعتقد أنك عدل، وطالب العلم للدنيا وترى أنك تطلبه لله. سير أعلام النبلاء (ج 8 / ص 440)]
Wahai miskin, enkau itu bwerbuat jahat tapi engkau melihat telah berbuat baik, dan engkau bodoh tapi engkau melihat dirimu sebagai orang alim, engkau pelit tapi kau menganggap dermawan, engkau dungu tapi engkau beranggapan orang yang cerdas, jalmu sangat pendek tapi angan-anganmu terlalu jauh, sungguh demi Alloh, benar, engkau dholim tapi engkau anggap dirimu yang madlum, engkau memakan harta yang harom tapi engkau anggap orang yang waro' , engkau fasiq tapi engkau meyakini orang yang adil, engkau mencari ilmu untuk dunia tapi engkau menganggap mencarinya karena Alloh . [ Siar 'Alamunnubala 8/440]
Mereka menjuluki orang-orang yang tidak sepantasnya mendapat julukan dengan julukan besar diluar tatanan seperti Syaikh fulan padahal dia itu orang awam tulen, Da'i tenar fulan padahal dia pengangguran, Al-ustadz kabir fulan padahal dia penyanyi, tukang masak, tukang bangunan dst(dimana orang yang mengetahui dengan pasti hakekat orang-orang terpuji mereka dan pujiannya niscaya akan terpingkal-pingkal geli akan pujian majhul tersebut), bahkan yang lebih memilukan mereka menjuluki orang yang majruh dengan pasti secara moral seperti seorang homo, seorang hizbi, seorang pengemis dakwah, seorang yang terjerumus kedalam kemaksiatan nyata, seorang akhwat jadi-jadian, pembunuh, pemberontak, preman,dll dengan pujian harum, karena mereka berada dibarisannya, sementara orang yang berhak mendapat pujian karena telah nampak dan terbukti kebaikan dan jasanya, ahli ibadah, penghafal Al-Qur'an, penulis handal, orator, dllnya, mereka habisi dan tidak sebutir ucapan hormat sedikitpun terlontarkan dari mulut dan tulisan mereka.
Ini semua menunjukkan telah rusaknya timbangan keinshofan mereka dan menunjukkan akan kelihaian mereka dalam taqlibul haqoiq (memutar balik fakta).
Padahal Alloh telah melarang perbuatan seperti ini dalam beberapa firmanNya, diantaranya karena perbuatan ini adalah kebiasan orang-orang sesat, perbuatan orang-orang munafiq, seperti firman Alloh tentang kaum Madyan:
+ وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ_ [الأعراف/90]
"Berkata para pembesar orang-orang kafir dari kaumnya : kalau kalian mengikuti Syua'ib sungguh kalian menjadi orang yang merugi"[QS Al-'Arof :90].
Padahal kenyataannya sebaliknya, kemudian adat ini diikuti oleh Fir'aun:
+وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَاد_ [غافر/26] .
Dan berkata Fir'aun : Biarkan aku membunuh Musa, dan biarkan dia menyeru Robnya, karena aku takut kalau dia akan mengganti agama kalian dan menampakkan diatas bumi dengan kerusakan.[QS Ghofir 26]
Siapa sebenarnya yang merobah agama dan berbuat kerusakan , Nabi Musa > ataukah Fira'un??
Dan Alloh menghabarkan tentang sifat munafiqin dalam masalah pemutar balikan fakta:
+ وَقَلَّبُوا لَكَ الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ _ [التوبة/48].
"Dan mereka memutar balik perkara kepadamu sampai datang kebenaran dan tanpak jelas perintah Alloh dan mereka membencinya"[QS At-Taubah 48]
Dengan ini jelas bahwa para majahil sungguh telah terjerumus kedalam dosa tasyabbuh dengan syaithon, tasyabbuh dengan kaum terlaknat, tasyabbuh dengan Fira'aun, tasyabbuh dengan orang-orang munafiqin.
Lantas pahala apa yang mereka harapkan dari berbuat kemajhulan dan menyamarkan diri wahai orang yang berakal?
Sisi kelima: persamaan dalam sisi lari dari tanggung jawab.
Alloh berfirman mengkhabarkan bagaimana syaithon berlepas diri dari para pembebeknya:
+وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ_ [إبراهيم/22]
"Dan berkata syaiton ketika telah diputuskan perkara, sesungguhnya Alloh telah menjajikan kepada kalian dengan jenji yang benar, dan akupun menjajikan kalian tapi dengan janji yang aku selisihi, maka sungguh aku pada waktu itu tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk menguasai kalian, aku hanyalah menyeru dan mengajak saja lantas kalian mengikutiku, oleh karena itu kalian jangan mencaciku akan tetapi cacilah diri kalian sendiri, aku tidak akan mampu menyelamatkan kalian dan kalian juga tidak bisa menyelamatkanku, aku berlepas diri peyekutuan kalian kepadaku sebelum ini, sungguh orang-orang dholim mendapatkan adzab yang pedih."[QS Ibrohim 22]
Lihatlah betapa syaiton dengan begitu mudahnya berlepas diri dari tanggung jawab setelah menyeret manusia kedalam kesesatan dan menjadi pengikutnya bahkan merasa dirinya dalam kebenaran tak bisa disalahkan dan dicaci.
Demikian halnya dengan si majhul, kondisi dia yang tidak terdeteksi dengan terus meyebarkan virus adalah dalam rangka agar tidak dikejar-kejar untuk mempertanggung jawabkan kelacutannya, baik dihadapan Alloh atau dihadapan manusia (menurut angan-angan kotornya), agar kredibilatasnya tetap mantap, itu semua adalah hasil kepengecutannya, lain halnya kalau dia itu seorang jentelman kestria sejati, seorang laki-laki beneran, maka dia siap bertanggung jawab atas apa yang dia tulis, apa yang dia ucapkan, dan apa yang dia perbuat, walaupun harus menelan kepahitan dalam mempertanggung jawabkan semua itu, dan itulah sifat mukmin sejati, kalau salah mengaku salah kemudian berusaha berbenah diri, dan kalau benar dia tidak menyia-nyiakan kebenaran itu terlantar, bahkan dengan sekuat tenaga dipertahankannya dan digenggamnya walaupun harus mengorbankan jiwanya.
Kami kira cukup disini dulu apa yang bisa kami kemukakan agar tidak membosankan pembaca, karena kalau kita telusuri setiap sisi dari keculasan si majhul, akan membutuhkan ratusan halaman, karena seorang yang masih memiliki hati dan kejujuran akan terketuk hatinya walaupun dengan sepatah dua patah kata, adapun mereka yang hatinya telah membatu dan mengeras maka tidaklah siraman air jernih kecuali semakin menambah keruh dan keras.
DAFTAR PARA MAJAHIL DALAM FITNAH IBNAI MAR'I
No. Penulis Majhûl Judul Makalah mereka
1 ‘Abdurrohmân bin Ahmad Al-Barmakî رد شبه (المُحَارِب) المتمحِل مثير الشقاق بين الإمامين النجمي ومقبِل.
التنكيل لما في خيانة عبد الحميد وشيخه الحجوري من الأباطيل.
إيضاح الدليل في كشف شُبه الحجوري صاحب البتر والتعطيل.
انقضاض الشهب البخارية على أوكار الحجوري الخلفية.
الرد الفوري في تحرير محل النزاع بين الشيخ عبيد والشيخ الحجوري.
التعليق الوجيز على كلمات الشيخ العلامة عبيد أبي عبد العزيز.
2 ‘Abdullôh bin Robî' As- Salafî ماذا ينقمون من الشيخ الحجوري (سلسلة من 1-4)
3 ‘Abdullôh bin Qôsim Ad Dâkhilî سلسلة "نحو تربية سلفية صحيحة"رقم(1) الغلوّ في الشيخ يحيى.
دعوة إلى التوبة.
4 Abû ‘Abdillâh ‘Abdul ‘Azîz bin Ahmad Al-Qohthonî نفثات مصدور من دماج بعد أن ملئها الحجوري بالظلم والفجور
السعي المشكور في تعزيز نفثات مصدور
5 ‘Abdullôh bin Ahmad Al- Khaulânî ما هكذا تورد يا يحيى الإبل؟
6 Ibnus Shobban Al- Manshûrî هذا هو اعتقاد الحجوري يا علماء أهل السنة !!!!
7 Abû ‘Abdil Wahhâb الحجوري يشجع طلبته بالكذب
الجمع الحسن فيما وقع فيه الشيخ يحيى وأصول أبي الحسن
الرد المبين على الناصح الأمين
8 Abû Hajir As-Salafî تنبيه العقلاء إلى مقاصد الحجوري الهوجاء
9 Abû ‘Abdillâh As-Salafî فتنة الحجوري دائرة بين التهويل والاستخفاف بالعقول
10 ‘Ammâr As-Salafî ماذا بقي في كتاب الحجوري (الطبقات) بعد فتنته هذه؟!
11 Sa'îd bin 'Alî Al-Hamîd مع الحجوري ذكرى وتذكير (الحلقة الأولى والثانية)
12 Ath-Thoyyib Abul Madînî الحجوري في قفص الاتهام من الحلقة الأولى إلى الرابعة
13 ‘Abdullôh bin Ahmad تجـلية المحـــــنة في حقيــقة الفتــنة
14 ‘Ubaidillâh As-Salafî تذكير الحجوري بأخلاق العلماء
أوجه الشبه بين الحجورية والحدادية
15 Abû Muslim Muhammad bin ‘Abdillâh Al-Hamdânî أبـغض الرجال إلى الله
خذوا على يد الظالم
16 ‘Abdullôh bin Mubârok أكذب من الحجوري
17 ‘Abdullôh bin Mutsannâ فاقرة من فواقر الحجوري ضحية التعالم إمام الثقلين
تقعيدات الحجوري تشبه تقعيدات أبي الحسن من بعض الوجوه وتخالفها في المقصد
نصيحة عاجلة إلى ((حُطيئة العصر)) يحيى الحجوري وقد ماتوا بغيضهم
18 ‘Abdullôh bin Habîb Al- Atsarî طعن الحجوري في الصحابة
19 Syâkir bin ‘Abdul ‘Azîz As- Sâlimî تنبيه الخلق على بطلان مقولة الحجوري أن أهل السنة أقرب الطوائف إلى الحق
20 Abû ‘Abdillâh Ad-Dârî
سلسلة الدفاع عن الحق
21 Abû ‘Abdillâh Al- Hadhromî
ضابط الإفراط والتفريط في مدح العلماء - ضوابط لا يضبطها "الناصح الأمين"
22 Abul Hârits Al-Asymûrî "الصواعق الشديدة على شلة الحجوري وبراءة الذمة الجديدة"
23 Abû Mahfut Alî bin 'Imran bin 'Alî Adam Al Andunusy Dia adalah muta'ashib pendusta yang bersembunyi di Dammâj menurut pengakuannya kemudian kini menurut suatu riwayat di pondok hizbi Fuyusy. Sementara orang-orang Indonesia yang bernama "Ali" di sini tiada satupun yang berani mengaku kenal dengannya) di antara tulisannya adalah Tirai serbet butut, dan dia yang menerjemahkan buku Yasin Al Hizbi dalam pembelaannya terhadap majhulin.
24 Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd Berbicara dengan lidah bekas wakil panglima Luqmân Al-Hizbî, sudah dua buah buku bualannya hasil terjemahan buku-buku orang majhûl diatas tanpa malu dan sungkan, dan di antara kedunguannya adalah: menjuluki ‘Abdullôh bin Robî` Al-Majhûl dengan Syaikh.
25 Situs Dammaj Habibah Sekelompok pengangguran yang menyebar fitnah mereka mengaku cinta Dammaj tapi pada kenyataannya ingin menghancurkannya.
26 Abdul Karim Trenggalek Sebagai bayang-bayang Abu Mahfuth setelah dia hengkang dari Dammaj
27 Bocah- bocah Dammaj anti Turobi Sekelompok bocah-bocah nakal , pengangguran , pencari gosip, kerjanya ghibah dan namimah, tidak memiliki rohmah dan sopan santun dan hormat kepada orang-orang tua, bocah – bocah tak terdidik dan tak beradab.
28 Anti Luqman Menyuarakan permusuhan terhadap Luqman Alhizbi dengan tanpa petunjuk yang shohih, seharusnya dia atau yang bersamanya tidak perlu berbuat demikian, kalau memang belum memiliki kejantanan untuk berlaga dengan ahlul bathil.
29 Pembela Daarulhadits Dammaj Ini sama dengan Anti Luqman
30 Situs Wahyain Situs milik para majahil, dengan bahasa Arob, para pengelolanya adalah orang-orang majhul dari pembela hizbi Ibnai Mar'I , dan situs inilah yang menjadi rujukan para asatidzah Indonesia dalam mendepak Dammaj.
PENUTUP
Sebelum kami tutup pembicaraan ini, kami sisipkan komentar para ulama jarh wa ta'dil terhadap para majahil agar menjadi pemacu bagi para majahil untuk segera berpindah posisi dan mengambil langkah baru, bertaubat kepada Alloh dan menjauhi kemaksiatan besar ini, dan sebagai tambahan penguat pijakan bagi ahlul hak dalam menumpas segala kebathilan.
Perkataan Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma:
وفي مقدمة صحيح مسلم (1 / 9رقم:17) وَحَدَّثَنِى أَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنِ الْمُسَيَّبِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبَدَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَتَمَثَّلُ فِى صُورَةِ الرَّجُلِ فَيَأْتِى الْقَوْمَ فَيُحَدِّثُهُمْ بِالْحَدِيثِ مِنَ الْكَذِبِ فَيَتَفَرَّقُونَ فَيَقُولُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ سَمِعْتُ رَجُلاً أَعْرِفُ وَجْهَهُ وَلاَ أَدْرِى مَا اسْمُهُ يُحَدِّثُ.
Berkata Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma: Sesungguhnya syaithon bisa menyerupakan dirinya denganseorang laki-laki, lantas dia mendatangi sekelompok manusia sembari menyampaikan hadits (atau berita) dari kedustaan, maka berpencarlah manusia, dan diantara mereka ada yang mengatakan : Aku telah mendengar berita (hadits) dari seseorang yang aku kenal wajahnya akan tetapi aku tidak mengenal siapa namanya.[Lihat Muqoddimah Shohih Muslim no 17]
Kami katakan : kisah sangat cocok dengan kondisi Abu Mahfudh dan jenisnya.
Kisah Ibnu 'Abbas rodhiallohu'anhuma dengan majhul:
في مقدمة صحيح مسلم (1 / 10رقم:21): وحدثنى أبو أيوب سليمان بن عبيد الله الغيلانى حدثنا أبو عامر - يعنى العقدى - حدثنا رباح عن قيس بن سعد عن مجاهد قال جاء بشير العدوى إلى ابن عباس فجعل يحدث ويقول قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فجعل ابن عباس لا يأذن لحديثه ولا ينظر إليه فقال يا ابن عباس ما لى لا أراك تسمع لحديثى أحدثك عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ولا تسمع. فقال ابن عباس: إنا كنا مرة إذا سمعنا رجلا يقول قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ابتدرته أبصارنا وأصغينا إليه بآذاننا فلما ركب الناس الصعب والذلول لم نأخذ من الناس إلا ما نعرف.
Dari Mujahidberkata:Datang seseorang kepada Ibnu 'Abbas –yaitu : Basyir bin Ka'ab Al-'Adawi- maka mulailah dia menyebutkan beberapa hadits dan berkata : telah bersabda Rosululloh > dan mengulanginya, maka Ibnu Abbas tidak mendengarkan sedikitpun haditsnya dan tidak pula mengarahkan pandangannya kepadanya(tidak memperdulikannya sama sekali) orang tadi menyela: Wahai Ibnu 'Abbas, kenapa engkau tidak memperhatikan dan tidak mendengar haditsku padahal aku menyandarkannya kepada Rosululloh > ?? maka Ibnu Abbas menyela: Dahulu kita jika ada orang yang mengatakan telah berkata Rosululloh > maka telinga kami segera kami pasang, dengan sepenuh perhatian kami, akan tetapi ketika manusia mulai melewati jalan terjal dan lembut (asal-asalan baik dari yang ma'ruf atau majhul) maka kita tidak mengambilnya kecuali yang kami ketahui.
Perkataan Ibnu Siirin rohimahulloh:
في مقدمة صحيح مسلم (1 / 12) عن محمد بن سيرين قال إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
Berkata Ibnu Siiriin : Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian ambil agama kalian.
قال الإمام مسلم : حدثنا أبو جعفر محمد بن الصباح حدثنا إسماعيل بن زكرياء عن عاصم الأحول عن ابن سيرين قال لم يكونوا يسألون عن الإسناد فلما وقعت الفتنة قالوا سموا لنا رجالكم فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم
Ibnu Sirîn berkata: ‘‘Mereka dulu tidak bertanya tentang isnad .Tapi ketika telah terjadi fitnah mereka berkata: Sebutkan pada kami rantai sanad kalian. Maka, mereka melihat, apabila orang-orang tadi adalah Ahlus Sunnah maka hadîts mereka diambil. Dan mereka melihat apabila sanad tadi adalah Ahlul Bid'ah, maka hadîts mereka tidak diambil.(dicampakkan)’’ (Diriwayatkan Imâm Muslim dalam Muqoddimah Shohîhnya).
Berkata Imâm Syu'bah bin Hajjâj –rohimahulloh-:
إِذَا حَدَّثَكَ المُحَدِّثُ فَلَمْ تَرَهُ فَلاَ تَرَوْ عَنْهُ فَلَعَلَّهُ شَيْطَانٌ قَدْ تَصَوَّرَ فِي صُوْرَتِهِ يَقُوْلُ حَدَّثَنَا وَأَخْبَرَنَا وَهُوَ خِلاَفُ الصَّوَابِ
‘‘Apabila berbicara kepada kalian Almuhaddits dan kamu tidak melihatnya, jangan kamu riwayatkan darinya karena kemungkinan dia itu syaithon yang telah berubah wujud. Dan berkata Syaithôn: aku kabari dan aku beritahu yang itu menyelisihi kebenaran.’’ [Dari kitab "Tadrîbur Rowi (2/11)]
Perkataan Imam Nasai rohimahullooh.
Berkata Imam Nasai rohimahulloh mengomentari seorang majhul bernama Marwan bin 'Utsman :
" ومن مروان بن عثمان حتى يصدق على الله عز وجل .[الإرشادات في تقوية الأحاديث بالشواهد والمتابعات - (1 / 123)]
Siapa sih Marwan bin Utsman ini, sampai dibenarkan ucapan atas nama Aloh 'azza wajalla ??
Makna ungkapan jarh muhadits: ظلمات بعضها فوق بعض
| ظلمات بعضها فوق بعض : يوصف بهذه العبارة ونحوها الحديث الذي اجتمع فيه عدد من المجاهيل أو الكذابين أو المتروكين أو العلل الفاحشة ؛ [انظر:معجم مصطلحات المحدثين) (4 / 45(]
|Ahlul hadits dalam menjarah suatu hadits yang disanadnya terkumpul padanya beberapa orang majhul dan kadzab serta matrukun dengan ungkapan : Kegelapan sebagian diatas kegelapan yang lain.
Perkataan Syaikh Robi' hafidhohullooh:
Berkata Syaikh Robî' di kitab : "At-Tatsabbut fi Asy-Syarî'ah wa mauqif Abil Hasan minhu hal.34: ‘‘Dan kesimpulan terakhir, bahwa orang ini menolak perkataan-perkataan ‘Ulamâ dan persaksian-persaksian ‘Ulamâ serta hukum-hukum mereka, dan membantah kabar-kabar Salafiyîn bagaimanapun banyaknya, di sisi lain mereka menerima dengan hawanya kabar-kabar orang yang tidak diketahui (tak dikenal) atau para pendusta, maka menunjukkan atas apakah perilaku-perilaku dari perbuatan-perbuatan mereka ini? Dan sesungguhnya amalan-amalan dia ini menyelisihi at-tatsabbut yang disyari’atkan dalam agama Islam. Apabila dia berkata (Abul Hasan): Mereka yang tidak dikenal itu di sisiku adalah orang yang terpercaya (tsiqot), dan tidak ada yang melazimkanku untuk tatsabbut/mencari kejelasan dari kabar-kabar mereka.’’ Maka katakan kepadanya:
1) Sebutkan nama-nama mereka dan sanjungan ‘Ulamâ terhadapnya dan ketidak adanya celaan terhadap mereka.
2) Kenapa engkau sembunyikan di belakang at-tatsabbut untuk membantah perkataan-perkataan para ‘Ulamâ yang terpercaya, bahkan orang yang lebih tinggi martabatnya, di mana kamu membantah fatwa-fatwa dan perkataan mereka?! Maka apabila engkau mempunyai manhaj yang benar dan maksud yang baik, apa untungnya engkau berbuat seperti ini? Dan untuk apa engkau membantah kabar-kabar dari Salafiyyîn walaupun banyak jumlahnya ? Bukankah semua ini dan itu menunjukkan atas sangat bengkok dan menyelisihi fitroh dan manhaj Salafî yang benar?? Bahkan menunjukkan atas pengingkaran terhadap manhaj ini dan pengikutnya dengan sebenar-benarnya. ?? Selesai perkataannya Syaikh Robî's.
Dan sesungguhnya pendorong mereka dalam menyebarkan berita-berita orang-orang majhûl dan yang menggerakkannya adalah karena adanya kecocokan dan keserasian mereka terhadap apa yang mereka jalani, dan seperti ini juga apa yang telah dilakukan oleh Abul Hasan Al-Mishrî dan kayu bakar fitnahnya. ("براءة أهل السنة" ص234)
daftar isi
Muqoddimah 3
Fenomena para majahil 6
latar belakang penulisan 9
Devinisi Dosa besar 13
Dosa besar pertama: Berbohong kepada Alloh dan kaum mu'minin 14
Dosa Besar kedua: Mendustakan kebenaran 15
Dosa besar ketiga: Menyeru manusia kepada kesesatan dan tersebarnya fahisyah. 16
dosa besar keempat : menyerupai orang-orang munafiqin. 17
Dosa besar kelima: tipisnya muroqobah mereka kepada Alloh 19
Dosa besar keenam : merobah nasab dan menyandarkan kepada selain bapak kandungnya. 21
dosa besar ketujuh: menyeru orang untuk berdusta jama'i 24
dosa besar kedeapan : simajhul pembuka pintu suudhon. 27
Dosa besar kesembilan: simajhul tasyabbuh dengan yahudi dan Nashoro dan orang-orang rofidloh dalam menerima berita, kemudian menyebarkannya. 30
Dosa besar kesepuluh : Simajhul menghancurkan usaha keras para muhaddits dalam membangun kaidah jarh wa ta'dil yang benar dengan membuat bid'ah baru dalam jarh wa ta'dil fersi majahil. 32
Dosa besar kesebelas : sebagian besar sifat munafik cocok disandang oleh majahil. 33
Dosa besar keduabelas : Si Majhul menyerupai setan 44
DAFTAR PARA MAJAHIL DALAM FITNAH IBNAI MAR'I 53
PENUTUP 59
Perkataan Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma: 59
Kisah Ibnu 'Abbas rodhiallohu'anhuma dengan majhul: 60
Perkataan Ibnu Siirin rohimahulloh: 61
Berkata Imâm Syu'bah bin Hajjâj –rohimahulloh-: 61
Perkataan Imam Nasai rohimahullooh. 62
Makna ungkapan jarh muhadits: ظلمات بعضها فوق بعض 62
Perkataan Syaikh Robi' hafidhohullooh: 62
daftar isi 65