• If this is your first visit, be sure to check out the FAQ by clicking the link above. You may have to register before you can post: click the register link above to proceed. To start viewing messages, select the forum that you want to visit from the selection below.

إعـــــــلان

تقليص
لا يوجد إعلان حتى الآن.

Amin anak maluku memerangi musuh islam di yaman

تقليص
X
 
  • تصفية - فلترة
  • الوقت
  • عرض
إلغاء تحديد الكل
مشاركات جديدة

  • Amin anak maluku memerangi musuh islam di yaman


    اللهم اجعنا مع الصدقين والشهداء والصالحين
    آمين


    AMIN


    ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN



    Ditulis Oleh:
    Abu Ubaidah Shalah bin Nurdin Al-Ambony
    Abu Muhammad Iqbal bin Nurdin Al-Ambony
    Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
    -semoga Allah menjaga mereka-

    KATA PENGANTAR

    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد:
    Tidak diragukan lagi bahwa kaum Rofidhah adalah salah satu kelompok sesat yang lebih kafir dari pada Yahudi dan Nasrani, diantara bentuknya:
    Yahudi dan Nasrani memuliakan para shahabat Nabi Musa dan Isa ‘Alaihimas Salam dengan pemulian yang terkadang sampai ghuluw (berlebih-lebihan) adapun Rofidhah maka mereka menghina dan bahkan menkafirkan para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
    Yahudi dan Nasrani menambah atau mengurangi kitab Taurat dan Injil hanya dalam bentuk ayat perayat atau kalimat perkalimat adapun Rofidhah menambah kitab Al-Qur’an dalam bentuk juz.
    Yahudi dan Nasrani memuliakan Nabi Musa dan Isa dengan pemuliaan yang terkadang sampai pada tingkatan ghuluw (melampui batas) adapun Rofidhah maka mereka merendahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bahwasanya malaikat Jibril khianat dalam menyampaikan wahyu, yang seharusnya disampaikan kepada Ali bin Abi Thalib akan tetapi malah disampaikan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
    Yahudi dan Nasrani masih memiliki sedikit rasa kasihan terhadap manusia adapun Rofidhah maka mereka tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap manusia, siapa saja yang tidak memeluk agama mereka maka mereka berupaya untuk memusnahkannya dari muka bumi, berkata seorang muslim tentang mereka: “Seseorang kalau ditawan oleh orang-orang kafir di Amerika atau di Eropa masih bisa diharapkan keselamatannya adapun bila ditawan oleh orang-orang kafir Rofidhah maka tidak diharapkan keselamatannya”. Hal tersebut adalah suatu kenyataan sebagaimana pula ketika mereka mengembargo atau mengepung Darul Hadits Dammaj yang mengakibatkan banyak dari kaum muslimin di Dammaj mengalami penderitaan dan kelaparan, tidak hanya itu bahkan ada dari binatang ikut merasakan penderitaan dan kelaparan serta kematian, sungguh telah kami saksikan hewan-hewan seperti kucing banyak mati karena kelaparan, semua itu disebabkan kejahatan dan kezhaliman mereka yang tidak berperikemanusiaan.
    Setelah mereka melakukan embargo seperti itu, mereka tidak merasa puas yang pada akhirnya mereka pun berbuat buas dengan menempuh cara lain; berupa penyerangan dan pembantaian terhadap masyarakat yang berada di Dammaj (lihat tulisan “SERAM, SERANGAN SATU MUHARRAM SEBUAH KEJAHATAN DAN PERBUATAN KEJAM”).
    Dengan mengetahui keberadaan mereka seperti itu maka tentu bagi orang yang memiliki keimanan akan bangkit membantu dan membela saudara-saudara yang berada di Dammaj, dengan sebab itu maka bangkitlah para pemuda Maluku melakukan pembelaan terhadap saudara-saudaranya yang ada di Dammaj, diantara mereka yang bersungguh-sungguh dalam memberi sumbangsih fisik dan non fisik adalah Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Allah merahmatinya- (untuk selanjutnya disingkat Amin). Dengan melihat perjuangan dan jasa-jasanya yang begitu besar maka sengaja kami menulis tentang biografi dan kisah-kisah yang berkaitan dengannya, yang kami beri judul “AMIN, ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”.
    Orang yang pernah menyaksikan peperangan antara umat Islam dengan kaum Nasrani di Maluku pada tahun 1999 sampai 2002 Masehi tentu akan menyatakan bahwa peperangan tersebut sangatlah menyeramkan, namun bila seseorang menyaksikan peperangan yang terjadi di Yaman tepatnya di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj maka tentu akan menganggap bahwa peperang yang terjadi di Dammaj itu merupakan peperangan yang sangat seram; hari demi hari Rofidhah selalu melepaskan tembakan mortir, meriam dan basoka serta tank ke beberapa tempat di Dammaj; masjid mereka tembak, tempat masak umum mereka tembak, perpustakaan umum mereka tembak dan pemukiman masyarakat mereka tembak, tidak ada yang tersisa melainkan mereka tembak habis –semoga Allah membinasakan mereka semua-. Begitu pula penembak jitu mereka selalu bersiap siaga dalam mengintai para penuntut ilmu dan warga Dammaj (Lihat tulisan “SERAM, SERANGAN SATU MUHARRAM, SEBUAH KEJAHATAN DAN PERBUATAN KEJAM”).
    Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat kepada para penulisnya, orang-orang tua mereka, saudara-saudara mereka dan para pembaca serta siapa saja yang mencari kebenaran.
    Tulisan ini kami tulis pada Rabu Dhuha 26 Muharram 1433 Hijriyyah di kamar Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Allah merahmatinya-.

    BAB I
    MENGENAL LEBIH DEKAT TENTANG AMIN

    Nasab dan Kelahirannya.
    Beliau –semoga Allah merahmtinya- lahir di Manado-Sulawesi Utara-Indonesia pada tanggal 24 Desember 1990 Masehi, beliau adalah anak pertama dari keluarganya. Bapak beliau adalah Nurdin bin Fattah yang merupakan anak turunan dari suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ibu beliau adalah Ummu Sauda’ bintu Dayi yang merupakan anak turunan Bugis dan Manado.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- dibesarkan di Ambon, beliau tumbuh di lingkungan keluarga yang taat beribadah.

    Masa Kecilnya.
    Beliau –semoga Allah merhmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya” yang berjudul “WAKTU KECILKU”:
    Kenangan kecilku tidak akan kulupakan
    Dimana pun aku berada tetap bersamaku
    Hati tersenyum ketika mengingatnya
    Syukur kepada Allah terhadap nikmatnya
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- juga berkata: Ingatlah dengan nikmat Allah yang diberikan kepadamu, dekatkanlah hatimu kepada Allah dan berdoalah dengan nama-namanya yang indah.

    Pendidikannya.
    Di masa kecilnya beliau sudah ke pondok pesantren pamannya Ustadz Anis Matta –semoga Allah memberikan taufik kepadanya-, kemudian beliau ke Darul Hadits Salafiyyah Dammaj untuk melanjutkan pendidikan ilmu agamanya.

    Masa Dewasanya.
    Beliau *–semoga Allah merahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Kini engkau telah dewasa, berpikirlah ke depan agar engkau mencapai cita-citamu”. Beliau juga berkata: “Aku ingin untuk mencapai cita-citaku”.

    Masyayikh (guru-guru)nya.
    Asy-Syaikh An-Nashihul Amin Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya-, beliau belajar kepada Asy-Syaikh Yahya dari awal datang sampai hari terakhir beliau wafat, diantara kitab-kitab yang beliau belajar kepadanya adalah:
    (Yang belum sempat diselesaikan) “Tafsir Ibnu Katsir”, “Shahih Muslim”, “As-Shahihul Jami’ mimma Laisa Fish Shahihain”, Al-Hiththah fish Shihahi Sitttah”, Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhihi” dll.
    (Yang sudah diselesaikan): “Shahihul Bukhary”, “Sunan Shugra Lil Imam Al-Baihaqy”, “Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqim”, “Asma’us Shahabah Lil Imam Ibnu Hazm”, “Adabut-Thullab wa Muntahal Arab” dll.
    Pelajaran-pelajaran yang beliau ikuti bersama Asy-Syaikh Yahya tersebut adalah pelajaran umum, beliau juga mengikuti pelajaran-pelajaran khusus bersama masyayikh yang lainnya diantaranya:
    Asy-Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Hizam –semoga Allah menjaganya-, diantara kitab-kitab yang beliau belajar kepadanya adalah: “Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid” dan “Fathul ‘Allam Syarhu Bulughul Maram” (jilid 1 dan 2)”.
    Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiry –semoga Allah merahmatinya-, kitab yang beliau pelajari kepadanya adalah “Al-Faidh fii Ilmil Faraid”.
    Asy-Syaikh Abu Abdillah Kamal Al-Adni –semoga Allah menjaganya-, kitab yang beliau pelajari kepadanya adalah “Lum’atul I’tiqad”.
    Beliau juga mengikuti pelajaran-pelajaran khusus bersama para pengajar di Darul Hadits Dammaj, beliau menyelesaikan banyak pelajaran di bidang bahasa Arob, aqidah, manhaj dan mushthalah serta ilmu waris.

    Murid-muridnya.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- memiliki keahlian dalam masalah khath (tulisan Arob), beliau menguasai beberapa jenis khath, karena sebab keahliannya maka banyak dari orang-orang Arob dan non Arob meminta beliau untuk mengajari mereka.
    Merupakan kebiasaan beliau sesudah shalat shubuh beliau membaca Al-Qur’an dan bila matahari sudah terbit maka beliau shalat dua raka’at setelah itu baru mulailah berdatangan murid-muridnya untuk belajar khath. Beliau terkenal di Dammaj diantara sebabnya karena kepandaian beliau dalam masalah khoth.

    Perhatiannya Terhadap Ilmu dan Disiplinnya dalam Mengikuti Pelajaran.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu berdo’a dan meminta kepada Allah untuk diberikan pemahaman yang benar sebagaimana perkataan beliau dalam “Buku Tulisnya”: “Ya Allah pahamkanlah aku Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar dan hilangkanlah kebodohan dariku”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Ambillah ilmu sebanyak-banyaknya selagi kamu masih berada di Dammaj, karena sangatlah susah orang datang ke Dammaj dan juga membutuhkan biaya yang sangat banyak, maka bersabarlah engkau dalam menuntut ilmu karena pada suatu saat nanti ilmu yang telah engkau dapatkan akan bermanfaat bagi umat Islam –semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan-”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- juga berkata: “Karena tujuan utama kita di sini adalah menuntut ilmu yang benar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah setelah itu mengajarkannya sebagaimana perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
    (خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ)
    “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya”.
    Bila beliau mengikuti pelajaran khusus bersama Asy-Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam *–semoga Allah menjaganya- dengan membaca kitab “Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid” maka beliau datang di majelisnya setengah jam atau sejam sebelum pelajaran dimulai, selesai pelajaran beliau tidak langsung pulang akan tetapi beliau mendatangi kawan kami Abu Nu’aim Ali bin Mu’allim Al-Jawy –semoga Allah menjaganya- untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Tulisan Tangannya” dengan judul “Tambahan dari Tulisanku”:
    لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ.
    “Tidak diperoleh ilmu dengan badan yang bersantai-santai”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
    “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan kepadanya niscaya Allah akan memahamkannya agama kepadanya”. Maka seharusnya bagi kita untuk menjaga waktu kita dalam menuntut ilmu, sebagaimana perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
    «نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ».
    “Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lalai dari keduanya; nikmat kesehatan dan nikmat waktu yang luang”.


    Kebaikan dan Kedermawanannya.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- adalah orang yang baik, memiliki jiwa kebersamaan dan sosialitas yang tinggi, sering kali ada orang yang meminjam uang kepadanya maka beliau selalu meminjamkannya bila beliau memiliki uang, terkadang beliau mengikhlaskan uang tersebut dan beliau mengatakan kepada si peminjam untuk tidak mengembalikannya. Beliau senantiasa bersedekah, bila beliau mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya maka beliau tidak lupa untuk menyisipkan untuk kepentingan dakwah diantaranya dengan membeli laptop, printer dan scanning untuk dakwah Indonesia khusus. Beliau juga tidak lupa dengan kawan-kawannya, beliau mendatangi kawan-kawan dan memberi sedekah kepada mereka dari uang tersebut, beliau bila bersedekah kebanyakan diam-diam sampai terkadang para penerima sedekah bertanya-tanya dari mana sumber sedekah tersebut?.
    Bila orang-orang Indonesia ada kerja bakti di gunung Thullab atau di gunung Barraqah maka beliau bergegas berangkat dengan membawa makanan atau minuman-minuman untuk yang bekerja, tidak hanya itu namun beliau –semoga Allah merahmatinya- juga ikut terjun melakukan pekerjaan bersama orang-orang yang bekerja.
    Begitu pula pada bulan Ramadhan beliau banyak bersedekah, bila mau pergi melaksanakan shalat lail (tarawih) berjam’ah beliau menyediakan minuman atau makanan-makanan ringan ketika di sela-sela shalat jama’ah (waktu beristrahat karena panjangannya shalat berjama’ah) maka beliau mengajak kawan-kawannya untuk meminum dan memakan apa yang beliau sediakan tersebut. Kedermawanan dan bersedekah pada bulan Ramadhan merupakan suatu amalan yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abdullah bin ‘Abbas –semoga Allah merahmati keduanya- beliau berkata:
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ.
    “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah paling dermawannya manusia tentang kebaikan, dan beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

    Kecintaannya Kepada Saudara-saudaranya Seiman.
    Merupakan salah satu sifat orang-orang yang beriman adalah menaruh rasa cinta kepada saudara-saudaranya seiman, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».
    “Tidak akan sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya apa yang dicintai pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya-). Dengan berpijak pada hadits tersebut maka Amin berkata: “Setelah kepergian beberapa saudaraku dari negri Amerika dalam keadaan hatiku sedih sampai tidak bisa untuk menahannya....., kemudian datanglah beberapa saudara-saudaraku yang kecil-kecil dan imut-imut dari negriku Indonesia, dan hati sedihku pun mulai tenang dan senang dengan kedatangan mereka”.

    Keikhlasannya.
    Ketika beliau memiliki waktu maka beliau gunakan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, terkadang beliau mendengar bacaan Al-Qur’an dan terkadang beliau menterjemahkan kitab, salah satu terjemahannya adalah kitab “Mabadiul Mufidah fil Fiqhi wat Tauhid wal Aqidah” karya Syaikh kami Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya- yang beliau terjemahkan dengan cara menulisnya ke sebuah buku tulis, orang yang melihat tulisannya tersebut merasa kagum karena bagus tulisannya, ketika ada yang berkata kepadanya: Seandainya kalau terjemahan tersebut disempurnakan dengan menterjemahkan tambahan-tambahan pada cetakan kedua maka tentu akan bertambah bagus dan lebih baik! Bagaimana kalau terjemahan tersebut diketik dan dikirimkan ke Indonesia supaya dicetak, maka beliau berkata: “Kitab tersebut saya terjemahkan dan saya tulis dengan tulisan tangan karena saya mau kirimkan ke keluargaku”.
    Setelah terjemahannya tersebut diketik maka ada beberapa orang meminta file-nya, ada pula yang ingin disebarkan ke situs Al-Ulum As-Salafiyyah dan ada yang minta untuk disimpan di kompurnya, karena sudah tersebar maka ada yang berkata: “Disebarkan luas seperti itu apa tidak khawatir ada yang mencurinya, yang kemudian diganti nama penerjemahnya?”. Maka beliau menjawab: “Kami menterjemahkan kitab tersebut hanya mengharapkan balasan dari Allah, adapun bila dicuri kemudian dihapus namanya maka Insya Allah kami yang akan mendapatkan pahalanya adapun si pencurinya maka dia akan mendapatkan dosa dan -semoga Allah tidak memberkahinya-”.
    Bila beliau memiliki harta maka beliau bersedekah dengan cara sembunyi-sembunyi sampai terkadang penerima sedekah tidak mengetahui dari siapa sedekah tersebut. Hal itu beliau lakukan karena lebih menjaga keikhlasannya. Perbuatan seperti ini memiliki keutamaan yang sangat besar dan di akhirat kelak akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala, di dalam “Ash-Shahihain” dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ».
    “Ada tujuh yang dinaungi oleh Allah di dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya”, kemudian disebutkan diantaranya:
    «وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ».
    “Dan seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah yang dia sembunyikan sampai tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya”.

    Bagusnya Dalam Bertutur Kata dan Memberi Nasehat.
    Pernah sebagian hizbiyyin semisal Abu Salman Mushthafa Al-Buthony alias Abu Abayah dan komplotannya menyebarkan kedustaan ke Ambon bahwa Amin diajak untuk main ke internet dan rumahnya Amin dipakai untuk membicarakan fitnah, dengan keadaan seperti itu kemudian Amin menulis surat dan ditelpon dari Ambon untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dalam suratnya dan proses telpon tersebut maka tidak terdengar dari beliau suatu ungkapan melainkan dengan menggunakan kata-kata yang pantas dan dipenuhi dengan dalil-dalil dan dihiasi dengan hujjah yang kokoh, Al-Hamdulillah yang di Ambon pun menerima dan mengikuti kebenaran yang telah dijelaskan oleh Amin, dengan sebab itu kedustaan dan makar para hizbiyyin tersebut terbongkar.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Allah Ta’ala berkata di dalam kitab-Nya:
    ﴿وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)﴾
    “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3).
    Dari ayat-ayat di atas, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kita semua untuk saling menasehati kepada kebenaran dan menasehati kepada kesabaran”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Apabila ada dari salah seorang diantara kalian yang berbuat kejelekan maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah dinasehati”. Apa yang beliau katakan tersebut sesuai dengan perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana di dalam “Shahih Muslim” dari Tamim Ad-Dary –semoga Allah merahmatinya-:
    «الدِّينُ النَّصِيحَةُ»
    “Agama adalah nasehat”. Kamu katakan: Untuk siapa? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ».
    “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpinnya kaum muslimin dan masyarakatnya mereka”.

    Kesederhanaannya dalam Berpakaian.
    Kawan-kawan kagum dengan kesederhanaan beliau karena beliau tidak seperti anak-anak orang kaya yang lainnya, beliau berpakaian tidak ada bedanya dengan kawan-kawannya sampai ada yang berkata: “Kami melihat Amin dan adik-adiknya penampilannya sederhana, kalau di Magetan orang-orang tidak mengira bahwa adek-adeknya Amin itu anaknya orang kaya, berbeda dengan anak-anaknya Dzul Akmal alias Maling Kandang tampak seakan-akan paling kaya raya”.

    Menghargai dan Memuliakan Kebaikan Orang Lain.
    Bila ada orang memberi makanan kepadanya maka beliau menerimanya lalu kemudian memakannya, bila beliau memiliki makanan atau sudah kenyang maka beliau memberikannya kepada yang lain.
    Bila ada yang membuat makanan dan beliau berada di samping orang tersebut lalu beliau diajak makan maka beliau ikut makan, bila beliau tidak berselera maka beliau tidak sedikit pun mencela atau mengatakan bahwa makanan tersebut tidak enak!”. Perbuatan beliau tersebut sesuai dengan bimbingan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abu Hurairah –semoga Allah merahmatinya- beliau berkata:
    مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ.
    “Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencela makanan sedikit pun, jika beliau suka sesuatu dari makanan maka beliau memakannya dan jika beliau tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya (tidak memakannya)”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

    Aktivitasnya Setiap Hari Jum’at.
    Setelah selesai shalat shubuh pada setiap hari Jum’at beliau dan Adam meluangkan waktu khusus untuk mengikuti latihan bela diri sesama pelatihnya mantan tentara asal Jazair atau kalau latihan bela diri libur maka beliau berolah raga.

    Kebersamaan dan Sosialitasnya.
    Beliau *bila mendengar kawan-kawan atau saudara-saudaranya seiman sakit maka beliau bergegas menziarahinya, sudah merupakan kebiasaan beliau sebelum ke tempat orang sakit tersebut beliau mampir terlebih dahulu di toko dalam rangka membeli makanan dan minuman untuk orang yang sakit tersebut.
    Bila beliau mendengar bahwa kawan-kawan atau saudara-saudaranya seiman ada kesibukan berupa bakti sosial atau pekerjaan yang membutuhkan bantuan orang lain, bila beliau memiliki keluangan waktu maka beliau bergegas membantu. Hal ini sebagai bentuk dari perwujudan perkataan Allah Ta’ala:
    ﴿وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ﴾ [المائدة: 2]
    “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (Al-Maidah: 2).

    Sikapnya Ketika Tragedi 1 Muharram 1433 Hijriyyah.
    Pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah sudah ditentukan bahwa beliau –semoga Allah marahmatinya- bersama adiknya berjaga-jaga di matras Indonesia depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby (samping markiz Darul Hadits Dammaj), ketika Rofidhah pada hari tersebut sudah mengerahkan segala kekuatannya dan melakukan penembakan senjata jarak jauh dengan puluhan kali tembakan ke gunung Barraqah dan matras-matras di jalan-jalan menuju gunung Barraqah maka Amin menelpon Hisyam Al-Malayzy untuk menanyakan keadaan di gunung apakah ada korban? Hisyam menjawab: “Ada korban tapi nanti saja karena keadaan sudah gawat” (lihat tulisan “SERAM, SERANGAN SATU MUHARRAM”), setelah Amin mendengar keadaan seperti itu dahsyatnya maka beliau ingin untuk ikut naik ke gunung Barraqah –dengan selalu berharap kepada Allah untuk mati syahid- akan tetapi karena beliau sudah ditugaskan untuk jaga di matras Indonesia di depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby maka beliau pun bertahan di matras tersebut sebagai bentuk antisipasi jangan sampai ada penyerangan dari Rofidhah ke markiz Darul Hadits atau jangan sampai ada Rofidhah yang menyusup.

    Kesabarannya.
    Beliau *–semoga Allah merahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Bersabarlah perjuangan masih panjang wahai anak muda!”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu bersabar terhadap setiap ujian dan cobaan yang datang kepadanya, beliau bersabar dari berbuat kejelekan dan mengungkapkan kata-kata yang menjurus kepada kejelekan tersebut, beliau berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Jika hati ingin mengucapkan sesuatu yang baik maka ungkapkanlah, jika jelek maka bersabarlah dan banyak berdzikir kepada Allah sampai hatimu tenang”. Apa yang beliau katakan ini memiliki landasan dari Al-Qur’anul Karim, Allah Ta’ala berkata:
    ﴿أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ﴾ [الرعد: 28].
    “Ketahuilah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang”. (Ar-Ra’d: 28).
    Sebelum pemberontak teroris-Rofidhah melakukan pengembargoan terhadap Ahlussunnah di Dammaj maka beliau –semoga Allah merahmatinya- telah terbiasa makan berjama’ah dengan kawan-kawannya di majelis makan markiz Darul Hadits Dammaj, pada waktu pengembargoan beliau pun masih tetap bersabar dengan kawan-kawannya makan berjama’ah, beliau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudaranya di Dammaj dan beliau bersabar bersama mereka, hal ini adalah sebagai bentuk pengamalan dari perkataan Allah Ta’ala:
    ﴿وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا﴾ [الكهف: 28]
    “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Robb mereka di pagi dan sore hari dengan mengharap wajah-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampui batas”. (Al-Kahfi: 28).

    Sikap Tegasnya Terhadap Pengikut Hawa Nafsu.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Lihatlah teman duduk jangan sampai engkau duduk dengan orang yang ada penyakit di dalam hatinya, karena duduk bersama mereka akan membuat hati sakit:
    لا تجالس أهل الأهواء؛ فإن مجالستهم ممرضة للقلب
    “Janganlah kamu duduk dengan pengikut hawa nafsu, karena sesungguhnya duduk dengan mereka adalah membuat hati berpenyakit”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Ikutilah ajaran dari Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah niscaya engkau akan selamat, carilah teman duduk yang baik niscaya engkau akan baik sepertinya….”.
    Ketika ada yang dari Ambon menghubungi Amin dan menanyakan tentang seorang hizbi yang bernama Ismail Al-Buthany maka Amin berkata: “Perlu diketahui bahwa kami sekarang sudah pisah dengan Ismail karena permasalan agama, dia membela Luqman Ba’abduh dan masih tetap duduk dengan pengikutnya Luqman Ba’abduh”.
    Adapun tentang masalah kesesatan Luqman Ba’abduh ini bisa dilihat dalam makalah-makalah dan buku-buku diantaranya: “NASEHAT UNTUK MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”, “MEREKA ADALAH HIZBIYYUN”, dan “MEDAN, MEMBEDAH KERANCUAN”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- pernah menulis dalam “Buku Tulisnya” dengan judul “Buat Abdussalam yang Lancang”, beliau berkata kepada Abdussalam yang mukim di Ambon: “Wahai orang yang tidak berakal, sudah sekian lama engkau berdakwah tapi tidak pernah menuntut ilmu kepada masyayikh Ahlussunnah dan perkataan yang datang kepadamu dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan perkataan salaf dalam rangka menjelaskan tentang kebenaran malah engkau buang begitu saja… engkau tidak memiliki ilmu sama sekali, semoga Allah memperbaiki akalmu yang rusak itu”.

    Semangat dan Disiplinnya Ketika Berjaga-jaga.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Wahai jiwa muda semangatlah jangan pantang mundur, selagi masih kuat pergunakanlah kekuatan itu sampai akhir hayatmu”.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- sangat memperhatikan waktu-waktu jaganya, kapan pun beliau diberitahu bila jadwal gilirnya sudah sampai maka beliau langsung siap, bila ada yang sakit dan beliau dihubungi untuk menggantikannya maka beliau langsung bergegas menggantikannya, beliau tidak perduli baik itu jaga siang atau pun jaga malam. Hal ini berbeda dengan sebagian orang yang terkadang mau jaga bila pemberitahuan jauh-jauh hari sebelumnya atau mau jaga kalau hanya jaga siang atau mau jaga kalau sebulan sekali. Beliau bila jaga malam maka beliau tidak akan tidur hingga pagi hari.
    Pada awal-awal tahun 1432 Hijriyyah kaum pemberontak Rofidhah yang mereka namai diri-diri mereka dengan “Khutsiyyun” melakukan pergerakan baru dengan terget mengancurkan Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dan membantai Ahlussunnah yang ada di Dalamnya, pada tahun tersebut mereka mengadakan berbagai macam upaya untuk membantai Ahlussunnah, mereka menduduki gunung di bagian timur Dammaj dan gunung di bagian kanan Dammaj begitu pula gunung di samping gunung Thullab mereka mendudukinya. Gunung-gunung tersebut mereka jadikan sebagai tempat para penembak jitu mereka melakukan pengintaian terhadap Ahlussunnah. Ketika Amin dan beberapa orang Indonesia berjaga-jaga pada malam hari di matras Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiry maka Khutsiyyun yang berjaga-jaga di samping gunung Thullab melakukan pengantantaian terhadap matras yang Amin dan kawan-kawan berjaga-jaga padanya, Khutsiyyun terus melakukan penembakan terhadap matras tersebut, ketika menyaksikan makar Khutsiyyun seperti itu maka Amin mengambil kain putih lalu meletakannya ke ujung kayu kemudian di angkat kayunya sehingga membuat Khutsiyyun terpancing dengan kain tersebut, Khutsiyyun kemudian beramai-ramai melepaskan tembakan ke kain putih tersebut, Amin senang dan tersenyum karena lucu ketika beliau menyaksikan kebodohan Khutsiyyun yang membuang-buang banyak peluru lantaran menembaki kain putih, sungguh bagus perkataannya sebagaimana di dalam “Buku Tulisnya”: “Terkadang hati tertawa melihat sesuatu yang aneh dan terkadang akal memikir ketika melihat sesuatu yang lucu”.
    Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu Amin dan beberapa kawan naik ke gunung Thullab, ketika di gunung Amin berupaya untuk mengintai dimana sebenarnya tempat para penembak jitu tororis-Rofidhah itu bersembunyi? Karena mereka terus melakukan pengintaian dan terus menembaki Ahlussunnah yang berada di Dammaj, lalu Amin berdo’a: “Ya Allah perlihatkanlah kepada kami di mana tempat para penembak itu bersembunyi?”, beberapa menit kemudian (menjelang azan maghrib) terlihat sumber keluarnya peluru dari lokasi tempat para penembak jitu maka Amin dan kawan-kawan langsung menembaki tempat tersebut.
    Teman jaga beliau yang sering bersama beliau adalah Abu Jauhar Adam Al-Bandawy *–semoga Allah merahmati keduanya-, keduanya terkadang berjaga-jaga di antara perbatasan Dammaj dan Wathan (pemukiman Rofidhah) sebelah timur Dammaj dan terkadang keduanya berjaga-jaga di depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby –semoga Allah menjaganya- dan terkadang keduanya ikut giliran jaga bersama para mutazawwijin (orang-orang yang sudah menikah) dan juga terkadang keduanya ikut berjaga-jaga di gunung Thullab dan gunung Barraqah bersama kawan-kawan.

    Waktu-waktu Menjelang Kematiannya.
    Ketika sore hari sebelum beliau meninggal, beliau mendengar bahwa Abu Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Allah menjaganya- sakit karena kewalahan habis jaga di gunung Barraqah maka beliau membuatkan untuknya sebotol minuman dan diberikan sebungkus bahan makanan.
    Setelah shalat Isya’ beliau duduk di halaqah (majelis) makan jama’ah di markiz Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dengan kawan-kawannya untuk menunggu makan malam, ketika ada seorang kawannya di sms oleh saudaranya di Indonesia maka Amin langsung mengatakan kepadanya: “Balas sms-nya! Ini ada pulsa, pakai saja!”. Setelah selesai makan jama’ah maka beliau ke rumahnya di samping masjid, di rumahnya beliau membersihkan senjatanya, kemudian pada tengah malam beliau keluar dari rumahnya tanpa ada yang mengetahuinya, pagi harinya beliau tidak lagi kembali.
    Pada malam tersebut kami juga mendapati teman dekatnya yaitu Adam bin Ahmad Al-Bandwy maka kami berkata kepadanya: “Allahu Yuzzawijuk Binisa’il Jannah” (semoga Allah menikahkanmu dengan bidadari-bidadarinya Jannah), maka beliau berkata: “Amin Allahumma Amin”. Pada pagi harinya kami mendengar bahwa Amin dan Adam keluar bersama.
    Setelah sehari semalam Amin dan Adam tidak balik ke markiz Darul Hadits Dammaj maka kawan-kawan mencari infomasinya maka berkatalah seseorang asal Rusia: Kami bersama Amin ikut penyerangan dan aku melihat beliau di gunung untuk menembak Rofidhah ternyata beliau didahului ditembak oleh Rafidhah dari tempat lain, yang tembakannya mengenai antara perut dan dadanya yang megakibatkan beliau terjatuh dari gunung dan jenazahnya berada di lereng gunung selama 5 (lima) hari, kemudian jenazahnya di angkat oleh Lajnah (utusan pemerintah) dan dikembalikan ke Dammaj.


    Wasiat-wasiatnya.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu mewasiati adik-adiknya untuk senantiasa memperhatikan waktu-waktu belajarnya, beliau memotivasi adek-adeknya untuk rajin belajar supaya nanti menjadi da’i di Ambon dan dengan -izin Allah- bisa memberi manfaat kepada orang lain, karena beliau ingin mati syahid di Dammaj.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- senantiasa mewasiati adek-adeknya untuk bersedekah dan memperbanyak beramal shalih.

    BAB II
    KENAPA AMIN DAN KAWAN-KAWAN MELAKUKAN PENYERANGAN?

    Pemberontak Rofidhah sangat berupaya untuk menguasai gunung Barraqah karena tempat tersebut berada di atas markiz Darul Hadits Dammaj, bila seseorang ada di atas gunung tersebut maka dia akan melihat secara jelas pemukiman penduduk Dammaj bahkan gang-gang rumah atau halamannya terlihat jelas. Maka tatkala penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj berjaga-jaga di atas gunung tersebut Rofidhah pun berupaya untuk merebutnya, sudah berkali-kali mereka melakukan upaya dan penyerangan terhadap gunung tersebut namun tidak berhasil ini semua karena berkat pertolongan Allah Ta’ala.
    Dengan upaya serius tersebut mereka hanya bisa menduduki bagian pojok barat dari gunung Barraqah, di tempat tersebut mereka bisa mengintai markiz Darul Hadits Dammaj dan pemukiman di sekitarnya, ketika mereka sudah menempati tempat tersebut mereka jadikan sebagai matras dan tempat untuk menembaki para penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj yang berlalu lalang di jalan-jalan menuju ke masjid atau ke rumah-rumah mereka. Mereka tidak perduli siapapun yang mereka lihat maka mereka langsung menembakinya, ketika mereka melihat seorang wanita dari warga Dammaj yang sedang berjalan dari rumahnya ke Mushalla wanita untuk mencuci pakaian, sampai di depan rumahnya orang Rusia dia terkena tembakan jitu Rofidhah yang langsung mati karena peluru mengenai dadanya sehingga mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya.
    Sebelum perang yang sekarang ini terjadi mereka juga pernah menembaki anak perempuan kecil yang berada di samping mesin penyedot air untuk mengangkat air, anak tersebut mati karena tembakan mereka yang mengenai tubuhnya. Begitu pula ada seorang bapak yang mengendong anaknya yang masih bayi ternyata Rofidhah menembaknya dengan dua kali tembakan yang kedua tembakan tersebut langsung mengenai bayinya tersebut sehingga langsung mati.
    Sudah sangat banyak dari para penuntut ilmu yang luka-luka karena sebab tembakan-tembakan jitu mereka tersebut. Tidak hanya itu bahkan mereka juga menembaki penampung air yang berada di samping masjid, menembaki tempat-tempat tinggal para penuntut ilmu, menembaki masjid dan maktabah Darul Hadits Dammaj sehingga shalat berjama’ah pun pindah ke asrama penuntut ilmu, begitu pula dapur umum mereka tembaki dengan meriam sehingga tempat masak pun dipindahkan ke warung, begitu pula tempat pembuatan roti mereka tembaki dengan meriam sehingga bolong dindingnya yang kemudian pembuatan roti pun di pindahkan ke mazra’ah.
    Dengan melihat kejahatan mereka seperti itu maka bangkitlah sebagian kawan-kawan untuk berupaya menyerang tempat tersebut karena hanya dengan cara penyerangan ke tempat itu Insya Allah akan menghentikan tindakan jahat Rofidhah yang tidak berperikemanusiaan. Pada malam Rabu 12 Muharram 1433 Hijriyyah Amin dan kawan-kawan mulai merencanakan untuk melakukan penyerangan dengan cara dirahasiakan namun ternyata ada juga yang mengetahuinya, dengan penuh tawakkal mereka membagi beberapa pasukan; Amin bersama beberapa kawannya menyerang dari bagian samping kanan gunung Barraqah dan mereka tidak sampai menguasai matras Rofidhah karena mereka dihadang dengan senjata kaki tiga (penembak pesawat), tembakan-tembakan Rofidhah mengenai Amin dan 2 (dua kawan)nya.
    Pasukan yang lainnya dari bagian kiri dan atas gunung Barraqah dan mereka berhasil menguasai matras Abdul Karim namun karena Rofidhah memiliki persenjataan berat semisal mortir, basoka, meriam, tank dan bom biologis yang merusak tubuh dan memudharatkan saluran pernapasan maka mereka pun ditembakan dengan persenjataan tersebut, dengan sebab itu 19 (sembilan belas) orang dari kawan-kawan Amin yang berada di matras Abdul Karim dan sekitarnya terkena tembakan-tembakan dan bom biologis tersebut yang mengakibatkan muka-muka dan anggota tubuh mereka rusak, hangus dan berbau busuk, dan jenazah-jenazah mereka baru bisa diambil pada hari yang keempat.
    Adapun Amin dan kedua kawannya maka mereka bertiga terjatuh di lereng gunung Barraqah. Jenazahnya Amin dan seorang kawannya dapat diambil pada hari yang kelima, adapun kawan yang satunya lagi jenazahnya dapat diambil pada hari yang kedelapan atau kesembilan.
    Walaupun Ahlussunnah meninggal 22 (dua puluh dua) orang namun kemenangan ada pada pihak Ahlussunnah, adapun Rofidhah maka sungguh mereka di atas kekalahan dan korbannya mereka sangat banyak -hanya Allah yang tahu jumlahnya-.

    BAB III
    TANGGAPAN TERHADAP KOMENTARNYA PARA KOMENTATOR

    Setelah Rofidhah melakukan penyerangan terhadap gunung Barraqah pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah dan Al-Hamdulillah mereka tidak bisa merebut gunung tersebut maka mereka pun mulai mencari jalan lain untuk bisa menguasainya. Bersamaan dengan itu muncul pula para komentator yang berani mengeluarkan kemontar miring yang seakan-akan menampakan pembelaan terhadap Rofidhah, sebelum terjadi jihad melawan Rofidhah di Dammaj dan di propinsi Sha’dah mereka menulis banyak karangan (buku) tentang masalah Rofidhah namun ketika Rofidhah bangkit melakukan pemberontakan dan pengembargoan terhadap Ahlussunnah di Dammaj serta memerangi Ahlussunnah di Dammaj dan Sho’dah lebih-lebih ketika Rofidhah melakukan penyerangan besar-besaran pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah mereka pun berkata: “Perang yang terjadi di Dammaj itu hanyalah memperebutkan gunung”. Apakah mereka itu telah buta mata kepala dan mata hati mereka sehingga berkata seperti itu? –semoga Allah menambah kebutaan dalam hati-hati mereka-, sungguh komentar mereka itu tidak ada bedanya dengan komentar pentolan munafiq Yusuf Al-Qardhawy –semoga Allah menghinakannya- yang berani berkata bahwa perang yang terjadi antara Palestina dengan Israel itu hanyalah karena memperebutkan tanah.
    Perkataan mereka: “Perang yang terjadi di Dammaj itu hanyalah memperebutkan gunung” maka mereka tidak menyadari kalau sebenarnya mereka telah memiliki kesamaan visi dan misi dengan Rofidhah atau mereka telah menampakan diri kalau mereka seakan-akan sedang membela Rofidhah, diantaranya:
    Melarang manusia untuk datang menimba ilmu agama di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dan yang ada di Dammaj diperintahkan untuk keluar dari Dammaj. Visi yang ini sangat kentara pula dilakukan oleh jaringan mereka di Indonesia, diantara mereka adalah Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Muhammad Umar As-Sewwed, Muhammad As-Sarbiny, Askary, Muhammad Afifudin As-Sidawy, Mukhtar alias Herga Lafirlas, Ayip Syafrudin, Saifullah (mukim di Ambon), Qamar Su’aidi, Agus Ruwaifi, Hariadi, Muslim, Abdussalam (mukim di Ambon) dan Dzul Akmal alias Maling Kandang.
    Menuduh Ahlussunnah yang ada di Dammaj dengan tuduhan dusta bahwa Ahlussunnah di Dammaj adalah thaghut, hal ini sebagaimana yang dituduhkan pula oleh Dzul Akmal alias Maling Kandang. Tuduhannya tersebut tidak ada bedanya dengan tuduhan Rafidhah terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj, dari balik gunung Barraqah orang-orang Rofidhah berteriak dengan pengeras suara: “Thaghut Wahhabi... Al-Maut Lil Amrika.... Al-Maut Lil Israil”, tidak hanya itu bahkan mereka juga memasang tuduhan-tuduhan tersebut di jalan-jalan daerah Sho’dah namun ketika mereka mendengar bahwa utusan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) akan datang ke Sha’dah maka mereka bergegas menyopot tuduhan-tuduhan tersebut, ketika utusan PBB datang mereka pun menyambut dan membuat opini serta mereka mulai membalikan fakta, mereka melarang utusan PBB tersebut untuk datang ke Dammaj karena Ahlussunnah di Dammaj kata mereka sangatlah ekstrim, orang yang bercelana pantalon dan memotong jenggot mereka katakan orang Amerika! Kafir!. Jadi apa yang digembar-gemborkan oleh para hizbiyyun semisal Abdul Ghafur Al-Malingi dan pembesar-pembesarnya seperti Usamah Faishal Mahri, Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Muhammad Umar As-Sewwed, Ahmad Khadim, Ayip Syafrudin, Muhammad Afifudin, Muhammad As-Sarbiny, Askary dan jaringannya bahwa Darul Hadits Dammaj adalah haddadi, ekstrim dan ghuluw maka itu semua hanyalah tuduhan sebagaimana yang dituduhkan oleh teroris-Rofidhah.
    Merasa bergembira dengan pengembargoan dan penyerangan yang dilakukan oleh Rafidhah terhadap Ahlussunnah di Dammaj, dan mereka mengatakan bahwa yang terjadi di Dammaj itu adalah bala’ dan malapetaka semata.
    Apa yang terjadi di Dammaj itu bukan jihad syar’i sehingga mereka tidak memberi bantuan dan dukungan sedikit pun. Adapun perkataan ini maka jauh-jauh hari sebelumnya Amin telah membantahnya, Amin berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Jihad pada saat seperti ini adalah jihad yang shahih, apabila Rafidhah masuk (menyerang) kalau kita tidak memiliki senjata dan hanya memiliki pisau maka kita lawan dengan pisau”.
    BAB IV
    BANTAHAN AMIN TERHADAP PEMIKIRAN SESAT

    Beliau telah banyak membantah pemikiran sesat dengan lisan beliau diantaranya:

    Yang berkaitan dengan tasawwul (minta-minta).
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: Tasawwul ada dua bentuk: Tasawwul dengan mulut dan tasawwul dengan keadaan (seperti keadaan baju, raut wajah dan sebagainya, dengan niat agar orang merasa kasihan sehingga orang mau memberi dana), ini semua terlarang secara syari’at dan bisa merusak wibawa dakwah salafiyyah.
    Beliau *–semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Dakwah Salafiyyah terlalu agung untuk dihinakan dengan tasawwul (minta-minta/mengemis), kepada Allah kita meminta tolong bukan kepada makhluk”. Apa yang beliau katakan ini sebagaimana pengakuan dan pernyataan kita ketika kita di dalam shalat:
    ﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾ [الفاتحة: 5]
    “Hanya kepada-Mulah kami beribadah dan hanya kepada-Mulah pula kami meminta pertolongan”. (Al-Fatihah: 5).

    Yang berkaitan dengan menyikapi kemaksiatan.
    Beliau –Rahimahullah- berkata: “Sekecil apapun maksiat itu tidak boleh dibiarkan karena akan membuat Allah murka dan Dia tidak akan memberi berkah kepada amalan dan rencana kita semua”.

    Yang berkaitan dengan bumi dan matahari dan bahwasanya bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari tetap.
    Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Orang yang pertama kali memunculkan pemikiran bahwa matahari tetap dan bumi berputar mengelilingi matahari adalah Petagoras seorang ahli filsafat dari Yunani.... pada zaman ini ditemukan perkataan tersebut di kalangan kaum muslimin, mereka taqlid kepada musuh-musuh Islam sebagaimana disebutkan di dalam kitab “Ash-Shawaiq Asy-Syadiid” karya At-Tuwaijiy (hal. 7-8) sungguh mereka adalah orang-orang yang bingung, Nabi Shallallahu ‘Aaihi wa Sallam berkata:
    أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً
    “Apakah kalian bingung di dalamnya, dan jiwaku yang berada di tangan-Nya sungguh telah kami datangkan kepada kalian dengannya kejelasan yang murni”. (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dari hadits Jabir dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani). Dan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih menunjukan atas tetapnya bumi dan tidak adanya gerakan kecuali pada suatu kejadian seperti gempa bumi atau sejenisnya, dan berputarnya matahari pada porosnya.
    Adapun dalil-dalil yang menunjukan atas tetapnya bumi, diantaranya: Allah “Ta’ala berkata:
    ﴿إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا﴾ [فاطر: 41]
    “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Al-Halim (Yang Maha Penyantun) lagi Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun)”. (Fathur: 41).
    Allah Ta’ala menahan langit dan bumi dari gesekkan itu menunjukan atas tetapnya bumi dan Allah Ta’ala berkata:
    ﴿وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ﴾ [الروم: 25]
    “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tegaknya langit dan bumi dengan perintah-Nya”. (Ar-Rum: 25). Dan tegak di sini maknyanya berhenti, sebagaimana perkataan Allah Ta’ala:
    ﴿وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا﴾ [البقرة: 20]
    “Dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti”. (Al-Baqarah: 20). Yaitu berhentilah kalian dan tetaplah kalian pada tempat-tempat kalian. Allah Ta’ala berkata:
    ﴿أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ﴾ [النمل: 61]
    “Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya”. (An-Naml: 61).
    Berkata Al-Imam Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya-: Yaitu tenang dan tidak berputar dan dia tidak bergerak dengan penduduknya”. Perpasalahan ini beliau –semoga Allah merahmatinya- mengambil faedah dari tulisannya Asy-Syaikh Abu ‘Amr Abdul Karim Al-Hajury Al-‘Umary untuk lebih jelasnya silahkan merujuk kepada tulisan Asy-Syaikh Abu ‘Amr Abdul Karim Al-Hajury Al-‘Umary –semoga Allah menjaganya-.
    ترجمة المبادئ المفيدة في التوحيد والفقه والعقيدة
    إلى اللغة الأندونيسية

    PENGENALAN DASAR-DASAR TAUHID, FIQIH DAN AQIDAH
    UNTUK PARA PEMULA


    Penulis:
    ASY-SYAIKH AL-FAQIH AL-'ALLAMAH AL-MUHADDITS
    Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajuriy
    HAFIZHAHULLAH


    Penerjemah:
    Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy
    Abul 'Abbas Khidhir bin Aiyah Al-Limboriy


    PENGANTAR CETAKAN KEDUA
    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله حمدا كثيرا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
    Dengan tersebar luasnya terjemahan kitab “Al-Mabadiul Mufidah” telah banyak sampai kepada kami saran dan kritikan yang sangat membangun dari para pembaca yang budiman.
    Sebagai insan manusia yang tentu tak luput dari salah, lupa dan keliru setelah kami periksa ulang kitab terjemahan tersebut ternyata benar terdapat ketidak sempurnaan baik itu yang berkaitan dengan salah pengetikan atau yang berkaitan dengan beberapa kekurangan dalam terjemahan, hal tersebut sebagai bentuk dari pembenaran terhadap perkataan orang-orang cerdas yang mereka memiliki akal pikiran yang jernih bahwa tidak ada satu pun kitab yang selamat dari kesalahan kecuali Kitabullah, yang mana Allah Ta’ala telah mengatakannya di dalam Al-Qur’an sebagaimana dalam surat An-Nisa’ ayat 82:
    ﴿أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا﴾.
    “Apakah mereka tidak merenungi Al-Qur’an, kalaulah Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka akan mendapati di dalamnya banyak pertentangan”.
    Pada kesempatan ini kami sampaikan Jazahumullah Khairan Katsiran kepada segenap para pembaca yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap kitab terjemahan ini.
    Al-Mabadiul Mufidah fil Tauhiid wal Fiqhi wal ‘Aqidah
    Aku sampaikan pada terjemahan ini dengan bahasa yang pas dan mudah
    Aku dan Muhammad Al-Amin menerjemahkan dengan penuh amanah
    Ada kesalahan langsung kami luruskan dan mengakuinya itu adalah salah
    Awal kali dalam menterjemahkan tentu tak luput dari keliru dan salah
    Ambil pelajaran dari situ maka jangan kita berbuat gegabah
    Aku memohon kepada Allah semoga urusan kami dibuat mudah
    Apa yang kami kerjakan ini semoga Allah beri pahala dan upah
    Aku memohon ampun kepada Allah karena sering berbuat salah
    Aku minta maaf kepada pembaca kalau ada dan pernah berbuat salah
    Adapun para hizbiyyin maka mereka itu sukanya bikin amarah
    Anak muslim yang baik tentu ingat perkataan Nabi untuk tidak marah
    Apabila saudaranya ada salah dia ingatkan dengan sopan dan rahmah
    Apabila hizbiyyun mau ikuti sunnah dan terima nasehat tentu dapat hidayah
    Al-Mabadiul Mufidah mereka terjemahkan karena dunia yang rendah
    Akhirnya sampai di sini kami sampaikan sebagai isi muqaddimah
    Abul ‘Abbas dan Muhammad Al-Amin yang bermanhaj ahlus sunnah
    Akhir Dzulqa’dah mereka selesaikan koreksian dengan beri muqaddimah


    PENGANTAR PENERJEMAH

    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما مزيدا.
    أما بعد:
    Tulisan ini merupakan terjemahan dari kitab "Al-Mabadiul Mufiidah fiit Tauhid wal Fiqhi wal 'Aqidah" yang ditulis oleh Syaikh kami yang mulia Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajuriy Hafizhahullah yang kami beri judul terjemahannya "Pengenalan Dasar-dasar Tauhid, Fiqih dan Aqidah untuk para Pemula" serta kami beri beberapa keterangan, yang kami lihat perlu untuk diberi keterangan tambahan yaitu pada catatan diantara dua kurung [……] baik pada terjemahan atau pada catatan kaki.
    Pada pagi hari setelah terbitnya matahari, tepatnya pada hari Sabtu 14 Rabiul Awwal 1431 H. kami menemui Syaikh kami An-Naashih Al-Amiin Aba Abdirrahman Yahya Al-Hajuriy Hafizhahullah di masjid As-Sunnah Darul Hadits Dammaj, setelah selesai beliau melaksanakan shalat dua rakaat, kami langsung mengemukakan maksud kami, dan kami meminta izin untuk menterjemahkan kitabnya "Al-Mabadiul Mufiidah fiit Tauhid wal Fiqhi wal 'Aqidah" ke dalam bahasa Indonesia dan Asy-Syaikh pun menyambut dengan baik. Kami mengatakan bahwa pada terjemahan yang sedang kami kerjakan: Apakah boleh kami beri catatan yang kira-kira perlu untuk kami beri beberapa catatan (keterangan)? Maka Asy-syaikh menjawab: Boleh menambahkan beberapa catatan sebatas yang kamu mampui!. Kemudian Asy-Syaikh mendoakan kami: Hayyakallah!
    Ketika kami sudah hampir menyelesaikan terjemahan ini tiba-tiba ada saudara kami Rozif As-Singapuriy Hafizhahullah datang dari Singapure ke Darul Hadits Dammaj untuk menuntut ilmu dengan membawa terjemahan kitab "Al-Mabadiul Mufiidah fiit Tauhid wal Fiqhi wal 'Aqidah" yang dierbitkan oleh penerbit hizbiyyah [Maktabah Al-Ghuroba'-Solo-Indonesia/Cetakan ketiga/2008 H] yang beliau beli ketika di Batam-Indonesia, lalu beliau meminjamkan kepada kami untuk membacanya Jazaahumullah khairan, kemudian ada beberapa kawan kami meminta kami untuk membantah kesalahan-kesalahan yang ada pada terjemahan tersebut bila ada kesalahannya, maka kami katakan: tidak perlu, lagi pula kami tidak punya waktu untuk membaca secara tuntas terjemahan tersebut, namun secara tidak disengaja terbaca pada kami satu hadits, yaitu hadits Shafwaan bin 'Assaal Radhiyallahu 'Anhu pada (hal. 92-93):
    {.....وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ}.
    Yang para penerjemah menterjemahkan dengan:“…….akan tetapi beliau memerintahkan untuk melepaskan khuf kami dikarenakan buang air besar, kencing, dan tidur”. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah hadits hasan). Yang seharusnya:
    {.....وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ}.
    “….akan tetapi BAB (buang air besar), kencing, dan tidur [beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak memerintahkan kami untuk melepasnya]”. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah hadits hasan). Kami menterjemahkan seperti ini karena kami memiliki dasar hukum dan penyangga yang menguatkan kebenarannya yaitu hadits dari Abi Haazim, beliau berkata:
    {رَأَيْت سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ يَبُولُ بَوْلَ الشَّيْخِ الْكَبِيرِ يَكَاد أَنْ يَسْبِقَهُ قَائِمًا، ثُمَّ تَوَضَّأَ، وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ، فَقُلْت: أَلَا تَنْزِعُ هَذَا؟ فَقَالَ: لَا، {رَأَيْت خَيْرًا مِنِّي وَمِنْك يَفْعَلُ هَذَا، وَرَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ}}.
    "Aku melihat Sahl bin Sa'd kencing seperti kencingnya orang tua, hampir-hampir kencingnya mendahuluinya sedang dia masih dalam keadaan berdiri, kemudian dia berwudhu, dan mengusap di atas kedua khuf-nya, maka aku katakan: Sebaiknya engkau lepas saja (khuf-mu) ini? Maka beliau menjawab: Tidak (perlu). Aku melihat orang yang paling baik dariku dan darimu melakukan seperti yang aku lakukan ini, aku melihat Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melakukannya". [Lihat "Ash-Shahih Al-Musnad" (Juz. 1/Hal. 396, no. 476)].
    Pada hadits tersebut sangatlah jelas bahwa Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan Sahl bin Sa'd Radhiyallahu 'Anhu tidak melepas sama sekali khuf-nya ketika kencing. Begitu pula ketika BAB (buang air besar) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dalam "Shohih Keduanya, Bab Al-Mashi 'alal Khuffain" dari Al-Mughirah bin Syu'bah dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    {أَنَّهُ خَرَجَ لِحَاجَتِهِ فَاتَّبَعَهُ الْمُغِيرَةُ بِإِدَاوَةٍ فِيهَا مَاءٌ، فَصَبَّ عَلَيْهِ حِينَ فَرَغَ مِنْ حَاجَتِهِ، فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ}
    "Bahwasanya beliau keluar untuk menunaikan hajatnya (BAB) maka Al-Mughiirah mengikutinya dengan membawakan seember air, lalu menuangkan kepadanya ketika telah selesai membuang hajatnya, maka beliau berwudhu' dan mengusap di atas dua khuf-nya".
    Maka cukuplah ini sebagai keterangan yang menghujjah atas mereka para penerjemah dan penerbit Al-Ghuraba':
    ﴿لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ﴾ [الأنفال/42]
    "Supaya orang yang binasa itu binasa dengan keterangan yang jelas dan supaya orang yang hidup itu hidup dengan keterangan yang jelas [pula]". (Al-Anfaal: 42).
    Awalnya kami tidak berkeinginan untuk menjelaskan atau membantah kesalahan tersebut, namun karena ini berkaitan dengan kelancangan mereka dalam menetapkan dan meniadakan hukum syari'at yang tentunya ini adalah kesalahan yang paling fatal maka mengharuskan kami untuk menjelaskannya, hal ini sebagai bentuk pengamalan terhadap perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ﴾ [النحل/44]
    "Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (An-Nahl: 44). Dan sebagai hujjah atas mereka [para penerjemah dan penerbit]nya, Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُون﴾ [النحل/116].
    "Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian dengan dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah mereka tidak akan beruntung". (An-Nahl: 116). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا﴾ [الإسراء/36]
    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya". (Al-Isra': 36).
    Begitu pula pada terjemahan dan cetakan yang sama (hal. 78) terulis: Al-Hizbiyyah (berpartai-partai)….. dari sini akan muncul anggapan dari para pembaca yang kebanyakan mereka adalah orang awwam, bahwa hizbiyyah itu hanya sebatas partai-partai, yang mereka fahami partai politik atau perkumpulan tersendiri dalam demokrasi. Maka tentu ini adalah suatu pembatasan, yang sebaiknya menurut Syaikhuna (penulis) Hafizhahullah dibiarkan saja [tanpa diberi keterangan dalam kurung seperti itu]. Apakah mereka membuat keterangan dalam kurung seperti itu untuk mengalihkan para pembaca bahwa hizbiyyah itu hanya sebatas berpartai (partai-partai)? Ataukah karena mereka merasa pada diri mereka ada ciri-ciri dan sifat-sifat hizbiyyah maka mereka mau mengalihkannya kepada partai-partai supaya mereka tidak tertuduh? Cukuplah perkataan Allah Ta'ala untuk mereka:
    ﴿وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا﴾ [النساء/112]
    "Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak tahu menahu (tidak bersalah), maka sesungguhnya dia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata". (An-Nisa': 112).
    Padahal hizbiyyah itu sendiri adalah suatu perkara yang mudah untuk difahami oleh orang yang sekalipun baru mengenal manhaj ahlussunnah ash-shahihah, sungguh bagus apa yang didefenisikan oleh Syaikhuna Abu Abdillah Muhammad bin 'Ali bin Hizam Hafizhahullah tentang defenisi hizbiyyah dalam bukunya "Munkaraat Syaai'ah" (hal. 31), beliau berkata: "Hizbiyyah maknanya adalah perkumpulan suatu kelompok dari kalangan manusia di atas suatu pemikiran yang menyelisihi petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, mereka menjalin hubungan baik karena pemikiran tersebut dan bermusuhan karena pemikiran tersebut [pula], maka berubahlah hubungan baik mereka dan sifat berlepas diri mereka menjadi sempit".
    Dengan demikian, maka sangatlah lucu dan aneh serta menyelisihi realita yang ada kalau kemudian muncul para hizbiyyin semisal Abu Abdillah [Muhammad] Afifudin bin Husnunnuri As-Sidawiy, Abu Abdillah Muhammad [As]-Sarbiniy, Abu Karimah Asykariy dan Ayip Safruddin serta kawan-kawan mereka yang memperingatkan umat dari membaca buku-buku yang diterjemahkan oleh orang-orang yang mereka anggap sebagai sururiy atau hizbiy namun hakekatnya merekalah hizbiyyun yang sesungguhnya, maka secara tidak mereka sadari peringatan mereka menghujjah atas mereka sendiri. Begitu pula tidak kalah canggihnya si orator jahil, sang ruwaibidhah moder'n yang bernama Abu Abdillah Luqman bin Muhammad Ba'abduh yang mengkampanyekan misinya untuk membantah buku-buku yang diterbitkan oleh pustaka Al-Kautsar Jakarta. Namun sayang, ternyata permasalahan yang paling besar seperti peniadaan dan penetapan hukum seperti ini mereka lalaikan dengan tanpa adanya koreksian yang padahal sudah tercetak berulang-ulang, maka jawablah pertanyaan ini wahai para hizbiyyin yang hina:
    ﴿مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (36) أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ (37) إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ (38) أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُونَ (39) سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَلِكَ زَعِيمٌ (40) أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ فَلْيَأْتُوا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (41)﴾ [القلم/36-41].
    "Atau adakah kalian (berbuat demikian): Bagaimanakah kalian mengambil keputusan (dalam menghukumi)? atau adakah kalian mempunyai sebuah kitab tersendiri (yang diturunkan Allah) yang kalian membacanya?; bahwa di dalamnya kalian benar-benar boleh memilih apa yang kalian sukai untuk kalian. Atau apakah kalian memperoleh janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; Sesungguhnya kalian benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendak kalian)? Tanyakanlah kepada mereka: "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan (hukum) yang diambil itu?" Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah orang-orang yang benar". (Al-Qalam: 36-41).
    UCAPAN TERIMA KASIH
    Dan sebagai peringatan pula: teringat dengan perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ [إبراهيم/7]
    "Jika kalian bersyukur, maka sungguh pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 7). Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
    "Tidak bersyukur kepada Allah siapa yang tidak bersyukur kepada manusia". (HR. At-Tirmidzi, no. 2081) dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan shohih), maka beranjak dari sini kami sampaikan ucapan syukur dan terima kasih kami kapada:
    Syaikh kami penasehat yang terpercaya Al-'Allamah Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajuriy yang telah menulis kitab ini dan senantiasanya beliau dalam membimbing, mengajar dan menasehati kami, begitu pula para masyaikh kami yang ada di Darul Hadits Dammaj –semoga Allah Ta'ala menjaga kami dan mereka semuanya-, begitu pula Syaikhuna Abu Abdir-Razzaq Riyaadh Al-'Adniy Rahimahullah yang telah mengajariku ilmu nahwu dan memberikan kepada kami banyak faidah dan nasehat –semoga Allah mengampuninya dan memasukannya ke dalam golongan para syuhada'.
    Ibuku tercinta [Aiyah bintu Al-Khotib Hadiyinah] yang telah mengasuhku, membimbingku dan mencurahkan kebaikan dan kasih sayangnya kepadaku…..-semoga Allah merahmatinya dan memberinya kenikmatan di dalam kuburnya serta memasukannya ke dalam Jannah-Nya-, begitu pula Bapakku dan saudara-saudariku yang tercinta di manapun mereka berada -semoga Allah menjaga kami dan mereka serta selalu menunjuki kami dan mereka untuk senantiasa di atas al-haq hingga berkesudahan yang baik (khusnul khatimah)-.
    Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy (selaku penerjemah kitab ini yang kemudian kami sempurnakan terjemahannya) yang baik hati, penyabar dan siap menerima tantangan dan bersedia mengahadapi hambatan dalam menuntut ilmu, begitu pula kedua orang tuanya yang telah banyak membantu kami –semoga Allah menjaga dan memberikan berkah kepada kami dan kepada mereka-.
    Dan kawan-kawan kami dan siapa saja yang berbuat baik kepada kami, yang mendoakan kebaikan kepada kami yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu nama-nama mereka –semoga Allah menjaga kami dan menjaga mereka semua dan memberi balasan kebaikan yang banyak- Aamiin.
    وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه. والحمد لله رب العالمين.
    Ditulis oleh Abul 'Abbas Khidhir bin Aiyah Al-Limboriy Al-Mulkiy di Darul Hadits Dammaj-Yaman pada akhir Rabiul Awwal 1430 H.
    المبادئ المفيدة في التوحيد والفقه والعقيدة
    بسم الله الرحمن الرحيم
    "Dengan nama Allah yang Ar-Rahmaan (Maha Pengasih) lagi Ar-Rahiim (Maha Penyayang)"

    PENDAHULUAN
    Puji syukur kepada Allah dengan pujian yang banyak dan baik serta berberkah padanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya sekaligus Rasul-Nya. Kemudian dari pada itu:
    Allah Ta'ala berkata:
    ﴿أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ﴾ [البقرة/133].
    "Apakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika beliau berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Robbmu dan Robb bapak-bapakmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Al-Ilah Al-Ahad (Sembahan Yang Maha Satu) dan kami berserah diri hanya kepada-Nya". (Al-Baqarah: 133).
    Dan telah shahih sebuah hadits dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Aku berboncengan bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada suatu hari, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «يَا غُلامُ إِنِّي مُعَلِّمُكُ كَلِمَاتٍ فَاحْفَظْهُنَّ, احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ, وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ, وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ, جَفَّتِ الأَقْلامُ وَطُوِيَتِ الصُّحُفُ».
    “Wahai ghulam (anak remaja), bahwasanya aku ingin mengajarimu dengan beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah! Bahwasanya, walaupun umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu maka tidaklah bisa mereka memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang Allah telah menulis (menetapkan)nya bagimu. Dan kalaulah mereka semuanya bersatu untuk memberikan madharat dengan sesuatu kepadamu maka niscaya mereka tidak akan sanggup memberi madharat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah menulis (menetapkan)nya kepadamu, telah diangkat pena-pena dan telah ditutup lembaran-lembaran".
    Ayat dan hadits tersebut, serta dalil yang semisal itu merupakan asas di dalam memberi bimbingan untuk anak-anak dan ini adalah kalimat yang mencakup tauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla, bimbingan tentang beribadah kepada-Nya, penjagaan batasan hukum-hukum-Nya, bertawakal kepada-Nya, beriman kepada taqdir (ketetapan)-Nya yang baik dan yang buruk, maka pengarahan semacam itu merupakan pendidikan yang benar. Diharapkan bagi siapa yang tumbuh di atas dasar pendidikan seperti itu, dia termasuk dari sebaik-baik hamba dari hamba-hamba Allah. Dari apa-apa yang mendorongku menulis untuk anak-anak (putra-putri)ku –aku memohon kepada Allah untuk memperbaiki keadaan mereka dan memperbaiki keadaan perantara mereka- Ini adalah kalimat yang ringkas dalam pelajaran tentang TAUHID, AQIDAH dan FIQIH, yang isinya penuh dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
    Aku mengharap dari Allah 'Azza wa Jalla agar dapat memberikan manfaat kepada anak-anak (putra-putri) semuanya dengan tulisan ini serta suluruh anak-anak kaum muslimin.
    Ditulis oleh Abu Abdirrahman Yahya Al-Hajuriy pada bulan Rajab tahun 1425 (seribu empat ratus dua puluh lima) Hijriyah An-Nabawiyyah, shalawat dan salam kepadanya.

    بسم الله الرحمن الرحيم
    Jika dikatakan kepadamu: Siapa yang menciptakanmu? Maka kamu katakan: Yang menciptakanku adalah Allah, dan Dia yang telah menciptakan semua makhluk-makhluk, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ﴾ [الزمر/62].
    "Allah yang menciptakan segala sesuatu". (Az-Zumar: 62).
    Jika dikatakan kepadamu: Siapa Robbmu? Maka kamu katakan: Allah Robbku dan Robb segala sesuatu, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ﴾ [الأنعام/164].
    "Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Robb selain Allah, padahal Dia adalah Robb segala sesuatu?". (Al-An'am: 164). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الفاتحة/2].
    "Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam". (Al-Fatihah: 2).
    Jika dikatakan kepadamu: Untuk apa Allah menciptakanmu? Maka kamu katakan: Allah menciptakan kami untuk beribadah kepada-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات/56].
    "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzaariyaat: 56).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa agamamu? Maka kamu katakan: Agamaku adalah Islam yang haq (benar), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ﴾ [آل عمران/19].
    "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam". (Ali Imron: 19). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَق﴾ [التوبة/33].
    "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar". (At-Taubah: 33).
    ﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [آل عمران/85].
    "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali Imron: 85).
    Jika dikatakan kepadamu: Siapa Nabimu? Maka kamu katakan: Nabiku dan nabi semua umat ini, dia adalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّين﴾ [الأحزاب/40].
    "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi". (Al-Ahzab: 40). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِين﴾ [الجمعة/2].
    "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As Sunnah). Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (Al-Jum'ah: 2). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون﴾ [الأعراف/158].
    "Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kalian mendapat petunjuk". (Al-A'raf: 158). (Lihat pertanyaan no. 8).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa permulaan yang wajib diketahui oleh seorang hamba? Maka kamu katakan: Mempelajari tauhid (mengesakan) Allah 'Azza wa Jalla, dan dalilnya adalah hadits Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Tatkala Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, maka Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
    «إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى».
    "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlil kitab, maka hendaklah engkau memulai mendakwahi mereka agar mentauhidkan Allah Ta'ala". (Muttafaqun 'Alaih dan ini adalah lafazh Al-Imam Al-Bukhariy).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa makna لا إله إلا الله? Maka kamu katakan: Maknanya adalah tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ﴾ [محمد/19].
    "Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah". (Muhammad: 19). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقّ﴾ [الحج/6].
    "Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah (sesembahan) yang haq (untuk disembah)". (Al-Hajj: 62).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa makna محمد رسول الله? Maka kamu katakan: Maknanya bahwasanya beliau adalah utusan Allah kepada manusia seluruhnya, baik dari kalangan jin ataupun dari kalangan manusia, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [سبأ/28].
    "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui". (Saba': 28). Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً».
    "…..Aku diutus kepada para makhluk seluruhnya" (HR. Muslim)
    Dan wajib bagi kita semua untuk mentaatinya, membenarkannya dan menjauhi apa saja yang beliau larang, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ﴾ [النور/54].
    "Katakanlah: "Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul". (An-Nuur: 54). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ﴾ [يس/52].
    "Inilah yang dijanjikan Ar-Rahmaan dan benarlah Rasul- rasul(Nya)". (Yaasiin: 52). Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْه فَاجْتَنِبُوهُ، وَ مَا أَمَرْتُكُمْ بِه فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ».
    "Apa saja yang aku larang untuk kalian maka wajib bagi kalian untuk menjauhinya, dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka laksakanlah semampu kalian". (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa haq Allah atas hamba-Nya? Maka kamu katakan: Haq Allah atas hamba-Nya yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan dalilnya adalah hadits Mu'adz bin Jabal bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا».
    "Haq Allah atas seorang hamba yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan haq hamba atas Allah yaitu Allah tidak akan mengazab siapa saja yang tidak berbuat syirik (menyekutukan)-Nya". (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa itu syirik? Maka kamu katakan: Syirik adalah beribadah kepada selain Allah, apa saja yang dianggap sebagai ibadah kepada Allah 'Azza wa Jalla kemudian memalingkannya kepada selain Allah maka dia adalah syirik, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾ [النساء/36].
    "Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun".
    Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum menggambar makhluk bernyawa? Maka kamu katakan: Menggambar makhluk bernyawa termasuk dari dosa-dosa besar, dan dalilnya adalah hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ».
    "Sesungguhnya orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat adalah tukang gambar (makhluk bernyawa)" (Muttafaqun 'Alaih).
    Dan dalam hadits Juhaifah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
    {نَهَى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَثَمَنِ الدَّمِ.... وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ}.
    "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melarang dari harga (jual beli) anjing, dan harga (jual beli) darah….. dan telah melaknat para pembuat gambar (makhluk bernyawa)". (HR. Al-Bukhariy).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa hubungan antara gambar makhluk bernyawa dengan syirik? Maka kamu katakan: Sesungguhnya menggambar makhluk bernyawa menyebabkan orang yang menggambar menyaingi (Allah) dan berbuat syirik kepada Allah 'Azza wa Jalla dalam hal tersebut, dan dalilnya adalah hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ».
    "Orang yang paling pedih azabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menyaingi ciptaan Allah". (Muttafaqun 'Alaih). Dan hadits Abi Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: Allah Ta'ala berkata:
    «وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِى.... ».
    "Siapa yang lebih zhalim dari pada orang yang mencoba-coba membuat ciptaan seperti ciptaan-Ku?...." (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian Ibadah? Maka kamu katakan: Ibadah adalah suatu nama yang mencakup seluruh apa-apa yang Allah mencintainya dan meridhainya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ﴾ [الزمر/7].
    "Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kalian dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-hamba-Nya; dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia meridhai bagi kalian kesyukuran kalian itu". (Az-Zumar: 7).
    Jika dikatakan kepadamu: Dimana Allah? Maka kamu katakan: Allah di atas langit, beristiwa' di atas 'Arsy-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ﴾ [الملك/16].
    "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?". (Al-Mulk: 16). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى﴾ [طه/5].
    "Ar-Rahman yang beristiwa' di atas 'Arsy". (Thaahaa: 5). Dan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ».
    "Robb kita Tabaraka wa Ta'ala turun setiap malam ke langit dunia, tatkala 1/3 (sepertiga) akhir malam Dia berkata: Barang siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya, dan barang siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya, dan barang siapa berirtighfar kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya". (Muttafaqun 'Alaih). Dan turun keberadaannya dari atas [ke bawah].
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah Allah bersama kita? Maka kamu katakan: Allah 'Azza wa Jalla bersama kita dengan ilmu-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ﴾ [الحديد/4] .
    "Dan Dia bersama kalian dimana pun kalian berada". (Al-Hadiid: 4). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ﴾ [الأنعام/3].
    "Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian tampakkan dan Dia mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan". (Al-An'am: 3). Berkata Ibnu Katsir: Yang dimaksud bahwasanya Allah mengetahui segala sesuatu yang di langit dan di bumi dari yang rahasia dan yang tampak".
    Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian Islam? Maka kamu katakan: Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan membersihkan diri dari syirik, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ﴾ [الحج/34].
    "Maka sesembahan kalian adalah Al-Ilah Al-Waahid, karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk (kepada Allah)". (Al-Hajj: 34). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عمران/102].
    "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan berislam". (Ali Imron: 102).
    Apabila dikatakan kepadamu: Apakah agama Islam telah sempurna, ataukah masih membutuhkan penyempurnaan? Maka kamu katakan: Islam adalah agama yang telah sempurna, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا﴾ [المائدة/3].
    "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian". (Al-Maidah: 3).
    Jika dikatakan kepadamu: Dari mana seorang muslim mengambil (mempelajari) agamanya? Maka kamu katakan: Seorang muslim mempelajari agamanya dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ﴾ [العنكبوت/51].
    "Dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) sedang yang dibacakan kepada mereka?". (Al-'Ankabut: 51). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ﴾ [النساء/59].
    "Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir". (An-Nisa': 59). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)﴾ [الفاتحة/6، 7].
    "Tunjukilah kepada kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (Al-Fatihah: 6-7). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾ [النساء/115].
    "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisa': 115). Dan lihat hadits yang setelah ini [no. 19].
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah aqidahmu? Maka kamu katakan: Aqidahku adalah sunniy, salafiy, dan dalilnya adalah hadits Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ».
    "Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah al-khulafa'ur rasyidin yang diberi petunjuk dan berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah kuat-kuat sunnah tersebut dengan gigi geraham, dan waspadalah dari perkara baru [yang di ada-adakan dalam agama]. Maka sesungguhnya semua perkara baru itu adalah bid'ah dan setiap kebid'ahan adalah sesat". (HR. Abu Dawud dan selainnya) dan ini adalah hadits hasan.
    Jika dikatakan kepadamu: Siapakah awal rasul (yang diutus) kepada penduduk bumi dan siapa yang terakhir dari mereka? Maka kamu katakan: Yang pertama dari mereka diutus sebagai rasul adalah Nuh 'Alaihis Salam, dan yang terakhir dari mereka adalah nabi yang paling utama yaitu Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dengan diutusnya beliau adalah sebagai tanda kecil yang pertama (tentang) hari kiamat dan wajib bagi kita untuk mengimani para rasul itu semuanya, dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata tentang ahli mahsyar (orang-orang yang bekumpul di padang mahsyar) pada hari kiamat:
    «فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ ، وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا».
    "Lalu mereka datang kepada Nuh dan mereka berkata: Wahai Nuh engkau adalah rasul yang pertama yang diutus kepada penduduk bumi dan Allah telah menamaimu dengan hamba yang bersyukur" (Muttafaqun 'Alaih). Dan dalil bahwasanya akhir dari mereka (para nabi dan rasul) itu adalah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ﴾ [الأحزاب/40].
    "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kalian, tetapi beliau adalah Rasulullah dan penutup para nabi". (Al-Ahzab: 40). Dan hadits Tsauban Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى».
    "Dan aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku". (HR. Muslim).
    Dan dalil bahwasanya beliau adalah nabi yang paling utama adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَة».
    "Aku adalah tuan (pemimpin) manusia pada hari kiamat". (Muttafaqun 'Alaih). Dan dalil bahwasanya beliau adalah tanda pertama tentang hari kiamat adalah hadits Sahl bin Sa'd Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ». وَضَمَّ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى.
    "Aku diutus dan (datangnya) hari kiamat seperti dua ini". Dengan mengisyaratkan kedua jarinya. (Muttafaqun 'Alaih). Dan wajib bagi kita untuk mengimani mereka (para nabi dan rasul) itu semua dan barang siapa mengingkari salah seorang dari mereka maka sungguh dia telah mengingkari mereka semua, dengan dalil perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ﴾ [البقرة/285].
    "Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Robbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya". (Al-Baqarah: 285). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (151)﴾ [النساء/150، 151].
    "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)". Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan". (An-Nisa': 150-151).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa yang didakwahkan oleh para rasul kepada segenap manusia? Maka kamu katakan: Mereka menda'wahkan untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak membuat tandingan-tandingan (syirik) dengan-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ﴾ [النحل/36]
    "Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut". (An-Nahl: 36).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian tauhid yang para rasul mendakwahkannya? Maka kamu katakan: Tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾ [النساء/36].
    "Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". (An-Nisa': 36). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ﴾.
    "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Al-Ahad". [(Al-Ikhlash: 1)].
    Jika dikatakan kepadamu: Berapa macam tauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla? Maka kamu katakan: Tiga macam:
    Pertama: Tauhid Ar-Rububiyyah.
    Kedua: Tauhid Al-Uluhiyyah.
    Ketiga: Tauhid Al-Asma' wa Shifat.
    Dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾.
    "Dengan menyebut nama Allah Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim".
    ﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا﴾ [مريم/65].
    "Robb langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?!". (Maryam: 65). Pada dua ayat tersebut terdapat padanya pembagian tiga tauhid tersebut.
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah kebaikan yang paling besar dan apakah kejelekan yang paling besar? Maka kamu katakan: Yang paling besarnya kebaikan adalah tauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla dan yang paling besarnya kejelekan adalah syirik kepada Allah 'Azza wa Jalla, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ﴾ [النساء/48].
    "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (An-Nisa': 48). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ (100) وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ (101) فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (102)﴾ [الشعراء/100-102].
    "Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab (paling dekat), maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman". (Asy-Syu'ara': 100-102).
    Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «شَفَاعَتِى لأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِى».
    "Syafa'atku untuk pelaku dosa besar dari kalangan umatku (yang bertauhid)". (HR. Ahmad) dan ini adalah hadits shahih.
    Ini menunjukan bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafa'at Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah mereka para pelaku dosa besar dari kalangan kaum muslimin, dan tidak ada syafa'at untuk orang musyrik.
    Dari Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu 'Anhuma beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ».
    "Barang siapa yang mati dan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk Jannah (Surga). Dan barang siapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia masuk neraka". (HR. Muslim).
    Jika dikatakan kepadamu: Ada berapa tingkatan agama? Maka kamu katakan: Agama memiliki tiga tingkatan yaitu: Islam, Iman dan Ihsan, dan dalilnya adalah hadits hadits 'Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'Anhu dalam "Shahih Muslim" (no. 8), pada hadits tersebut bahwa Jibril 'Alaihis Salam bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang Islam, kemudian Iman dan kemudian Ihsan.
    Jika dikatakan kepadamu: Berapa rukun Islam? Maka kamu katakan: Rukun Islam ada 5 (lima), dan dalilnya adalah hadits Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ».
    "Islam dibangun di atas 5 (lima) perkara, yaitu: Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq untuk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Romadhan". (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa itu iman? Maka kamu katakan: Iman adalah pengucapan dengan lisan, keyakinan dengan qalbu (hati), dan pengamalan dengan anggota tubuh. Dan iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dalil bahwasanya iman itu pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota tubuh adalah hadis Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ».
    "Iman itu ada 70 (tujuh puluh) atau 60 (eman puluh) tingkatan, tingkatan yang paling tertinggi adalah perkataan: Tidak ada sesembahan yang berhaq kecuali Allah dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu adalah bagian dari iman". (Muttafaqun 'Alaihi).
    Dalil bahwasanya iman adalah keyakinan dengan qalbu (hati) adalah hadits Umar yang telah lewat pada "Rukun Iman" (no. 25) dan perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين﴾ [المائدة/23].
    "Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (Al-Maidah: 23).
    Dan dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ».
    "Alamat keimanan adalah mencintai orang Anshar dan alamat kemunafiqan dan benci (para shahabat) Anshar". (Muttafaqun 'Alaihi).
    Dan dalil bahwasanya iman bertambah dengan ketaatan adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴾ [الأنفال/2].
    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah jika disebut nama Allah gemeterlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka. Dan kepada Robbnya mereka bertawakal". (Al-Anfaal: 2). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ﴾ [الفتح/4].
    "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan di dalam hati-hati orang yang beriman, supaya iman mereka bertambah di samping keimanan (yang ada) pada mereka".(Al-Fath: 4). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آَمَنُوا إِيمَانًا﴾ [المدثر/31].
    "Dan orang-orang yang beriman bertambah keimanannya". (Al-Mudatsir: 31).
    Dan dalil bahwasanya keimanan berkurang dengan maksiat adalah dalil-dalil yang menunjukan bertambahnya keimanan, karena sesungguhnya keimanan sebelum bertambah maka sebelum itu dalam keadaan berkurang, berkata Al-Imam Al-Bukhariy dalam "Kitabul Iman" dalam "Shohihnya" (Bab: 33): Jika meninggalkan sesuatu dari keimanan maka dia berkurang.
    Dan hadits tingkatan keimanan yang baru saja kami sebutkan, dan hadits Abu Sa'id Al-Khudriy bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ».
    "Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, dan apabila dia tidak mampu maka dengan lisannya dan bila tidak mampu maka dengan qalbu (hati)nya, dan yang demikian itu yang selemah-lemahnya keimanan". (HR. Muslim). Pad hadits ini menunjukan bahwa mengingkari kemungkaran adalah termasuk dari keimanan.
    Jika dikatakan kepadamu: Ada berapa rukun iman? Maka kamu katakan: Rukun iman ada 6 (enam) dan dalilnya adalah hadits Umar bin Khoththab dalam "Shohih Muslim" bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa sallam ditanya oleh Jibril 'Alaihis Salam tentang iman maka beliau menjawab:
    «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ».
    "Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Berkata Jibril 'Alaihis Sallam: Engkau benar". (HR. Al-Bukhariy dan Muslim dari Abi Hurairah).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian ihsan antara seorang hamba dengan Robbnya? Maka kamu katakan: Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya meskipun engkau tidak melihat-Nya maka yakinlah bahwasanya Dia melihatmu, sebagaimana hadist Umar bin Al-Khaththab dalam "Shohih Muslim" (no. 8).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum mencela Allah, mencela Rasul-Nya dan mencaci maki agamanya atau mengolok-olok? Maka kamu katakan: Perbuatan ini adalah perbuatan kufur akbar (perbuatan kekafiran yang paling besar), barang siapa yang sengaja maka dia telah keluar dari agama Islam, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ﴾ [التوبة/65، 66].
    "Katakanlah (wahai Muhammad): Apakah terhadap Allah, Ayat-ayat-Nya dan Rasul-rasul-Nya kalian mengolok-olok. Dan tidak ada udzur (alasan) bagi kalian, kalian telah kafir setelah keimanan kalian". (Al-Maidah: 65-66).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa balasan bagi orang-orang yang beriman dan apa balasan bagi orang-orang yang kafir pada hari kiamat nanti? Maka kamu katakan: Balasan bagi orang-orang beriman adalah Jannah (Surga) di puncak yang paling tinggi, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)﴾ [البينة/7-8].
    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Robb mereka adalah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Robbnya". (Al-Bayyinah: 7-8).
    Dan balasan bagi orang-orang yang kafir adalah neraka yang paling dangkal, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ﴾ [فاطر/36]
    "Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir". (Fathir: 36).
    Dan dalil bahwa balasan bagi orang-orang beriman adalah Jannah (Surga) di puncak yang paling tinggi adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15)﴾ [النجم/13-15].
    "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal". (An-Najm: 13-15).
    Dan dalil bahwa balasan bagi orang-orang yang kafir adalah neraka yang paling dangkal, dan dalilnya adalah hadits Bara' bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata dalam satu riwayat yang diriwayatkan langsung dari Robbnya 'Azza wa Jalla:
    «اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِى سِجِّينٍ فِى الأَرْضِ السُّفْلَى».
    "Tulislah kalian catatan hamba-Ku di Sijjin di bagian bumi yang paling bawah". (Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam "Al-Musnad" dan ini adalah hadits shohih).
    Dan kita tidak memastikan bagi seseorang dia masuk jannah (surga) atau masuk naar (neraka) kecuali telah dipastikan oleh dalil, dengan perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ [الإسراء/36].
    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu (pengetahuan tentangnya)". (Al-Isra': 36).
    Apabila dikatakan kepadamu: Berapakah jumlah negri (tempat tinggal manusia)? Maka kamu katakan: Jumlah alam ada 3 (tiga):
    Pertama: Alam dunia yang fana (tidak kekal), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ﴾ [آل عمران/185].
    "Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Ali Imron: 185).
    Kedua: Alam Barzakh (kubur), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾ [المؤمنون/100].
    "Dan di hadapan mereka ada barzakh (kubur) sampai hari mereka dibangkitkan". (Al-Mu'minun: 100).
    Ketiga: Alam Qaraar (akhirat), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala dalam mengkhabarkan tentang orang yang beriman dari keluarga Fir'aun:
    ﴿يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ﴾ [غافر/39] .
    "Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal". (Ghafir: 39).
    Jika dikatakan kepadamu: Tempat apakah yang pertama kali di lewati di akhirat? Maka kamu katakan: Tempat yang pertama kali dilewati di akhirat adalah kubur, dan dalilnya adalah hadits Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ».
    "Sesungguhny kubur adalah awal tempat di akhirat, apabila selamat darinya maka yang setelahnya akan mudah. Dan bila tidak selamat darinya maka setelahnya akan lebih parah (azabnya) dari sebelumnya". (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Dan ini adalah hadits hasan).
    Apabila dikatakan kepadamu: Apa keyakinanmu tentang azab kubur dan kenikmatannya? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan bahwasanya azab kubur dan kenikmatannya adalah benar bagi siapa yang melewatinya, dan dalilnya adalah hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang azab kubur maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan:
    «عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ».
    "Azab kubur adalah haq (benar adanya)" (Muttafaqun 'Alaih). Dan ini adalah lafadz Al-Imam Al-Bukhariy. Dan dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meminta perlindungan (kepada Allah) dari fitnah dan azab kubur, dan berlindung dari fitnah Al-Masih Dajjal (Muttafaqun 'Alaih).
    Pada dalil tersebut penetapan adanya azab kubur, fitnah kubur, dan adanya fitnah Dajjal yang besar.
    Dan dalil tentang adanya kenikmatan kubur adalah hadits Al-Bara' yaitu:
    «وأَما المِؤمن فيقال: أَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَاباً إِلَى الْجَنَّةِ, فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ».
    "Dan adapun orang-orang yang beriman maka dikatakan kepada mereka: Pakaikanlah kepadanya pakaian dari surga, bukakanlah kepadanya pintu ke surga dan datangkan kepadanya minyak wangi dan wewangian (yang harum) serta luaskan baginya kuburnya sejauh mata memandang". (HR. Al-Imam Ahmad dalam "Musnad" dan ini adalah hadits shahih).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa keyakinanmu tentang hari kebangkitan, hari perhitungan dan hari mengambil kitab (catatan amal)? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan bahwasanya itu adalah haq (benar adanya), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾ [التغابن/7].
    "Orang-orang yang kafir menyangka bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Robbku, benar-benar kalian akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". (At-Taghabun: 7). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (7) مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ﴾ [القمر/7، 8].
    "Maka berpalinglah kamu dari mereka, (ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang sulit". (Al-Qomar: 6-8). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12)﴾ [الإنشقاق/7-12].
    "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku" dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (Al-Insyiqaq: 7-12). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72)﴾ [الإسراء/71، 72].
    "(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)". (Al-Isra': 71-72).
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah orang-orang yang beriman melihat Robb mereka pada hari kiamat? Maka kamu katakan: Iya, mereka melihat Robb mereka pada hari kiamat di padang mahsyar dan di surga, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)﴾ [القيامة/22، 23]
    "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Robbnyalah mereka melihat". (Al-Qayyimah: 22-23).
    Dan di dalam "Shohihain" dari hadits Jarir bin 'Abdillah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».
    "Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian pada hari kiamat". Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim [(no. 467)] dari jalur Hammad bin Salamah, dari Tsabit, dari Abdirrahman bin Abi Laila, dari Shuhaib Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ».
    "Jika penduduk Jannah (surga) masuk ke dalam Jannah maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berkata: "Maukah kalian Aku tambahkan sesuatu?" Mereka berkata: Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukan kami ke dalam Jannah dan menyelamatkan kami dari neraka? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Maka dibukalah hijab (wajah Allah), maka tidaklah diberikan kepada mereka yang paling mereka cintai yaitu melihat wajah Robb mereka 'Azza wa Jalla".
    Dan orang kafir mereka tidak melihat wajah Allah 'Azza wa Jalla pada hari kiamat dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ﴾ [المطففين/15].
    "Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Robb mereka". (Al-Muthaffiffin: 15).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa keyakinanmu tentang Al-Qur'an Al-Karim yang di mushaf? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah (perkataan Allah) 'Azza wa Jalla, dan dia bukan makhluk dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ﴾ [التوبة/6].
    "Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah dia supaya dia sempat mendengar perkataan Allah". (Al-Maidah: 6).
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah Al-Qur'an bahasa Arab ataukah bahasa selain Arab? Maka kamu katakan: Al-Qur'an adalah bahasa Arab dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾ [الزخرف/3].
    "Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)". (Az-Zuhruf: 3). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)﴾ [الشعراء/193-195].
    "Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas". (Asy-Syu'ara: 193-195).
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat? Maka kamu katakan: Iya, Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat sesuai dengan keagungan-Nya dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾ [الأعراف/180]
    "Dan Allah memiliki asmaa-ul husna (nama-nama yang indah) dan berdoalah kalian dengannya". (Al-A'raf: 180). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾ [النحل/60]
    "Dan Allah mempunyai sifat Al-A'laa; dan Dia-lah Al-'Aziiz lagi Al-Hakiim". (An-Nahl: 60). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)﴾ [الإخلاص/1-4].
    "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Al-Ahad. Allah adalah Ash-Shamad. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlash: 1-4). Dan dalam "Shohihain" dari hadits 'Aisyah bahwa ada seseorang berkata: (Bahwasanya surat Al-Ikhlas adalah sifat Ar-Rahman) maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membenarkan yang demikian itu.
    Dan nama-nama 'Azza wa Jalla tidaklah terbatasi dengan jumlah bilangan dengan yang kita ketahui, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ...».
    "Tidak ada batasan pujian kepada-Mu…" (HR. Muslim dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha).
    Jika kamu dikatakan: Apakah ada satu pun selain Allah yang mengetahui ilmu ghaib? Maka kamu katakan: Tidak ada satu pun (dari makhluk) yang mengetahui ilmu ghaib kecuali Allah, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ﴾ [آل عمران/179].
    "Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian perkara-perkara yang ghaib". (Ali Imran: 179). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ﴾ [يونس/20].
    "Maka katakanlah: "Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah". (Yunus: 40). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُو﴾ [الأنعام/59].
    "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia". (Al-An'am: 59).
    Jika dikatakan kepadamu: Kapan hari kiamat akan terjadi? Maka kamu katakan: Perkara hari kiamat adalah termasuk dari perkara-perkara ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ [لقمان/34].
    "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat". (Luqman: 34). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ [فصلت/47].
    "Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat". (Fushilat: 47). Dan perkataan-Nya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ اللَّهُ».
    "Tidak ada yang mengetahui kapan hari kiamat akan terjadi kecuali Allah". (HR. Al-Bukhariy dari hadits Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma).
    Jika dikatakan kepadamu: Berapa syarat-syarat diterimanya amalan? Maka kamu katakan: Diterimanya amal ada tiga syarat:
    Pertama: Berislam (muslim), orang kafir Allah tidak menerima amalannya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا [الفرقان/23].
    "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (Al-Furqan: 23). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِين﴾ [المائدة/27].
    "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertaqwa". (Al-Maidah: 27).
    Kedua: Ikhlash, dan dalilnya adalah:
    ﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ﴾ [البينة/4، 5].
    "Dan tidaklah mereka diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan mengiklaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama". (Al-Bayyinah: 5). Dan dalam hadits Qudsiy dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ».
    "Allah Tabaraka wa Ta'ala berkata: Aku tidak butuh dengan sekutu (tandingan) dari kesyirikan. Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan dan dia berbuat syirik padanya dengan-Ku maka Aku tinggalkan dia dengan kesyirikannya". (HR. Muslim).
    Ketiga: Mutaba'ah (Mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam), dan dalilnya adalah hadits Ummul Mu'minin 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwasa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ».
    "Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang bukan dari perkara (agama) kami maka amalan tersebut tertolak". (HR. Muslim).
    Jika dikatakan kepadamu: Berapa macam tawasul (permohonan kepada Allah) yang disyari'atkan? Maka kamu katakan: Ada tiga macam:
    Pertama: Permohonan dengan menggunakan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾ [الأعراف/180].
    "Hanya milik Allah asmaa-ul husna (nama-nama yang indah), Maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu". (Al-A'raf: 180). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِين﴾ [النمل/19].
    "Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih". (An-Naml: 19).
    Kedua: Permohonan seseorang kepada Allah dengan dengan amalan shalih, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آَمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [آل عمران/16].
    "(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Robb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan lindungilah kami dari siksa neraka". (Ali Imran: 16). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ﴾ [آل عمران: 53].
    "Ya Robb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (Ali Imran: 53).
    Dan diantara dalil dari As-Sunnah adalah hadits tentang tiga orang yang tertutup oleh batu besar, sehingga mereka terkurung dalam gua, maka mereka pun bertawasul dengan setiap amalan sholeh mereka (Muttafaqun 'Alaih).
    Ketiga: Permohonan dengan doa orang sholih, dan dalilnya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
    {بينما رسول الله -صلى الله عليه وعلى آله وسلم- يخطب إذ جاءه رجل فقال: يا رسول الله قحط المطر، فادع الله أن يسقينا، فدعا فمطرنا}.
    "Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang berkhutbah tiba-tiba datang seseorang lalu berkata: Wahai Rasulullah hujan sudah lama belum turun, mohon agar Rasulullah berdoa kepada Allah agar merunkan hujan kepada kami, maka beliau pun berdoa kepada Allah kemudian Allah menurunkan hujan.
    Jika dikatakan kepadamu: Apakah dalam agama ada bid'ah hasanah (bid'ah yang bagus)? Maka kamu katakan: Semua bid'ah adalah sesat dan dalilnya adalah hadits Al-Irbadh yang telah disebutkan pada nomor (19), pada hadits tersebut:
    ((كل بدعة ضلالة)).
    "Semua bid'ah adalah sesat". Dan hadits Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu 'Anhuma, sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apabila berkhutbah….. beliau mengatakan:
    «أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ».
    "Kemudian dari pada itu, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah perkataan Allah Ta'ala, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap bid'ah adalah sesat". (HR. Muslim). Dan dari Abi Sa'id Al-Khudriy Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Aku menunggu kalian di atas telagaku, barang siapa mendatanginya maka meminum (air)nya, dan barang siapa meminumnya maka tidak akan haus selama-lamanya, sungguh akan mendatangiku suatu kaum yang akau mengenal mereka dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antaraku dengan mereka. Lalu aku mengatakan: Sesungguhnya mereka termasuk dari (umat)ku. Maka dikatakan kepadaku: Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka rubah (dari agama ini) setelahmu. Maka aku katakan: jauhkan siapa saja yang melalukan itu setelahku". (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan kepadamu: Siapakah sejelek-jelek makhluk yang wajib bagi kita untuk membenci mereka? Maka kamu katakan: Mereka adalah yahudi dan nasrani serta orang-orang musyrik dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ﴾ [البينة: 6].
    "Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk". (Al-Bayyinah: 6). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿لا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ﴾ [المجادلة: 22].
    "Tidaklah kamu akan mendapati suatu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya". (Al-Mujadilah: 22).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa itu demokrasi? Maka kamu katakan: Dia adalah hukum yang berlandaskan atas kekuasaan rakyat [dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat] yang bukan berlandaskan Kitab (Al-Qur'an) dan bukan dengan Sunnah (Al-Hadits).
    Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum demokrasi? Maka kamu katakan: Demokrasi adalah syirik akbar (syirik yang paling terbesar) dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ﴾ [يوسف: 40].
    "Sesungguhnya hukum itu hanyalah kepunyaan Allah". (Yusuf: 40). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَلا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَداً﴾ [الكهف: 26].
    "Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan". (Al-Kahfi: 26).
    48. Jika dikatakan kepadamu: Apa hakikat dari intikhabat (pemilu)? Maka kamu katakan: Pemilu adalah termasuk dari bagian ketentuan-ketentuan (aturan-aturan) demokrasi yang bertentangan dengan syari'at Allah yang benar. Dan pemilu termasuk salah satu bentuk penyerupaan terhadap orang-orang kafir, dan menyerupai mereka adalah tidak boleh. Dan di dalam pemilu itu terdapat kerusakan yang banyak dan tidak ada manfaat serta tidak ada faidahnya untuk kaum muslimin, diantara kerusakannya yang paling menonjol adalah penyamaan al-haq (kebenaran) dan kebatilan, penyamaan orang-orang yang baik dengan orang yang jelek (batil) dengan melihat suara terbanyak (voting), menyempitkan al-wala wal bara (prinsip loyalitas dan berlepas diri), memecah bela persatuan kaum muslimin, menebarkan benih-benih permusuhan, kebencian, berkelompok-kelompok dan menebarkan faham fanatik (fanasisme) diantara mereka, kecurangan, penipuan, tipu daya, menyia-nyiakan waktu dan harta, menghancurkan kewibawaan wanita dan meruntuhkan kepercayaan terhadap ilmu-ilmu syari'at dan ahli ilmu.
    49. Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum hizbiyyah (berkelompok-kelompok)? Maka kamu katakan: Hizbiyyah adalah haram, kecuali Hizbullah dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ * مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعاً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ﴾ [الروم: 31-32].
    "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa kelompok, tiap-tiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada kelompok mereka". (Ar-Rum: 31-32). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا﴾ [آل عمران: 103].
    "Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai". (Ali Imran: 103). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ﴾ [الأنبياء: 92].
    "Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian; dia adalah agama yang satu dan aku adalah Robbmu, maka sembahlah Aku". (Al-Anbiya': 92). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [المجادلة: 22].
    "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itu adalah golongan yang beruntung". (Al-Mujadilah: 22). Dan dari Abdillah bin 'Amr Ibnul 'Ash Radhiyallahu 'Anuma baliau bekata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    ((.....وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً (أي فرقة) واحدة)). قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى».
    "Dan akan berpecah belah umatku menjadi 73 (tuju puluh tiga) millah semuanya masuk nereka kecuali 1 (satu) millah (yaitu kelompok). Para shahabat berkata: Siapa satu kelompok itu wahai Rasulallah? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: Yaitu golongan yang menempuh di atas (metode)ku dan para shahabatku berada di atasnya". (HR. At-Tirmidzi (5/26) dan hadits ini memiliki penguat dari hadits Mu'awiyyah Radhiyallahu 'Anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4597) dan Ahmad (4/102). Dan pada hadits ini pula terdapat penguat dari hadits lain. Maka hadits ini adalah hasan.
    Dan perkataannya:
    «كُلُّهُا فِى النَّارِ».
    "Semuanya dalam neraka" padanya terdapat penjelasan tentang perihal ahli ahwa (para pengekor hawa nafsu) dan celaannya mereka.
    50. Jika dikatakan kepadamu: Siapakah kelompok-kelompok yang paling sesat yang mengklaim (mengaku) Islam? Maka kamu katakan: Mereka adalah al-bathiniyyah, ar-rafidhah, jahmiyyah dan sufi yang ekstrim (melampui batas).
    مبادئ الفقه
    Dasar-Dasar Fiqih
    Dari Abi Umamah Al-Bahiliy Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkhutbah ketika haji wada', beliau berkata:
    «اتَّقُوا اللَّهَ ، وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ ، وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ ، تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ»
    "Bertaqwalah kalian kepada Allah, sholat lima waktulah kalian, berpuasa Ramadhanlah kalian, tunaikanlah zakat harta-harta kalian dan taatilah oleh kalian pemimpin kalian, maka dengan itu Robb kalian akan memasukan kalian ke Jannah". [(HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban dan At-Tirmidzi, dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan shahih)].
    51. Setiap ibadah harus disertai dengan niat, dan niat tempatnya di dalam hati, dan dalilnya adalah Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'Anhu Bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    ((إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ)).
    "Hanyalah amalan itu tergantung pada niatnya". (Muttafaqun 'Alaih).
    52. Melafadzkan niat adalah bid'ah, dan dalilnya adalah hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ».
    "Barang siapa membuat-buat perkara dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya maka dia tertolak". (Muttafaqun 'Alaih).
    53. Jika dikatakan kepadamu: Apakah bid'ah itu? Maka kamu katakan: Bid'ah adalah apa-apa yang diada-adakan setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan tujuan beribadah, dan tidak ada padanya dalil dari Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dari As-Sunnah (Al-Hadits).
    54. Allah menciptakan air dalam keadaan suci yang dapat mensucikan najis dan hadats, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً﴾ [الفرقان: 48].
    "Dan Kami turunkan dari langit air yang suci". (Al-Furqan: 48). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ﴾ [الأنفال: 11].
    "Dan diturunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan hujan itu". (Al-Anfal: 11).
    55. Apa yang diucapkan bagi orang yang hendak masuk tempat buang air (WC)? Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apabila handak masuk WC, beliau berkata:
    «اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ».
    "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syaithan laki-laki dan syaithan perempuan". (Muttafaqun 'Alaih).
    56. Diantara adab-adab buang hajat:
    Dari Salman Al-Farisiy Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya beliau pernah dikatakan kepadanya oleh seorang Yahudi: Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga permasalahan buang hajat! Salman berkata: Memang (iya), beliau melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat, ketika kencing atau istinja' (bersuci setelah buang hajat) dengan tangan kanan serta beristinja dengan batu kurang dari tiga buah. (HR. Muslim).
    57. Tidak sah seseorang shalat kecuali dengan wudhu', dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
    "Tidak akan diterima shalat seorang yang berhadats sampai dia berwudhu'". (Muttafaqun 'Alaih). Dan dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'Anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ».
    "Tidak diterima shalat dengan tanpa bersuci". (HR. Muslim).
    58. Anggota-anggota wudhu': Wajah; termasuk di dalamnya al-madhmadhah (berkumur-kumur) dan al-istinsyaq (memasukan air ke dalam lubang hidung). Kedua tangan; keduanya dibasuh sampai ke siku. Kepala; diusap dengan sekali usapan. Kedua kaki; keduanya dibasuh sampai sampai ke dua mata kaki, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ﴾ [المائدة:6].
    "Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki". (Al-Maidah: 6).
    Dan dalilnya pula adalah hadits Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu 'Anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ».
    "Kecelakaanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbahasi oleh air wudhu) dari siksa neraka". (Muttafaqun 'Alaih).
    59. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan ketika berwudhu, memperpanjang al-ghurrah dan at-tahjil, dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mencuci tangannya yang kanan sampai lengan bagian yang atas, dan mencuci lengan kiri sampai lengan bagian atas, kemudian mengusap kepalanya, dilanjutkan mencuci kaki kanannya hingga ke betis kemudian mencuci kaki kiri hingga ke betis, kemudian beliau mengatakan:
    «أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ الْوُضُوءِ».
    "Kalian adalah orang-orang yang bersinar putih pada anggota wudhu kalian pada hari kiamat disebabkan kalian menyempurnakan wudhu". (HR. Muslim). Dan telah shahih dalam "Sunan Abu Dawud" dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِذَا لَبِسْتُمْ وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ».
    "Jika kalian memakai sesuatu dan kalian berwudhu maka memulailah dengan yang kanan".
    60. Sifat Wudhu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang paling baik: Bahwasanya beliau membasuh tangannya tiga kali, kemudian madhmadh (berkumur-kumur), istinsyaq (memasukan air ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkannya kembali) beliau melakukannya (dengan menggabungkan antara madhmadh, istinsyaq dan istinsyar dengan sekali cidukan tangan sebanyak tiga kali), kemudian membasuh wajah tiga kali dan membasuh kedua tangan sampai siku tiga kali dan meneruskannya hingga lengan atas. Kemudian mengusap kepala bukan dengar air sisa yang ada di tangan beliau –satu kali- memulai dari kepala bagian depan menuju ke belakang hingga tengkuk kemudian mengembalikannya ke tempat pertama mengusap. Kemudian mencuci kedua kakinya tiga kali sampai kedua mata kaki dan meneruskannya sampai pada betis. Tata cara wudhu seperti itu telah shahih dari hadits Utsman Radhiyallahu 'Anhu (Muttafaqun 'Alaih) dan pada hadits tersebut terdapat tambahan-tambahan penguat dari hadits-hadits lain tentang keshahihannya.
    Dan disunnahkan untuk bersiwak (membersihkan gigi dan mulut dengan siwak) sebelum shalat, dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ».
    "Kalaulah tidak memberatkan umatku niscaya aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat". (Muttafaqun 'Alaih).
    61. Barang siapa memakai khuf (sepatu) atau kaos kaki maka disyari'atkan baginya untuk mengusap di atas keduanya, apabila dia dalam keadaan mukim (menetap/tidak bepergian), diperbolehkan mengusapnya sehari semalam, dan jika dia dalam keadaan safar maka boleh baginya mengusap selama tiga hari tiga malam, dengan dalil hadits Abu Bakrah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberikan keringanan bagi musafir (orang yang berpergian) apabila berhadats dan ingin berwudhu dan dia menggunakan khuf-nya maka diperbolehkan baginya mengusap khuf-nya selama tiga hari tiga malam dan bagi yang mukim hanya sehari semalam. (HR. Ibnu Majah, dan ini adalah hadits hasan, pada hadits ini terdapat penguat-penguat yang menjadikannya shahih).
    Dan mengusap pada bagian atas khuf dan dalilnya adalah hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu beliau berkata:
    {وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ}.
    "Dan sungguh saya telah melihat Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengusap atas kedua khuf-nya". (HR. Abu Dawud dan hadits ini adalah shahih).
    62. Apabila telah masuk waktu shalat dan kamu tidak mendapatkan air maka bertayamumlah! Dan dalilnya adalah perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ﴾ [المائدة:6].
    "Bila kalian tidak memperoleh air, maka bertayammumlah kalian dengan tanah yang baik (bersih); usaplah muka kalian dan tangan kalian dengan tanah tersebut".(Al-Maidah: 6). Ash-Sha'id adalah tanah bumi (debu), dengan dalil hadits Huzaifah bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «وَجُعِلَتْ لَنَا الأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدًا وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ».
    "Dijadikan bumi untuk kita sebagai tempat shalat (masjid) dan dijadikan tanahnya untuk kita sebagai pensuci apabila kita tidak mendapatkan air". (HR. Muslim) .
    63. Jika kamu telah selesai berwudhu maka ucapkanlah:
    «أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ».
    "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya", dan dalilnya adalah hadits Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'Anhu belaiu berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    ((ما منكم من أحد يتوضأ، فيسبغ الوضوء، ثم يقول أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاء)).
    "Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya dan mengucapkan: "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya" melainkan akan dibukakan baginya 8 (delapan) pintu-pintu Jannah dan dia masuk dari pintu mana saja yang dia inginkan". (HR. Muslim).
    64. Pembatal-pembatal wudhu:
    Pertama: Keluar sesuatu dari qubul (kemaluan) dan dubur, dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu:
    «لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
    "Tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai dia berwudhu". (Muttafaqun 'Alaih).
    Kedua dan Ketiga: Tidur lelap dan junub, dan dalilnya adalah hadits Shofwan bin ‘Assal Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata:
    «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفْرًا أَنْ لاَ نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ».
    “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami apabila kami dalam keadaan safar untuk tidak kami lepas khuf kami selama tiga hari tiga malam kecuali junub (jenabah), akan tetapi BAB (buang air besar), kencing, dan tidur (beliau tidak memerintahkan kami untuk melepasnya)”. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah hadits hasan).
    Dan tidurnya para nNabi tidaklah membatalkan wudhu mereka, dan dalilnya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «الأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلاَ تَنَامُ قُلُوبُهُم».
    “Para Nabi tidur hanya pada mata-mata mereka dan tidak tidur hati-hati”. Dan ini adalah kekhususan bagi mereka ‘Alaihimush Shalatu wa Sallam.
    Keempat: Menyentuh kemaluan, dan dalilnya adalah hadits Busyrah binti Shofwan Radhiyallahu ‘Anha bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
    “Barang siapa menyentuh kemaluannya maka tidak boleh dia melakukan shalat sampai dia berwudhu’. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah hadits hasan. Hadits ini shahih dengan adanya penguat-penguat yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan selainnya dari hadits ‘Abdillah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
    «أيما رجل مس ذكره فليتوضأ، وأيما امرأة مست فرجها فلتتوضأ».
    "Laki-laki mana saja yang menyentuh kemaluannya, maka hendaklah berwudhu, dan wanita mana saja yang menyentuh kemaluannya maka hendaklah berwudhu".
    Kelima: Makan daging onta, dan dalilnya adalah hadits Jabir bin Samurah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    {أنتوضأ من لحوم الإبل؟ قال: «نعم»}.
    Apakah kita harus berwudhu karena memakan daging onta? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Iya". (HR. Muslim).
    Keenam: Murtad (kafir/keluar dari agama Islam), dan ini adalah pembatal wudhu dan pembatal keislaman, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ﴾ [المائدة:5].
    "Barangsiapa yang kafir sesudah beriman maka batallah amalannya". (Al-Maidah: 5).
    Ketujuh: Hilang akal disebabkan gila, pingsan, mabuk, dan apa saja yang serupa dengannya semisal obat-obatan yang menyebabkan hilangnya akal. Telah sepakat para ulama bahwa wudhu batal disebabkan hal-hal tersebut.
    65. Wajib bagi seorang muslim menegakan shalat lima waktu sehari semalam, dan dalilnya adalah hadits Thalhah bin 'Ubaidillah Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya ada seorang Arab Badui (orang pegunungan/pedalaman) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang Islam, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ».
    "Shalat lima waktu sehari semalam". (Muttafaqun 'Alaih).
    Jika dikatakan: Berapa rakaat dalam shalat lima waktu? Maka kamu katakan: Semuanya ada 17 (tujuh belas rakaat), zhuhur 4 (empat) rakaat, 'ashr 4 (rakaat), magrib 3 (tiga rakaat), isya' 4 (empat rakaat) dan shubuh 2 (dua) rakaat, dan ketika safar di-qashar (diringkas) shalat zhuhur, ashar dan 'isya' [masing-masing] menjadi dua rakaat maka berubalah menjadi 11 (sebelas) rakaat.
    66. Setiap shalat harus dikumandangkan adzan padanya pada waktu (yang telah ditentukan)nya, dan dalilnya adalah hadits Malik bin Al-Huwairits Radhiyallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ ».
    "Jika telah masuk waktu shalat maka adzanlah salah seorang diantara kalian dan hendaklah menjadi imam adalah orang besar (orang yang tertua) kalian". (Muttafaqun 'Alaih).
    67. Barang siapa yang mendengar adzan maka hendaklah dia mengucapkan seperti yang diucapkan oleh mu'adzin (orang yang adzan), dan dalilnya adalah hadits Abi Sa'id Al-Khudriy Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ».
    "Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin". (Muttafaqun 'Alaih).
    68. Apabila kamu hendak menegakkan shalat maka menghadaplah ke kiblat (Ka'bah), dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ﴾ [البقرة:144].
    "Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kalian berada, Palingkanlah muka kalian ke arahnya". (Al-Baqarah: 144).
    69. Mengangkat kedua tangan ketika shalat terdapat pada 4 (empat) tempat, dan dalilnya adalah hadits Abdillah bin Umar Radhiyallahu 'Anhuma bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika memulai shalat beliau bertakbir dan mengakat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya, jika hendak ruku' maka beliau mengangkat kedua tangannya, jika beliau mengucapkan:
    «سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ».
    Beliau mengangkat kedua tangannya (dan jika beliau berdiri dari rakaat kedua maka beliau mengangkat kedua tangannya, dan terus menerus Ibnu Umar mengerjakan yang demikian itu. (Muttafaqun 'Alaih), Adapun mengangkat kedua tangan jika berdiri dari rakaat kedua diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhriy sendirian).
    70. Meletakan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat, dan dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa'ad, beliau berkata:
    «كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ اليَدَ الْيُمْنَى عَلَى اليَدَ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ».
    "Dahulu orang-orang diperintahkan supaya meletakan tangan kakan di atas tangan kiri dalam shalat". Dan hadits tersebut terangkat derajatnya sampai kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
    71. Doa yang paling shahih yang berkaitan dengan istiftah (pembukaan shalat) setelah takbiratul ihram (takbir pertama), sebagaimana yang ada pada hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika telah bertakbir dalam shalat beliau berdiam sejenak sebelum membaca (Al-Fatihah), maka ditanyakan tentang apa yang beliau ucapkan: Maka beliau berkata: "Aku mengucapkan:
    «اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ».
    "Ya Allah jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana bersihnya pakaian putih dari noda (kotoran). Ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan es". (Muttafaqun 'Alaih).
    72. Sebelum membaca Al-Fatihah ber-tawa'udz (memohon perlindungan) kepada Allah dari syaithan yang terkutuk dan membaca Basmallah (menyebut nama Allah) dengan suara pelan, dan dalilnya adalah [perkataan Allah Ta'ala]:
    ﴿فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ﴾ [النحل:98].
    "Jika kamu hendak membaca Al-Qur'an maka mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk". (An-Nahl: 98). Dan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu 'Anhuma mereka semuanya memulai shalat dengan membaca:
    ((الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)).
    "Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam". (Muttafaqun 'Alaih). Dan dalam suatu riwayat: Mereka semuanya tidak mengeraskan bacaan:
    ((بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)).
    "Dengan nama Allah Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim". (HR. Ahmad: 3/179, dan An-Nasa'i: 2/531, dengan sanad shahih).
    73. Setelah membaca tawa'udz dan basmalah bacalah Al-Fatihah, dan dalilnya adalah hadits 'Ubadah Ibnush Shamit bahwa Nabi Shallallahu 'Alihi wa Sallam berkata:
    «لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ».
    "Tidak ada shalat bagi siapa saja yang tidak membaca pembukaan Al-Qur'an (Al-Fatihah)". (Muttafaqun 'Alaih).
    74. Ta'min (Mengucapkaan Aamiin), dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِذَا قَالَ الإِمَامُ (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ) فَقُولُوا آمِينَ».
    "Jika imam telah mengucapkan:
    ﴿غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ﴾
    "Maka kalian katakan: Aamiin!". Dan dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beliau berkata:
    «مَا حَسَدَتْكُمُ الْيَهُودُ عَلَى شَىْءٍ مَا حَسَدَتْكُمْ عَلَى السَّلاَمِ وَالتَّأْمِينِ».
    "Tidaklah orang-orang Yahudi hasad kepada kalian atas sesuatu sebagaimana hasadnya mereka kepada kalian atas ucapan salam dan ucapan Aamiin". (HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan).
    75. Shalat dengan thuma'ninah (tenang dan khusyu'), dan dalilnya adalah hadits Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengajar seorang shahabat yang jelek shalatnya dan beliau mengatakan:
    «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا».
    "Jika kamu hendak shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an, kemudian ruku'lah sampai posisimu tenang (thuma'ninah) dalam ruku', kemudian bangkitlah dari ruku' (i'tidal) sampai posisimu benar-benar berdiri tegak, kemudian sujudlah sampai kamu tenang dalam sujud. Kemudian kerjakan yang demikian itu pada setiap shalatmu". (Muttafaqun 'Alaih).
    76. Turun ketika sujud dengan bertumpu pada kedua tangan, dan dalilnya adalah hadits Al-Bara' bin 'Azib Radhiyallahu 'Anhu beliau berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika telah mengucapkan:
    «سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ».
    Tidak ada seorang pun dari kami yang membungkukkan punggungnya sampai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sujud, kemudian kami sujud setelahnya". (Muttafaqun 'Alaih). Dan membungkukkan punggung akan terjadi ketika turun sujud dengan bertumpu pada dua tangan.
    77. Dzikir-dzikir ruku' dan sujud: Dari Huzaifah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membaca dalam ruku'nya:
    «سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ».
    "Maha Suci Robbku Al-'Azhiim". Dan dalam sujudnya:
    «سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى».
    "Maha Suci Robbku Al-A'laa". (HR. Muslim, no. 772). Dan jumlah tasbih paling sedikitnya dalam ruku' adalah tiga kali tasbih, telah ada yang demikian itu pada sebuah hadits dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan banyak periwayatannya.
    Dan hendaknya dalam ruku' memperbanyak dzikir dan hendaknya dalam sujud memperbanyak do'a, dan dalilnya adalah hadits Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ».
    "Adapun ketika ruku' maka agungkanlah Robb kalian 'Azza wa Jalla, dan adapun ketika sujud maka bersunguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a dikarenakan lebih cepat untuk dikabulkan bagi kalian (doa kalian)". (HR. Muslim).
    78. Yang dibaca oleh Imam dan munfarid (orang yang shalat sendirian) setelah bangkit dari ruku', dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika berdiri untuk melakukan shalat, beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika hendak ruku', kemudian mengucapkan ketika beliau berdiri (dari ruku'):
    «سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ».
    "Allah mendengar orang yang memuji-Nya". Ketika mengangkat punggungnya dari ruku' kemudian berkata:
    «رَبَّنَا ولَكَ الْحَمْدُ».
    "Wahai Robb kami hanya untuk-Mulah segala pujian"…..Al-Hadits (Muttafaqun 'Alaih). Pada hadits ini terdapat perintah untuk takbiratul intiqal [takbir ketika berpindah dari gerakan satu kegerakan lainnya].
    79. Tasyahud dalam shalat, dan yang paling shahih tentang bentuk bacaan tasyahud adalah hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: Jika salah seorang diantara kalian telah duduk dalam shalat maka hendaklah mengucapkan:
    «التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ».
    "Segala penghormatan hanya untuk Allah, shalawat dan segala kebaikan salam atasmu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga salam untuk kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya". (Muttafaqun 'Alaih).
    80. Sifat (tata cara) duduk dalam shalat dan memberi isyarat (jari telunjuk) ketika tasyahud, sebagaimana dalam hadits Abdillah Ibnuz Zubair Radhiyallahu 'Anhuma beliau berkata:
    {كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَة}.
    "Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika duduk dalam shalat maka beliau meletakan tangannya kanannya di atas paha kanannya dan meletakan tangan kirinya di atas paha kirinya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya". (HR. Muslim).
    81. Mengucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam setelah tasyahud, dan dalilnya adalah hadits Fudhalah bin 'Ubaid Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه سبحانه وتعالى، والثناء عليه، ثم يصلي على النبي -صلى الله عليه وعلى آله وسلم-، ثم يدعوا بعد بما شاء».
    "Jika salah seorang diantara kalian shalat maka memulailah dengan memuji Robbnya Subhanahu wa Ta'ala dan member sanjungan kepada-Nya kemudian bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, kemudian berdo'a sesuai dengan apa yang dia inginkan". (HR. Abu Dawud, dan ini adalah hadits shahih).
    Dan termasuk yang paling bagusnya bentuk lafadz shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah yang ada pada hadits Abu Mas'ud Al-Badriy Radhiyallahu 'Anhu bahwa Basyir bin Sa'd berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Allah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu wahai Rasulullah, lalu bagaimana caranya kami bershalawat kepadamu? Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Kalian ucapkan:
    «اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ».
    "Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia". (HR. Muslim).
    82. Doa sebelum salam kemudian dzikir setelahnya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ».
    "Jika salah seorang dari kalian telah selesai dari tasyahud yang terakhir maka hendaklah ber-tawa'udz (berlindung) kepada Allah dari 4 (empat) perkara: Berlindung dari fitnah neraka jahannam, dari azab kubur dan dari fitnah kehidupan serta fitnah kematian dan berlindung dari kejelekan al-masih Ad-Dajjal". (HR. Muslim, no. 588). Dan dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memegang tangannya dan berkata:
    «يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ». فَقَالَ «أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».
    "Wahai Mu'adz sesungguhnya aku menyenangimu, aku ingin memberimu wasiat wahai Mu'adz agar jangan sekali-kali kamu meninggalkan pada penghujung setiap shalat ucapan:
    «اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».
    "Ya Allah tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu dan mensyukuri (ni'mat)-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu". Ini adalah hadits shahih.
    82. Diantara dzikir-dzikir tidur dan bangun tidur: Dari Huzaifah Radhiyallahu 'Anhu beliau berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika ingin tidur beliau mengucapkan:
    «بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا».
    "Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan aku hidup". Dan jika bangun dari tidurnya beliau berkata:
    «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ».
    "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan (menidurkan) kami dan hanya kepada-Nya-lah kami dibangkitkan". (HR. Al-Bukhariy).
    84. Membaca basmalah ketika akan makan, dan dalilnya adalah hadits Umar bin Abi Salamah bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
    «يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ».
    "Wahai anak (remaja) sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari yang dekat denganmu". Maka sentiasa aku makan seperti itu. (Muttafaqun 'Alaih).
    85. Mengganggu tetangga dan kaum muslimin adalah haram, dan dalilnya adalah hadits Ibnu 'Amr Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ».
    "Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari kejelekan lisannya dan gangguan tangannya". (Muttafaqun 'Alaih).
    86. Jika kamu berkeinginan untuk masuk rumah maka minta izinlah sebelum kamu masuk, dan dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
    ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتاً غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا﴾ [النور:27].
    "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya". (An-Nuur: 27).
    Dan dari seorang shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada seorang pembantunya:
    «اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِئْذَانَ فَقُلْ لَهُ قُلِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ».
    "Keluarlah kepada orang ini dan ajarkanlah kepadanya tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Ucapkanlah: Assalamu 'alaikum, bolehkah aku masuk?!". Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «....أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ».
    "Tebarkan salam diantara kalian". (HR. Muslim).
    87. Wajib bagi kalian untuk jujur, karena kejujuran itu menunjuki (mengantarkan) kepada Jannah (surga), dan dalilnya adalah hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا ، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ».
    "Sesungguhnya kejujuran mengantarkan ke Jannah, dan kebaikan mengantarkan ke jannah dan dusta mengantarkan kepada kejahatan, dan sungguh kejahatan mengantarkan ke neraka". (Muttafaqun 'Alaih).
    88. Wajib bagimu untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan sungguh Allah 'Azza wa Jalla telah memerintahkan hal yang demikian itu, Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً﴾ [الإسراء:23].
    "Dan Robbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". (Al-Isra': 23).
    89. Menjauhi perbuatan menyerupai orang-orang kafir, karena sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah berkata:
    «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ».
    "Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka". (HR. Ahmad dan selainnya dari hadits Ibnu 'Umar dan hadits ini hasan).
    90. Hendaklah kamu memperbanyak dzikir (mengingat) Allah 'Azza wa Jalla, dengan dzikir-dzikir yang telah pasti (keshahihannya) dengan dalil yang ada, karena hal itu termasuk dari sebab-sebab keberuntungan di dunia dan di akhirat, Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [الجمعة:10].
    "Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung". (Al-Jum'ah: 10). Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ».
    "Dua kalimat yang sangat ringan di lisan dan sangat berat di mizan (timbangan) yang dicintai oleh Ar-Rahman: Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, dan Maha Suci Allah Al-'Azhiim". (Muttafaqun 'Alaih).
    91. Penutup majelis: Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika duduk dalam suatu majelis atau shalat maka beliau mengucapkan beberapa kalimat, maka Aisyah bertanya kepadanya tentang kalimat-kalimat tersebut, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakan:
    «إِنْ تَكَلَّمَ بِخَيْرٍ كَانَ طَابِعًا عَلَيْهِنَّ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنْ تَكَلَّمَ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَانَ كَفَّارَةً لَهُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ».
    "Apabila kamu berbicara dengan pembicaraan yang baik maka pembicaraanmu tersebut adalah stempel (cap) sampai hari kiamat, dan jika kamu berkata dengan perkataan selain demikian itu maka itu sebagai kaffarah (tebusan)nya: "Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku ber-istighfar (memohon ampun) kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya". (HR. Ahmad, dan ini adalah hadits shahih).

    ذكر أسماء الله الحسنى بأدلتها
    Menyebut Nama-nama Allah Yang Indah dengan diserta Dalil-dalilnya
    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
    «إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنَّهُ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ».
    "Sesungguhnya Allah memiliki 99 (sembilan puluh sembilan) nama, 100 (seratus) kurang satu, barang siapa menghafal [dan menjaganya] maka akan masuk jannah, dan sesungguhnya Allah Al-Witr (Yang Maha Ganjil) dan dia menyukai al-witir (yang ganjil)". (HR. Al-Bukhariy, no. 6410 dan Muslim, no. 2677 dan ini adalah lafadz beliau).
    1. Allah, 2. Al-Ilah, 3. Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), 4. Al-Qayyuum (Yang Maha Terus Menerus), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوم﴾ [البقرة/255]
    "Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Al-Hayyu lagi Al-Qayyum". (Al-Baqarah: 255).
    5. Ar-Robb (Yang Maha Menciptakan/Mengatur), 6. Ar-Rahmaan (Yang Maha Pengasih), 7. Ar-Rahiim (Yang Maha Penyayang), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)﴾ [الفاتحة/2، 3]
    "Segala puji bagi Allah Robb semesta alam, Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim". (Al-Fatihah: 2-3). Dan dari Ibnu 'Abbas Radiyallahu 'Anhu beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبّ عز وجل».
    "…Adapun ruku' maka agungkanlah kalian pada ruku' tersebut Ar-Robb 'Azza wa Jalla". (HR. Muslim, no. 479).
    8. Al-Malik (Yang Maha Berkuasa), 9. Al-Qudduus (Yang Maha Suci), 10. As-Sallaam (Yang Maha Sejahtera), 11. Al-Mu'min (Yang Maha Memberi keamanaan), 12. Al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara), 13. Al-Jabbaar (Yang Maha Perkasa), 14. Al-Mutakabbir (Yang Maha Besar/Kuasa), 15. Al-Khaaliq (Yang Maha Pencipta), 16. Al-Baari' (Yang Maha Mengadakan), 17. Al-Mushawwir (Yang Maha Membentuk Rupa), 18. Al-'Aziiz (Yang Maha Perkasa), 19. Al-Hakiim (Yang Maha Bijaksana), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24)﴾ [الحشر/22-24].
    "Dialah Allah yang tidak ada sesembahan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim. Dialah Allah yang tidak ada sesembahan selain Dia, Al-Malik, Al-Qudduus, As-Salaam, A-Mu'min, Al-Muhaimiin, Al-'Aziiz, Al-Mutakabbir, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Al-Khaaliq, Al-Baaiy, Al-Mushawwir, yang mempunyai nama-nama yang Indah. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah Al-'Aziiz lagi Al-Hakiim". (Al-Hasyr: 22-24).
    20. Al-Awwal (Yang Maha Awal), 21. Al-Aakhir (Yang Maha Akhir) , 22. Azh-Zhaahir (Yang Maha Tampak), 23. Al-Baathin (Yang Maha Tersenbunyi), 24. Al-'Aaliim (Yang Maha Mengetahui), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾ [الحديد/3]
    "Dialah Al-Awwal dan yang Al-Aakhir, Azh-Zhaahir, dan Al-Baathin; dan Dia Al-'Aliim terhadap segala sesuatu". (Al-Hadiid: 3).
    25. Al-Ghafuur (Yang Maha Pengampun), 26. Al-Waduud (Yang Maha Pengasih), 27. Al-Majiid (Yang Maha Mulia), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ (14) ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ (15)﴾ [البروج/14، 15]
    "Dia-lah Al-Ghafuu lagi Al-Waduud, yang mempunyai 'Arsy Al-Majiid". (Al-Buruuj: 14-15).
    28. Ar-Razzaaq (Yang Maha Memberi Rezki), 29. Al-Qawwiy (Yang Maha Kuat), 30. Al-Matiin (Yang Maha Kokoh), Allah Ta'ala berkata:
    ﴿إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِين﴾ [الذاريات/58]
    "Sesungguhnya Allah Dialah Ar-Razzaaq, Dzul Quwwah lagi Al-Matiin". (Adz-Dzaariyaat: 58). Dan Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ﴾ [الشورى/19]
    "Dialah Al-Qawiiy lagi Al-'Aziiz". (Asy-Syura'a: 19).
    31. Al-Khair (Yang Maha Baik) , 32. Al-Haafidz (Yang Maha Menjaga), 33. Al-Hafiidz (Yang Maha Menjaga). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ﴾ [يوسف/64]
    "Maka Allah adalah Al-Haafidz dan Arhamur-Raahimiin". (Yusuf: 64). Dan perkataan Ta'ala:
    ﴿إِنَّ رَبِّي عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ﴾ [هود/57]
    "Sesungguhnya Robbku adalah Al-Hafiizh". (Huud: 87).
    34. Al-'Aalim (Yang Maha Berilmu), 35. Al-Kabiir (Yang Maha Besar), 36. Al-Muta'aal (Yang Maha Tinggi). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ﴾ [الرعد/9]
    "Al-'Aalim terhadap semua yang ghaib dan yang nampak; Al-Kabiir lagi Al-Muta'aal". (Ar-Ra'd: 9).
    37. Al-Maalik (Yang Maha Berkuasa), 38. Al-Maliik (Yang Maha Menguasai), 39. Al-Muqtadir (Yang Maha Mampu). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ﴾ [القمر/55]
    "Di tempat yang disenangi di sisi Al-Maliik lagi Al-Muqtadir". (Al-Qamar: 55).
    40. Al-Ahad (Yang Maha Satu), 41. Ash-Shamad (Yang Maha bergantung segala sesuatu kepada-Nya) . Allah Ta'ala berkata:
    ﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2)﴾ [الإخلاص/1، 2]
    "Katakanlah: "Dia-lah Allah Al-Ahad. Allah Ash-Shamad". (Al-Ikhlash: 1-2). Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beliau berkata:
    «قال الله عز وجل: ..... وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِى كُفْأً أَحَدٌ».
    "Allah 'Azza wa Jalla berkata:…. Dan Aku Al-Ahad lagi Ash-Shamad, tidak beranak dan tidak pula diperanakan dan tidak ada sesuatupun yang setara (dengan-Ku)". (HR. Al-Bukhariy, no. 4979).
    42. Al-Waahid (Yang Maha Satu) , 43. Al-Qahhaar (Yang Maha Perkasa). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾ [الرعد/16]
    "Dia-lah Al-Waahid lagi Al-Qahhar". (Ar-Ra'd: 16).
    44. Al-Waliyy (Yang Maha Melindungi), 45. Al-Hamiid (Yang Maha Terpuji). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ﴾ [الشورى/28]
    "Dan Dia-lah Al-Waliyy lagi Al-Hamiid". (Asy-Syuuraa: 28).
    46. Al-Maulaa (Yang Maha Pelindung), 47. An-Nashiir (Yang Maha Penolong). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ﴾ [الحج/78]
    "Maka Dialah sebaik-baik Al-Maulaa dan sebaik- baik An-Nashiir". (Al-Hajj: 78).
    Ar-Raqiib (Yang Maha Mengawasi), 49. Asy-Syahiid (Yang Maha Menyaksikan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ﴾ [المائدة/117]
    "Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah Ar-Raqiib atas mereka. dan Engkau adalah Asy-Syahiid atas segala sesuatu". (Al-Maidah: 117).
    50. As-Samii' (Yang Maha Mendengar), 51. Al-Bashiir (Yang Maha Melihat). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير﴾ [غافر/20]
    "Sesungguhnya Dia-lah As-Samii' lagi Al-Bashiir". (Ghaafir: 20).
    52. Al-Haq (Yang Maha Benar), 53. Al-Mubiin (Yang Maha Jelas). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ﴾ [النور/25]
    "Dan mereka mengetahui bahwa Allah-lah Al-Haq lagi Al-Mubiin". (An-Nuur: 25).
    54. Al-Lathiif (Yang Maha Lembut), 55. Al-Khabiir (Yang Maha Mengetahui). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾ [الملك/14]
    "Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia-lah Al-Lathiif lagi Al-Khabiir". (Al-Mulk: 14).
    56. Al-Qariib (Yang Maha Dekat), 57. Al-Mujiib (Yang Maha Mengabulkan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾ [هود/61]
    "Sesungguhnya Robbku Al-Qariib lagi Al-Mujiib". (Huud: 61).
    58. Al-Kariim (Yang Maha Dermawan/Memberi), 59. Al-Akram (Yang Maha Mulia). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ﴾ [الإنفطار/6]
    "Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Robbmu Al-Kariim". (Al-Infithaar: 6). Dan perkataan-Nya Ta'ala:
    ﴿اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ﴾ [العلق/3]
    "Bacalah, dan Robbmulah Al-Akraam". (Al-'Alaq: 3).
    60. Al-'Aliyyu (Yang Maha Tinggi), 61. Al-'Azhiimi (Yang Maha Agung/Besar). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾ [البقرة/255]
    "Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia-lah Al-'Aliyyu lagi Al-'Azhiim". (Al-Baqarah: 255).
    62. Al-Hasiib, 63. Al-Wakiil. Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ [آل عمران/173]
    "Maka bertambahlah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Allah-lah Al-Hasiib bagi Kami dan Allah-lah Al-Wakiil". (Ali Imran: 173).
    64. Asy-Syakuur (Yang Maha Membalas Kebaikan), 65. Al-Haliim (Yang Maha Penyantun). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ﴾ [التغابن/17]
    "Dan Allah adalah Asy-Syakuur lagi Al-Haliim". (At-Taghaabun: 17).
    66. Al-Biir (Yang Maha Baik). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ﴾ [الطور/28]
    "Sesungguhnya Dia-lah Al-Biir lagi Ar-Rahiim". (Ath-Thuur: 28).
    67. Asy-Syakiir (Yang Maha Mensyukuri). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا﴾ [النساء/147]
    "Dan Allah adalah Asy-Syaakir lagi Al-'Aliim". (An-Nisa': 147).
    68. Al-Wahhaab (Yang Maha Pemberi). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ﴾ [ص/9]
    "Atau Apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Robbmu Al-'Aziiz lagi Al-Wahhab". (Shaad: 9).
    69. Al-Qaahir (Yang Maha Kuasa). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ﴾ [الأنعام/18]
    "Dan Dia-lah Al-Qaahir atas semua hamba-hamba-Nya". (Al-An'am: 18).
    70. Al-Ghaffaar (Yang Maha Pengampun). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ﴾ [ص/66]
    "Robb langit-langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Al-'Aziiz lagi Al-Ghaffaar". (Shaad: 66).
    71. At-Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat/Pengampun). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ﴾ [البقرة/37]
    "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robbnya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah At-Tawwab lagi Ar-Rahiim". (Al-Baqarah: 37).
    72. Al-Fattaah (Yang Maha Memberi Keputusan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ﴾ [سبأ/26]
    "Dan Dia-lah Al-Fattaah lagi Al-'Aliim". (Saba': 26).
    73. Ar-Rauuf (Yang Maha Penyantun). Allah Ta'ala bekata:
    ﴿وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ [النور/20]
    "Dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan sungguh Allah adalah Ar-Rauuf lagi Ar-Rahiim". (An-Nuur: 20).
    74. An-Nuur (Yang Maha Menerangi/Bersinar). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ﴾ [النور/35]
    "Allah-lah An-Nuur langit dan bumi". (An-Nuur: 35).
    75. Al-Muqiit (Yang Maha Kuasa). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتًا﴾ [النساء/85]
    "dan Allah-lah Al-Muqiit atas segala sesuatu". (An-Nisa': 85).
    76. Al-Waasi' (Yang Maha Luas). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴾ [البقرة/247]
    "Dan Allah adalah Al-Waasi' lagi Al-'Aliim". (Al-Baqarah: 247).
    77. Al-Waarits (Yang Maha Mewariskan/Memberikan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَنَحْنُ الْوَارِثُونَ﴾ [الحجر/23]
    "Dan Kami-lah Al-Waarits". (Al-Hijr: 23).
    78. Al-A'laa (Yang Maha Tinggi). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى﴾ [الأعلى/1]
    "Sucikanlah nama Robbmu Al-A'laa". (Al-A'laa: 1).
    79. Al-Muhiith (Yang Maha Meliputi). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ﴾ [فصلت/54]
    "Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia adalah Al-Muhiith". (Fushshilat: 54).
    80. Al-'Allaam (Yang Maha Mengetahui). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ﴾ [التوبة/78]
    "Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah-lah Al-'Allaam segala yang ghaib". (At-Taubah: 78).
    81. Al-Musta'aan (Yang Maha Menolong). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾ [الأنبياء/112]
    "Dan Robb kami-lah Ar-Rahmaan lagi Al-Musta'aan terhadap apa yang kalian katakan".(Al-Anbiya': 112).
    82. Al-Haadiy (Maha Memberi Petunjuk/Hidayah). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾ [الحج/54]
    "Dan sesungguhnya Allah adalah Al-Haadiy bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus". (Al-Hajj: 54).
    83. An-Naashir (Yang Maha Menolong). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ﴾ [آل عمران/150]
    "Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindung kalian, dan Dia-lah An-Naashir". (Ali Imraan: 150).
    84. Al-Khallaaq (Yang Maha Pencipta). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ﴾ [الحجر/86]
    "Sesungguhnya Robbmu, Dia-lah Al-Khallaaq lagi Al-'Aliim". (Al-Hijr: 86).
    85. Al-'Afuw (Yang Maha Memaafkan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا﴾ [النساء/149]
    "Maka Sesungguhnya Allah adalah Al-'Afuw lagi Al-Qadiir". (An-Nisa': 149).
    86. Al-Haakim (Yang Maha Bijkasana). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ﴾ [يونس/109]
    "Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Al-Haakim". (Yunus: 109).
    87. Al-Ghaniy (Yang Maha Kaya). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ﴾ [الأنعام/133]
    "Dan Robbmu Al-Ghaniy lagi memiliki Ar-Rahmah". (Al-An'am: 133).
    88. Al-Kafiiln (Yang Maha Mencukupi/Menyaksikan). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا﴾ [النحل/91]
    "Dan sungguh kalian telah menjadikan Allah atas kalian sebagai Al-Kafiil". (An-Nahl: 91).
    Dan Al-Imam Al-Bukhariy Rahimahullah telah meriwayatkan dengan tanpa sanad pada Kitab Al-Hawaalaat, setelah hadits (no. 2291) dan Al-Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad [yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam] (Juz 2/Hal. 348) dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau menyebutkan seseorang dari Bani Israil:
    .....قال: وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً».
    …..Berkata: Cukuplah bagi Allah Al-Kafiil". Dan ini adalah hadits shahih.
    89. Al-Hayy (Yang Maha Malu), 90. As-Sittiir (Maha Menutupi). Allah Ta'ala berkata:
    ﴿وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ﴾ [الأحزاب/53]
    "Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar". (Al-Ahzaab: 53). Dan dari Ya'laa bin Umayyah, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ».
    "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla adalah Al-Hayy lagi As-Sittiir". (HR. Abu Dawud (no. 4012), Ahmad (4/224) dan An-Nasiy (406)), dan ini adalah hadits shahih.
    91. Al-Musa'ir (Yang Menahan Rezki), 92. Al-Qaabidh (Yang Maha Menggenggam Rezki), 93. Al-Baasith (Yang Maha Membentangkan Rezki), 94. Ar-Razzaaq (Yang Maha Memberi Rezki), dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى رَبِّى وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ مَالٍ».
    "Sesungguhnya Allah adalah Al-Musa'ir, Al-Qaabidh, Al-Baasith, Ar-Raaziq. Dan aku berharap berjumpa dengan Robbku dan tidak seorang pun dari kalian menuntutku tentang kezhaliman penumpahan darah dan pengambilan harta". Ini adalah hadits shahih (HR. Abu Dawud, no. 3450, dan selainnya).
    95. Al-Muqaddim, 96. Al-Muakhkhir, 97. Al-Qadiir, dari Abu Musa, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
    «.....أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ»
    "Engkau Al-Muqaddim, Engkau Al-Muakhkhir, dan Engkau atas segala sesuatu Al-Qadiir". (HR. Al-Bukhariy, no. 6398 dan Muslim, no. 2719).
    98. As-Subbuuh (Yang Maha Suci), dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ....».
    "As-Subbuuh Al-Qudduus…". (HR. Muslim, no. 487).
    99. Ar-Rafiiq (Yang Maha Lemah Lembut), dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِى الأَمْرِ كُلِّهِ».
    "Ya Aisyah, sesungguhnya Allah adalah Ar-Rafiiq, Dia mencintai kelembutan pada semua perkara…". (HR. Al-Bukhariy, no. 6927 dan Muslim, no. 2597).
    100. Ath-Thayyib (Yang Maha Bagus), dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «أيُّها الناس إنَّ الله طيّبٌ لا يَقْبَلُ إلا طيّباً ...».
    "Wahai Manusia, sesungguhnya Allah adalah Ath-Thayyib, tidaklah Dia menerima kecuali yang baik-baik….". (HR. Muslim, no. 1015).
    101. Al-Hakam (Yang Maha Adil/Bijaksana), dari Abu Syuraih Haanii' bin Yaziid Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ».
    "Sesungguhnya Allah adalah Al-Hakam, dan kepadanya keputusan (hukum)….". (HR. Abu Dawud, no. 4955, An-Nasaiy, no. 5387, dan ini adalah hadits shahih.
    102. Asy-Syaafiy (Yang Maha Menyembuhkan), dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika sakit maka beliau berkata:
    «أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى... ».
    "Hilangkanlah derita (sakit) Robb manusia, sembuhkanlah aku, Engkau Asy-Syaafiy….". (HR. Al-Bukhariy, no. 5675 dan Muslim, no. 2191).
    103. Al-Mu'thiy (Yang Maha Memberi), dari Mu'awiyyah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «.... وَاللَّهُ الْمُعْطِى وَأَنَا الْقَاسِم....».
    "…..Allah Al-Mu'thiy dan aku Al-Qasiim". (HR. Al-Bukhariy, no. 3116 dan Muslim, no. 1037) dan ini adalah lafadz Al-Bukhariy.
    104. Al-Witir (Yang Maha Ganjil), dengan dalil hadits yang telah disebutkan pada awal nama-nama (Allah) ini.
    105. Ath-Thabiib (Yang Maha Menyebuhkan), dari Abi Rimtsah, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
    «....اللَّهُ الطَّبِيبُ...».
    "…..Allah Ath-Thabiib". (HR. Abu Dawud, no. 4206, dan Ahmad: 4/163), dan ini adalah hadits shahih.
    106. Al-Jamiil (Yang Maha Indah/Bagus), dari Abdillah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
    «إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ».
    "Sesungguhnya Allah adalah Al-Jamiil, Dia mencintai kebagusan". (HR. Muslim, no. 91).
    107. Al-Mannaan (Yang Maha Memberi Kebaikan/Nikmat), dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar seseorang berkata: Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadamu bahwa bagi-Mu pujian, tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Engkau, tidak ada sekutu bagi-Mu, Al-Mannaan…. Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ اسْتَجَابَ».
    "Sungguh benar-benar dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya Al-A'zham yang jika diminta dengannya maka diberi, dan jika memohon dengannya maka dikabulkan". (HR. Ibnu Majah, no. 3858), dan ini adalah hadits hasan.
    108. As-Sayyid (Yang Maha Tertinggi/Memimpin), dari Abdillah Ibnusy-Syikhkhiir, beliau berkata: Kami berkata: Ya Rasulullah engkau sayyid kami, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى».
    "As-Sayyid Allah Tabaraka wa Ta'ala". (HR. Abu Dawud, no. 4806) dan ini adalah hadits shahih.
    109. Ad-Dayyan (Yang Maha Bijkasana/Perkasa), berkata Al-Imam Al-Bukhariy Rahimahullah (dalam "Kitab Tauhid"), Bab (32) dan disebutkan dari Jabir, dari Abdillah bin Unais, beliau berkata: Aku mendengar Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata:
    «يحشرالله العباد فَيُنَادِيهم بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مَنْ بَعُدَ كَمَا يَسْمَعُهُ مَنْ قَرُبَ أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الدَّيَّانُ.....».
    "Allah mengumpulkan hamba-hamba (Nya), lalu diserulah mereka dengan seruan yang dapat didengar oleh orang yang jauh sebagaimana seruan tersebut didengar oleh orang dekat: Aku Al-Malik, Aku Ad-Dayyaan…". Sanad hadits ini disambung oleh Al-Imam Ahmad dalam "Musnadnya" (3/495), dan hadits ini hasan, dan sungguh telah ditetapkan (dishahihkan) nama ini oleh Al-Imam Ibnu Qayyim dalam "An-Nuuniyyah".

  • #2
    لا إله إلا الله ترجمة جميلة جدا لهاذين الرجلين محمد أمين وآدم عليهما رحمة الله جزى الله الإخوة خيرا على هذه الترجمة الجميلة لهؤلاء الإخوة الذين باعوا أنفسهم من أجل دين الله
    أسأل الله أن يتقبلهم عنده في الشهداء هم وجميع من قتلوا من أهل السنة والإيمان

    تعليق

    يعمل...
    X