Selamat Jalan Syaikh Kami
Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy
رحمه الله
Penulis dan penerjemah:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
Al Jawiy
عفا الله عنه
Di Darul Hadits Dammaj
حرسها الله
Judul Asli:
“’Aza’un Fi Syaikhinal Mujahidis Salafiy Kamal Bin Tsabit Al ‘Adniy"
Terjemah Bebas:
“Selamat Jalan Syaikh Kami Kamal Bin Tsabit Al ‘Adniy”
Penulis dan penerjemah bebas:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
عفا الله عنه
ijk
Pengantar Penulis
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وآله أجمعين أما بعد:
Maka sesungguhnya di dalam suasana terkepung ini Alloh telah memberikan kegembiraan pada kami di waktu fajar hari Ahad dengan terbunuhnya delapan hutsyi di depan desa Wathon (sebelah timur Dammaj), dan ditambah lagi dengan tersungkur matinya dua orang dari mereka di desa Nuqu’ (sebelah utara Dammaj) di sepanjang hari ini –dan hanya milik Alloh sajalah seluruh pujian dan karunia-. Alloh ta’ala berfirman:
﴿قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ * وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة: 14، 15].
“Perangilah mereka, niscaya Alloh akan menyiksa mereka dengan tangan-tangan kalian dan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka serta memuaskan dada-dada kaum mukminin, dan menghilangkan kemarahan hati mereka, dan Alloh memberikan tobat terhadap orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh itu Maha Mengetahui lagi Maha Penuh Hikmah.”
Dan di akhir hari ini –hari Ahad 15 Dzul Hijjah 1434 H- kami dikejutkan dengan datangnya berita duka tentang syaikh kami yang mulia, mujahid, pembela sunnah: Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy رحمه الله, yang mana para hutsiyyun yang busuk menembak para penjaga sunnah di matras “Masadir” Dammaj (sebelah barat laut Dammaj) dengan suatu mortir besar, yang mengakibatkan terbunuhnya syaikh kami yang mulia, mujahid, pembela sunnah: Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy dan saudara kita mujahid Abu Aman Ahmad An Najjar رحمهما الله. Kami mohon pada Alloh agar menerima amalan mereka berdua yang orang-orang yang mendahului mereka dari kalangan muslimin dan salafiyyin semuanya.
Maka dalam kesempatan ini saya mengatakan –dengan taufiq dari Alloh semata- mata-:
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ * وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ﴾ [البقرة: 154 - 157].
“Dan janganlah kalian mengatakan bahwasanya orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu adalah orang-orang mati, bahkan mereka itu hidup akan tetapi kalian tidak mengetahuinya. Dan sungguh Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan sholawat dari Robb mereka dan rohmat, dan mereka itulah orang-orang yang mengikuti petunjuk.”
Maka di dalam ayat-ayat ini ada pundi-pundi pelajaran dan petuah, di antaranya adalah: bahwasanya kehidupan dunia itu tidaklah lestari, bahkan pasti harus mengalami kematian. Alloh ta’ala berfirman:
]كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ[ [آل عمران/185]
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan hanyalah pahala kalian itu akan dicukupi pada hari Kiamat. Maka barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Jannah, maka sungguh dia itu beruntung. Dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali kesenangan yang menipu.”
Maka termasuk kematian yang paling bagus adalah kematian orang yang terbunuh di jalan Alloh. Dan dalil-dalil tentang itu banyak dan telah dikenal. Dan keutamaannya itu telah terkenal dan tersebar.
Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما berkata:
لقيني رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال لي: «يا جابر ما لي أراك منكسرا ؟» قلت: يا رسول الله استشهد أبي قتل يوم أحد وترك عيالا ودينا. قال: «أفلا أبشرك بما لقي الله به أباك ؟» قال: قلت: بلى يا رسول الله. قال: «ما كلم الله أحدا قط إلا من وراء حجاب، وأحيا أباك فكلمه كفاحاً فقال: يا عبدي تمن علي أعطك. قال: يا رب تحييني فأقتل فيك ثانية. قال الرب عز و جل: إنه قد سبق مني أنهم إليها لا يرجعون. قال: وأنزلت هذه الآية: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا﴾ الآية . (أخرجه الترمذي (3010) /حسن).
“Rosululloh صلى الله عليه وسلم berjumpa denganku seraya bertanya: “Wahai Jabir, kenapa aku lihat dirimu patah semangat?” Aku menjawab,”Wahai Rosululloh, ayahku mati syahid, terbunuh pada hari Uhud dan meninggalkan anak-anak dan utang.” Beliau bersabda: “Maukah engkau aku beri kabar gembira tentang bagaimana Alloh berjumpa dengan ayahmu?” Aku menjawab: “Tentu wahai Rosululloh.” Beliau bersabda: “Tiada seorangpun yang Alloh ajak bicara kecuali dari balik tabir. Dan Alloh menghidupkan ayahmu lalu mengajaknya bicara secara langsung tanpa tabir, seraya berfirman: “Wahai hamba-Ku, mintalah sesuatu pada-Ku niscaya Aku berkan.” Dia menjawab: “Wahai Robbku, saya minta agar Engkau menghidupkan diriku lalu saya terbunuh di jalan-Mu kali yang kedua.” Robb عز وجل berfirman: “Sungguh telah berlalu ketetapan dari-Ku bahwasanya mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.” Dan ayat ini diturunkan: “Dan janganlah kalian mengatakan bahwasanya orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu adalah orang-orang mati,“ hingga akhir ayat. (HR. At Tirmidziy (3010)/hasan).
Maka keberuntunganlah bagi para syuhada di jalan Alloh. Dari Masruq yang berkata:
سألنا عبد الله عن هذه الآية: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون﴾ [آل عمران: 169] قال: أما إنا قد سألنا عن ذلك، فقال: «أرواحهم في جوف طير خضر، لها قناديل معلقة بالعرش، تسرح من الجنة حيث شاءت، ثم تأوي إلى تلك القناديل، فاطلع إليهم ربهم اطلاعة، فقال: هل تشتهون شيئا؟ قالوا: أي شيء نشتهي ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا، ففعل ذلك بهم ثلاث مرات، فلما رأوا أنهم لن يتركوا من أن يسألوا، قالوا: يا رب، نريد أن ترد أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى، فلما رأى أن ليس لهم حاجة تركوا». (أخرجه مسلم (1887)).
"Kami bertanya pada Abdulloh –Ibnu Mas'ud- tentang ayat ini: "Maka janganlah sekali-kali engkau mengira orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu mati. Bahkan mereka itu hidup di sisi Robb mereka dalam keadaan diberi rizqi." Maka beliau menjawab: "Sungguh kami telah bertanya tentang itu, maka Nabi menjawab: "Ruh-ruh mereka ada di dalam rongga burung-burung hijau, dia punya tempat-tempat lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka pergi ke Jannah kapanpun mereka inginkan, kemudian bernaung di tempat-tempat lentera tadi. Lalu Robb mereka melongok kepada mereka seraya berfirman: "Apakah kalian menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Apa lagi yang kami inginkan sementara kami bisa pergi ke Jannah kapanpun kami inginkan?" Robb mereka melakukan itu terhadap mereka tiga kali. Manakala mereka berpandangan bahwasanya mereka tidak akan ditinggalkan sampai mereka menyampaikan suatu permintaan, merekapun berkata: "Wahai Robb kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami hingga kami bisa terbunuh di jalan-Mu pada kali yang lain." Manakala Alloh melihat bahwasanya mereka tidak punya kebutuhan, merekapun ditinggalkan." (HR. Muslim (1887)).
Dan jenazah yang terbaik adalah orang-orang dibunuh khowarij. Dari Abu Gholib yang berkata:
لَمَّا أُتِىَ بِرُءُوسِ الأَزَارِقَةِ فَنُصِبَتْ عَلَى دَرَجِ دِمَشْقَ جَاءَ أَبُو أُمَامَةَ فَلَمَّا رَآهُمْ دَمَعَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ: «كِلاَبُ النَّارِ - ثَلاَثَ مَرَّاتٍ - هَؤُلاَءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ وَخَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ الَّذِينَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ». قَالَ: فَقُلْتُ: فَمَا شَأْنُكَ دَمَعَتْ عَيْنَاكَ؟ قَالَ: رَحْمَةً لَهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ. قَالَ: قُلْنَا: أَبِرَأْيِكَ قُلْتَ هَؤُلاَءِ كِلاَبُ النَّارِ، أَوْ شَىْءٌ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: إِنِّى لَجَرِىءٌ بَلْ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ الله -صلى الله عليه وسلم- غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ ثِنْتَيْنِ وَلاَ ثَلاَثٍ. قَالَ: فَعَدَّ مِرَاراً.
“Ketika didatangkan kepala-kepala orang-orang Azariqoh lalu ditancapkan di tangga-tangga Dimasyq, datanglah Abu Umamah. Maka beliau melihat mereka, mengalirlah air mata mereka, seraya berkata: “Anjing-anjing neraka.” Sebanyak tiga kali. “Mereka adalah sejelek-jelek orang yang terbunuh di bawah kolong langit. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di bawah kolong langit adalah orang yang mereka bunuh.” Maka aku bertanya: “Lalu kenapa air mata Anda berlinang?” beliau menjawab: “Rasa kasihan kepada mereka. Sesungguhnya mereka dulunya adalah muslimin.” Kami katakan: “Apakah Anda mengucapkan bahwasanya mereka adalah anjing-anjing neraka ini dengan pendapat Anda sendiri, ataukah sesuatu yang Anda dengar dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم?” beliau menjawab: “Aku sungguh lancang jika demikian. Bahkan aku mendengarnya dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم bukan cuma sekali, atau dua kali atau tiga kali.” Beliau menghitungnya berkali-kali.” (HR. Ahmad (22314) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (482)/Darul Atsar).
Dan rofidhoh itu lebih buruk daripada khowarij.
Syaikhul Islam رحمه الله berkata tentang orang-orang yang tidak mau menaati syariat Islam: "Jika mereka adalah kelompok yang tidak mau menaati syariat Islam, mereka wajib diperangi sebagaimana orang-orang murtad diperangi, sebagaimana Ash Shiddiq dan para Shohabat memerangi pengikut Musailamah al kadzdzab. Jika mereka ada di desa-desa muslimin, mereka harus dipisah-pisah, dan disuruh tinggal di antara muslimin setelah mereka bertobat, dan diwajibkan untuk menaati syariat Islam yang wajib dijalankan oleh muslimin. Tidaklah hal ini khusus bagi Rofidhoh yang melampaui batas, bahkan ini juga berlaku bagi orang yang melampaui batas dalam mengagungkan seorang syaikh dan berkata bahwa syaikh inilah yang memberinya rizqi, atau menghapus kewajiban sholat darinya, atau bahwa syaikhnya itu lebih utama daripada Nabi, atau bahwasanya dirinya itu tidak butuh pada syariat Nabi صلى الله عليه وسلم , dan bahwasanya dia punya jalan menuju Alloh selain syariat Nabi صلى الله عليه وسلم , atau bahwasanya seorang syaikh itu bersama Nabi صلى الله عليه وسلم sebagaimana Khodhir bersama Musa. Mereka semua itu adalah orang-orang kafir yang wajib diperangi dengan kesepakatan muslimin. Demikian pula wajib membunuh satu orang dari mereka yang tertangkap. Adapun satu orang dari Khowarij dan Rowafidh yang tertangkap, telah diriwayatkan dari keduanya –yaitu Umar dan Ali- bahwasanya hukumannya adalah dibunuh juga. Para ahli fiqh meskipun berselisih tentang hukum membunuh satu orang dari mereka yang tertangkap, mereka tidak berselisih tentang wajibnya membunuh orang-orang tadi jika mereka tidak mau menaati syariat Islam, karena peperangan itu lebih luas daripada pembunuhan. Sebagaimana para perampok, pemberontak, orang yang menzholimi orang lain itu boleh diperangi, meskipun satu orang dari mereka jika tertangkap itu tidak dihukum kecuali dengan apa yang diperintahkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Ini ada nash-nash yang mutawatir dari Nabi صلى الله عليه وسلم tentang Khowarij, para ulama telah memasukkan di dalamnya, secara lafazh ataupun makna, orang yang bersifat seperti Khowarij dari kalangan ahli hawa yang keluar dari syariat Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan jamaah Muslimin. Bahkan sebagian dari mereka itu lebih buruk daripada Khowarij Haruriyyah (yang berkumpul di desa Haruro, di zaman Ali رضي الله عنه), seperti Khuromiyyah, Qoromithoh, dan Nushoiriyyah, dan setiap orang yang meyakini ada manusia yang menjadi sesembahan, atau meyakini ada selain nabi bahwasanya dia itu nabi, dan dia memerangi muslimin atas dasar itu. Maka orang semacam ini lebih buruk daripada Khowarij. Dan Nabi صلى الله عليه وسلم hanyalah menyebutkan Khowarij Haruriyyah karena mereka adalah golongan pertama dari ahli bida' yang keluar sepeninggal beliau. Bahkan orang pertama mereka telah keluar pada masa hidup beliau." ("Majmu'ul Fatawa"/28/hal. 475-476).
Bab Satu: Sekilas Tentang Kelahiran, Nasab dan Keluarga Beliau
Beliau adalah Asy Syaikh As Sunniy Al Mujahid Abu Abdillah Kamal bin Tsabit bin Qoid Al Hammudiy Al ‘Adniy, termasuk dari Ahli Bait (keturunan dari keluarga Nabi صلى الله عليه وسلم). Beliau dilahirkan di ‘Aden sekitar tahun 1397 Hijriyyah.
Dari istri beliau yang pertama, lahirlah seorang putra dan dua orang putri. Dan dari istri kedua lahirlah tiga putra dan dua putri. Faidah ini saya dapatkan dari saudara kita yang mulia, ipar beliau, Abdul Fattah Al Hudaidiy حفظه الله .
“Ya Alloh, ampunilah hamba-Mu Kamal, dan angkatlah derajatnya di mahdiyyin([1]) , dan gantikanlah untuknya pada keturunannya yang masih hidup, dan ampunilah untuk kami dan untuknya wahai Robbul ‘alamin, dan luaskanlah untuknya dalam kuburannya, dan terangilah untuknya di kuburannya.” (dicontoh dari hadits Ummi Salamah رضي الله عنها riwayat Muslim (920)/cet. Dar Ibnil Jauziy).
Bab Dua: Kerja Keras Asy Syaikh Al Mujahid Kamal Al ‘Adniy Dalam Menolong Kebenaran, dan Pujian Ulama Untuk Beliau رحمه الله
Sesungguhnya syaikh kami Al Mujahid Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy رحمه الله memiliki kerja keras yang besar dalam penelitian-penelitian yang penting, menolong kebenaran dan para pembawa kebenaran, dan membantah para pelaku kebatilan dan penyelewengan, beliau juga memiliki pengarahan yang bermanfaat untuk muslimin, dan ilmu-ilmu bermanfaat yang lain. Maka ini harus diperkenalkan pada umat. Berikut ini adalah contoh dari risalah-risalah beliau yang kami temukan, dan penilaian ulama terhadapnya dan pujian ulama untuk beliau:
1- “Tahqiq Kitab Ar Risalah Lil Imamisy Syafi’iy” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… dan sungguh telah bangkit memberikan pelayanan untuk kitab ini –Ar Risalah- Fadhilatusy Syaikh Ahmad bin Syakir رحمه الله, dan luput dari pelayanan untuk kitab yang berfaidah ini perkara-perkara yang membutuhkan tambahan yang besar, maka saudara kita yang mulia As Salafiy, pembahas yang rajin, salah seorang pelajar ilmu hadits yang agung Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka beliau mengurusi tahqiq kitab tadi dengan pengurusan yang amat tinggi, dan memberikan komentar-komentar ilmiyyah yang bagus, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan banyak memberikan manfaat dengan beliau.”
2- “Fawaid Zadil Ma’ad Li Ibnil Qoyyim” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “…di sela-sela pembacaan kami terhadap kitab “Zadul Ma’ad” karya Ibnul Qoyyim رحمه الله , dulu saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله menandai sebagian faidah-faidah penting yang kami lewati di dalam lipatan-lipatan kitab tebal yang diberkahi ini. Manakala kami selesai dari pembacaan kitab tersebut beliau mengumpulkan faidah-faidah yang serupa dan menyusunnya dengan susunan yang bagus sebagaimana yang beliau jelaskan di awal juz ini, dan mengarahkan setiap faidah pada nomor juznya dan halamannya, maka jadilah juz ini sebagai kesimpulan yang penting dari faidah lautan yang dalam ini -“Zadul Ma’ad” karya Ibnul Qoyyim رحمه الله-, … dst.”
3- “Tahqiq Wa Ta’liq ‘Ala Kitab As Sunnah Lil Imam Ibni Majah” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah melihat kerja keras saudara kita dai ilalloh, pembahas yang memberikan faidah Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy -semoga Alloh memberinya manfaat dan memberikan manfaat dengannya- , tahqiq “Muqoddimah Sunan Ibni Majah” , maka aku melihatnya mentahqiqnya dengan tahqiq yang baik, mencontoh jalan para pakar dalam menghukumi hadits-hadits dan atsar tersebut sesuai dengan haknya, … dst.”
4- “An Nibros ‘Ala Syarhil Wasithiyyah Lil Harros.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca-baca catatan kaki saudara kita yang mulia yang memberikan faidah Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله dari syarh yang berjudul: “An Nibros ‘Ala Syarhil Wasithiyyah Lil Harros”, maka aku melihatnya sebagai syarh yang berfaidah yang diambil dari kitab-kitab yang bermacam-macam sebagaimana dia itu ditetapkan dengan nomor-nomornya di bawah setiap faidah dari sumber-sumber tadi yang menambah indahnya dan bermanfaatnya “Wasithiyyah” dan syarhnya itu, maka semoga Alloh membalas saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy dengan kebaikan karena beliau mengajarkannya dan membukukannya agar banyak pelajar mengambil manfaat dengannya dengan seidzin Alloh. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq itu.”
5- “Ats Tsawabitul Manhajiyyah Ajaba ‘Anha Asy syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al Hajuriy.” (cet. Darul Kitab Was Sunnah).
6- “Nashoihul ‘Ulama Lil ‘Ulama Fi Adab Tholabil ‘Ilm.” (cet. Dar ‘Ibadurrohman)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca mayoritas dari tulisan yang dikumpulkan oleh saudara kita Asy Syaikh Kamal حفظه الله dalam risalah ini yang berjudul: “Nashoihul ‘Ulama Lil ‘Ulama” maka aku melihatnya sebagai risalah yang indah dan berfaidah yang mana saudara kita Asy Syaikh kamal –semoga Alloh memberinya faidah- mengumpulkan faidah-faidah yang banyak yang beliau keluarkan dari perut kitab-kitab, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan menolak dari kami dan dari dirinya setiap kejelekan yang perkara yang dibenci.”
7- “Laftat ‘Ala Matnil Waroqot.” (cet. Darul Atsar)
8- “Qothfat Fi Syarhil Waroqot.” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membuka-buka apa yang dikumpulkan oleh saudara kita Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy حفظه الله dari syarh beliau terhadap matan “Al Waroqot” karya Al Juwainiy رحمه الله maka aku melihatnya sebagai syarh yang memberikan manfaat, memang itulah kebiasaan dari saudara kita Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy dalam syaroh-syaroh beliau yang diambil dari kitab-kitab para pakar, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau, dan menolak dari kami dan dari dirinya setiap kejelekan yang perkara yang dibenci.”
9- “At Ta’aliqul ‘Ula ‘Alal Qowa’idil Mutsla.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah melihat apa yang ditulis oleh saudara kita yang mulia pemilik aqidah yang lurus dan akhlaq yang terpuji, penelusur yang salafiy dan memberikan faidah Kamal Al ‘Adniy حفظه الله dalam catatan kaki beliau: “At Ta’aliqul ‘Ula ‘Alal Qowa’idil Mutsla” karya Al ‘Allamah yang terkenal pembaharu besar Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin رحمه الله maka aku melihat saudara kita Kamal memberikan pelayanan yang terbimbing untuk kitab tersebut dan faidah-faidah yang pasti dari para ulama bidang ini yang terpercaya yang menambahi bagusnya kitab ini, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau.
10- “Tholabul ‘Ilm Wa Birrul Walidain.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… semoga Alloh mensyukuri saudara kita Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy atas apa yang beliau lakukan, yaitu mengumpulkan risalah yang ukurannya kecil ini tapi berfaidah dalam maknanya dan penunjukannya yang berjudul: “Tholabul ‘Ilm Wa Birrul Walidain” Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq.”
Dan pengantar Asy Syaikh Al Fadhil Abul Fida Abdurroqib Al Ibbiy حفظه الله: “… segala pujian untuk Alloh Yang memberikan taufiq pada saudara kita di jalan Alloh Kamal bin Tsabit dalam mengumpulkan risalah ini yang di dalam lipatan-lipatannya perkara yang paling penting dan urgen sekali dalam agama, yaitu dorongan untuk menuntut ilmu syar’iy yang sering dilupakan oleh mayoritas muslimin, … dst.”
11- “Al Bayan Fi ‘Adami Tsubut Ismil Muhsin Lillah عز وجل Al Maushuf Bil Ihsan.” (cet. Majalisul Huda)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca apa yang ditulis oleh saudara kita yang mulia Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله terhadap hadits yang mengandung penetapan nama Al Muhsin untuk Alloh عز وجل dari tiga Shohabat رضوان الله عليهم … -sampai pada ucapan beliau:- sebagaimana yang dijelaskan oleh saudara kita Kamal Al ‘Adniy, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat muslimin dengan beliau.”
12- “Al Indzar Bil La’n Wan Nar Liman Atan Nisa Fil Adbar” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca risalah berjudul “Al Indzar Bil La’n Wan Nar Liman Atan Nisa Fil Adbar” karya saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka aku melihat beliau telah menegakkannya dengan metode orang-orang yang cemburu, para penasihat dan orang-orang yang memperingatkan umat dari perkara yang memperburuk orang yang tertipu dengan sebagian atsar palsu dan lemah, dan ucapan-ucapan yang asing dalam masalah ini atau yang lainnya sehingga orang tadi terjatuh ke dalam perkara yang membikin Robbul ‘alamin murka. Maka yang wajib bagi seorang muslim adalah bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan memperingatkan dari perkara yang mendatangkan hukuman yang buruk. Dan semoga Alloh membalas saudara kita Asy Syaikh Kamal dengan kebaikan atas apa yang beliau kumpulkan yaitu nasihat dalam bab ini. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq, dan hanya kepada-Nya sajalah tempat kembali.”
13- “Haqoiq Wa Bayan Lima ‘Alaihi Fitnah Abdirrohman.”
14- “At Ta’mid Wat Tad’im” (nasihat beradab yang ditujukan pada Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy).
15- “Jinayat Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy ‘Alal Ushulis Salafiyyah.”
16- “At Tahqiq Wat Ta’liq ‘Ala Kitab Al Ijtihad Fi Tholabil Jihad Li Ibni Katsir.” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… maka sungguh risalah “Al Ijtihad Fi Tholabil Jihad” karya Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله adalah risalah yang ilmiyyah yang bermanfaat, sang imam tersebut memenuhinya dengan dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah di bidangnya yang penting, maka kitab tadi adalah termasuk dari risalah-risalah yang memberikan faidah yang para ulama merasa mulia dengan mengurusi risalah tadi dan mengeluarkannya untuk mengambil faidah darinya. Dan Alloh telah menetapkan kemuliaan pengurusan tadi dengan melayani risalah yang ringkas ini untuk saudara kita si penelusur yang kuat yang mulia saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka beliau menggabungkan ke dalamnya pendahuluan yang sesuai dan bagus di bidangnya, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat muslimin dengan beliau.”
17- “Madza Yanqumul Khodziluna Min Fadhilatisy Syaikh Salim Al Hilaliy?”
18- “Al Khobarul Ma’hud Fi Bayanil Maqomil Mahmud”
19- “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah.” (cet, Al Mathbu’atus Salafiyyah)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… maka sungguh aku telah membaca risalah yang berjudul “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah” karya saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka aku melihatnya sebagai risalah yang bagus di bidangnya. Semoga Alloh membalas saudara kita Kamal Al ‘Adniy dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau.”
Dan pengantar Fadhilatusy Syaikh Salim bin Id Al Hilaliy حفظه الله: “… dan sungguh saudara kita Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy telah berusaha untuk memperjelas rambu-rambu ilmu ini dalam risalah yang bagus ini: “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah” sungguh aku telah melihat-lihat di berbagai tempat yang berbeda-beda dalam risalah ini denga tergesa-gesa karena aku tidak mudah untuk membacanya secara lengkap karena banyaknya permintaan dan sedikitnya yang membantu. –sampai pada ucapan beliau- maka aku mendapati disalah ini bermanfaat di bidangnya.”
Dan risalah-risalah lain yang bermanfaat dan pembahasan-pembahasan yang memberikan faidah. Saudara kita yang mulia, ipar beliau, Abdul Fattah Al Hudaidiy حفظه الله mengabariku bahwasanya risalah Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله mencapai lima puluh judul.
Dan beliau –semoga Alloh merohmati beliau- sibuk dengan kerja kelompok untuk mentahqiq dan takhrij kitab yang agung Fathul Bari karya Ibnu Hajar رحمه الله yang ditentukan oleh Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله , dan itu menunjukkan pada kuatnya ilmu beliau.
Dan beliau telah berkorban dengan diri dan harta beliau bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh ahli Dammaj حفظهم الله dalam menolak fitnah rofidhoh hutsiyyun munafiqun yang kafir itu, yang mereka berusaha untuk menghabisi muslimin di Dammaj, dalam pemberontakan hutsiyyun keenam pada tanggal 3 Romadhon 1430 H sampai 28 Shofar 1431 H.
Kemudian beliau tegar bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh ahli Dammaj حفظهم الله ketika hutsiyyun mengepung mereka sebelum bulan Romadhon 1432 H setahap demi setahap sampai hutsiyyun mulai menontarkan peluru pada tanggal 7 Dzul Hijjah 1432 H lalu bertambah keras sampai berhenti di tanggal 1 Shofar 1433 H dalam perang ketujuh ini lebih keras dan lebih banyak korbannya daripada yang keenam. Maka tentara Ar Rohman kokoh di hadapan tentara setan, seakan-akan mereka berkata: “Kamilah gunung jika tidak ada lagi gunung yang tersisa.”
Kemudian datang lagi pengepungan di akhir-akhir bulan Dzul Qo’dah 1434 H sampai sekarang dengan makar dan tipu daya yang lebih besar yang dengannya akal orang-orang kebingungan dan dan banyak pemimpin masyarakat yang goncang karena mengerikannya kondisi pihak yang mendorong para hutsiyyun yang kafir itu. Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾ [آل عمران: 175]،
“Hanyalah yang demikian itu adalah setan yang menakut-nakuti kalian dengan para walinya. Maka janganlah engkau takut pada mereka, dan takutlah kalian hanya kepadaku jika kalian adalah orang-orang yang beriman.”
﴿وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ * فَلَا تَحْسَبَنَّ الله مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ الله عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ﴾ [إبراهيم: 46، 47].
“Dan mereka telah membikin tipu daya mereka, dan di sisi Allohlah tipu daya mereka sekalipun tipu daya mereka itu untuk menghilangkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau mengira bawasanya Alloh akan menyelisihi janji-Nya pada para Rosul-Nya, sesungguhnya Alloh itu Maha Perkasa lagi memiliki pembalasan.”
Sungguh Asy Syaikh Kamal telah bersabar bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh masyayikh Darul Hadits di Dammaj dan para pelajar yang berbakti dan seluruh masyarakat Dammaj حفظهم الله terhadap ujian-ujian ini semuanya –dengan taufiq Alloh semata-, dan semoga Alloh menjadikan mereka termasuk dalam rombongan orang-orang yang beruntung:
﴿مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا * لِيَجْزِيَ الله الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا﴾.[الأحزاب/23، 24]
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), supaya Alloh memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tidaklah bisa suatu jiwa itu mati kecuali dengan seidzin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Dan kematian seorang sunniy di jalan Alloh sebagai singa yang pemberani itu adalah kematian yang pantas diirikan, seakan-akan dia berkata sebagaimana ucapan Harom bin Milhan رضي الله عنه ketika beliau di jalan Alloh maka ada orang yang mendatanginya dari arah belakangnya lalu menusuknya dengan tombak sampai tembus, maka dia berkata:
الله أكبر فزت ورب الكعبة.
“Alloh maha besar, aku beruntung, demi Robb Ka’bah.” (HR. Al Bukhoriy (4091) dan Muslim (677) dari Anas رضي الله عنه).
Maka wahai para musuh, kami katakan pada kalian sebagaimana yang diperintahkan oleh Robb kami جل ذكره:
﴿قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ﴾ [التوبة: 52].
“Katakanlah: tidaklah kalian menanti-nanti untuk kami kecuali dua kebaikan. Dan kami menanti-nanti untuk kalian bahwasanya Alloh menimpakan untuk kalian siksaan dari sisi-Nya atau dengan tangan-tangan kami. Maka tunggulah karena sesungguhnya kami menanti-nanti bersama kalian.”
Dan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله memiliki kecemburuan yang kuat untuk agamanya, sebagaimana itu diketahui di dalam risalah-risalah beliau dan ucapan-ucapan dan nasihat-nasihat beliau. Kami mengira beliau demikian, dan Alloh sajalah yang menilainya. Dan kami tidak mensucikan seseorang atas nama Alloh. Dan kcemburuan yang syar’iy itu adalah asal dari jihad di jalan Alloh.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan kecemburuan ini adalah asal dari jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Kecemburuan inilah yang membawa orang untuk berbuat itu. Jika kecemburuan tadi hilang dari hati maka dia tidak akan berjihad dan tidak akan memerintahkan yang ma’ruf, dan tidak melarang dari kemunkaran, karena yang mendatangkan amalan-amalan tadi adalah kecemburuan dari orang itu untuk Robbnya. Oleh karena itulah Alloh سبحانه وتعالى menjadikan alamat kecintaan-Nya dan tanda amalan yang dicintai-Nya, maka Alloh ta’ala berfirman:
﴿يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم يحبهم ويحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله واسع عليم﴾.
“Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa murtad dari agamanya dari antara kalian, maka niscaya Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh cintai mereka dan mereka mencintai Alloh, mereka lemah lembut pada mukminin dank eras terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Alloh dan tidak takut celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalah karunia Alloh yang diberikan-Nya pada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh itu Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
(“Roudhotul Muhibbin”/hal. 274).
Maka sebagaimana jihad di jalan Alloh adalah sebab ketinggian derajat dan kemuliaan, saya berharap Alloh menjadikan syaikh kami Kamal Al ‘Adniy رحمه الله termasuk dari pemilik kemuliaan dan ketinggian itu.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan orang yang paling mulia dan paling tinggi nilai dan semangatnya adalah orang yang paling keras kecemburuannya terhadap dirinya, keluarganya dan keumuman manusia. Oleh karena itulah Nabi menjadi makhluk yang paling kuat kecemburuannya terhadap umat ini, dan Alloh سبحانه lebih keras kecemburuan-Nya daripada beliau, sebagaimana telah pasti dalam “Shohih” dari beliau bahwasanya beliau bersabda:
«أتعجبون من غيرة سعد لأنا أغير منه والله أغير مني»
“Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sungguh aku lebih cemburu daripada dia, dan Alloh lebih cemburu daripada aku.”
Dan dalam “Shohih” juga bahwasanya beliau bersabda dalam khuthbah gerhana:
«يا أمة محمد ما أحد أغير من الله أن يزني عبده أو تزني أمته»
“Wahai umat Muhammad, tiada satupun yang lebih cemburu daripada Alloh untuk hamba laki-laki-Nya berzina atau hamba perempuan-Nya berzina.”
Dan dalam “Shohih” juga bahwasanya beliau bersabda:
«لا أحد أغير من الله من أجل ذلك حرم الفواحش ما ظهر منها وما بطن ولا أحد أحب إليه العذر من الله من أجل ذلك أرسل الرسل مبشرين ومنذرين ولا أحد أحب إليه المدح من الله من أجل ذلك أثنى على نفسه»
“Tiada satupun yang lebih cemburu daripada Alloh, oleh karena itulah Dia mengharomkan kekejian yang nampak dan tidak nampak. Dan tiada satupun yang lebih menyukai udzur daripada Alloh, oleh karena itulah Dia mengutus para Rosul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan tiada satupun yang lebih menyukai pujian daripada Alloh, oleh karena itulah Dia memuji diri-Nya sendiri.”
Maka Alloh mengumpulkan dalam hadits ini antara kecemburuan yang asalnya adalah kebencian terhadap keburukan-keburukan dan kecintaan kepada udzur yang mengharuskan pada kesempurnaan keadilan, rohmah dan ihsan. Dan Alloh سبحانه bersamaan dengan kerasnya kecemburuan-Nya Dia senang agar hamba-Nya mengemukakan udzur pada-Nya, dan Dia menerima udzur dari orang yang mengemukakan udzur pada-Nya, dan bahwasanya Dia tidak menyiksa hamba-Nya dengan perbuatan dia melanggar perkara yang membikin-Nya cemburu sampai Dia memberikan kesempatan udzur pada mereka. Oleh karena itulah Dia mengutus para Rosul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya dalam rangka memberikan kesempatan udzur dan menyampaikan peringatan. Dan ini adalah puncak kemuliaan dan ihsan, dan puncak kesempurnaan, karena sesungguhnya banyak makhluk yang keras kecemburuannya itu kecemburuannya tadi membawanya untuk segera menghukum dan menimpakan hukuman tanpa memberikan kesempatan udzur dan tanpa mau menerima udzur dari orang yang mengemukakan udzur padanya, padahal bisa jadi pada hakikatnya orang tadi punya udzur, akan tetapi kerasnya kecemburuan dia tadi tidak membiarkannya untuk menerima udzur.
Dan kebanyakan dari orang yang menerima udzur-udzur itu dia menerimanya itu karena kecilnya kecemburuan sehingga dia berlapang-lapang dalam jalur udzur-udzur dan memandang sesuatu yang sebenarnya bukan udzur sebagai udzur sampai banyak dari mereka memberikan udzur dengan udzur tadi.”
(selesai dari “Al Jawabul Kafi”/hal. 106-108/cet. Dar Ibnil Jauziy).
Tiada keraguan bahwasanya manusia itu bisa benar dan bisa keliru, punya ilmu dan punya kebodohan, dan setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa pula ditolak, kecuali Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Akan tetapi yang demikian itu bukanlah menjadi sebab untuk mencerca Asy syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله. Beliau itu sudah bersungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran dan berupaya menetapi perkara yang betul, dan menerima nasihat yang benar.
Al Imam Adz Dzahabiy رحمه الله berkata: “Dan bukanlah termasuk dari syarat orang alim itu bahwasanya dia itu tidak keliru.” (“Siyar A’lamin Nubala”/19/hal. 339).
Bab Tiga: Penjagaan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy Terhadap Sanad Riwayat Nabawiyyah
Termasuk yang menunjukkan kuatnya perhatian syaikh kami Kamal Al ‘Adaniy رحمه الله dalam menjaga sanad riwayat nabawiyyah adalah ucapannya dalam “Tahqiq Wa Ta’liq ‘Ala Kitab As Sunnah Lil Imam Ibni Majah” (hal. 30-32) di bawah judul: “Sanadku dalam riwayat Sunanil Imam Ibni Majah رحمه الله.”
“Sesungguhnya aku meriwayatkan “Sunan” ini dengan ijazah dari Fadhilatul ‘Allamah Syaikh dari Masyayikh kita Yahya bin Utsman Al Hindiy, semoga Alloh memberinya pahala dan memperbaiki akhir hidupnya, dan semoga Alloh memperpanjang umurnya dalam ketaatan pada-Nya, …” lalu beliau menyebutkan sanad sampai ke Al Imam Ibnu Majah.
Bab Empat: Obat Panasnya Musibah
Tiap orang pasti akan mati, akan tetapi Alloh memilih untuk sebagian wali-Nya kematian di sebagian keadaan untuk mengangkat mereka dengan itu kepada derajat-derajat yang tinggi yang disediakan-Nya untuk mereka.
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«بينما رجل يمشى بطريق وجد غصن شوك على الطريق فأخره فشكر الله له فغفر له». وقال: «الشهداء خمسة المطعون، والمبطون، والغرق، وصاحب الهدم، والشهيد في سبيل الله عز وجل». (أخرجه البخاري (652) ومسلم (5049)).
“Suatu ketika ada seseorang yang berjalan di suatu jalan, lalu dia mendapati dahan berduri di jalan tadi, maka dia menyingkirkannya, maka Alloh bersyukur padanya lalu mengampuninya.” Juga bersabda: “Para syuhada itu ada lima macam: orang yang mati terkena tho’un, mati terkena sakit perut, mati tenggelam, mati tertimpa runtuhan, dan mati syahid di jalan Alloh عز وجل.” (HR. Al Bukhoriy (652) dan Muslim (5049)).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan jika Alloh menenggelamkan para wali-Nya dan orang-orang yang taat pada-Nya maka hal itu adalah suatu sebab yang dia pancangkan untuk kematian mereka dan membebaskan mereka dari dunia dan sampai pada negri kemuliaan-Nya dan tempat kedekatan-Nya. Memang harus ada kematian. Maka Alloh memilihkan untuk mereka kematian yang paling sempurna dan paling bermanfaat untuk mereka di akhirat mereka untuk menyampaikan mereka pada derajat-derajat yang tinggi yang tidak bisa dicapai kecuali dengan sebab-sebab yang Alloh pancangkan itu, untuk menyampaikannya seperti seluruh sebab-sebab yang ada menyampaikan pada akibat-akibatnya.” (“Miftah Daris Sa’adah”/2/hal. 80).
Tiada keraguan bahwasanya hati bersedih dan mata berlinang dengan perpisahan ini, dan kami tidak berkata kecuali apa yang membikin ridho Robb kami عز وجل. Dari Anas رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda –ketika Ibrohim sang putra meninggal-:
«إن العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضى ربنا وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون». (أخرجه البخاري (1303) ومسلم (2315)).
“Sesungguhnya mata berlinang, dan hati bersedih, dan kami tidak berkata kecuali apa yang membikin ridho Robb kami. Dan sungguh kami benar-benar sedih dengan perpisahanmu wahai Ibrohim.” (HR. Al Bukhoriy (1303) dan Muslim (2315)).
Kemudian sesungguhnya musibah ini punya rasa panas, seorang hamba butuh pengobatannya.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Pasal dalam petunjuk beliau صلى الله عليه وسلم dalam mengobati panasnya musibah dan kesedihannya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وبشر الصابرين * الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون * أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون﴾ [البقرة : 155].
“Dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan sholawat dari Robb mereka dan rohmat, dan mereka itulah orang-orang yang mengikuti petunjuk.”
Dan di dalam Al Musnad dari beliau صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda:
«ما من أحد تصيبه مصيبة فيقول : إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أجاره الله في مصيبته وأخلف له خيرا منها».
“Tiada seorangpun yang tertimpa musibah lalu dia berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Alloh berilah saya pahala dalam musibah saya dan berilah saya ganti yang lebih baik daripadanya” kecuali pasti Alloh akan memberinya pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya.”
Dan kalimat ini adalah termasuk obat yang paling tandas bagi orang yang terkena musibah dan paling bermanfaat untuknya di dunianya dan akhiratnya, karena kalimat ini mengandung dua prinsip yang agung jika sang hamba mengetahuinya dengan pasti, menjadi terhiburlah dia dari musibahnya.
Yang pertama adalah: bahwasanya hamba, keluarganya dan hartanya adalah milik Alloh عز وجل secara hakiki, dan Alloh telah menjadikannya sebagai titipan di sisi sang hamba. Maka jika Alloh mengambilnya darinya maka Dia itu bagaikan orang yang meminjamkan lalu mengambil kembali barangnya dari orang yang meminjam. Dan juga sesungguhnya dia itu terlingkupi dengan dua ketidakadaan: ketidakadaan sebelum itu, dan ketidakadaan setelah itu. Dan barang milik sang hamba itu adalah sekedar kesenangan yang dipinjamkan di masa yang pendek.
Dan juga sungguh dia itu bukanlah yang mengadakan barang itu sendiri dari ketidakadaan sampai barang itu menjadi miliknya secara hakiki, dan bukan pula dia yang menjaga barang tadi dari berbagai penyakit setelah barang tadi ada. Dan bukan pula dirinya yang menjadikan barang tadi lestari keberadaannya. Maka dia itu tidak punya pengaruh ataupun kepemilikan secara hakiki.
Dan juga dia itu adalah sekedar pengatur terhadap barang tadi dengan perintah, bagaikan pengaturan seorang hamba yang diperintah dan dilarang, bukan pengaturan yang dilakukan seorang tuan, oleh karena itulah tidak boleh baginya untuk mengelola barang tadi kecuali dengan apa yang mencocoki perintah pemiliknya yang hakiki.
Yang kedua: bahwasanya tempat kembalinya sang hamba adalah kepada Alloh Tuannya yang benar, dan tidak bisa tidak dia harus meninggalkan dunia di belakang punggungnya dan mendatangi Robbnya sendirian sebagaimana Dia meciptakannya pada kali yang pertama tanpa keluarga, tanpa harta dan tanpa kerabat, akan tetapi dengan kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan.
Maka jika inilah permulaan sang hamba dan apa yang Alloh berikan dan penghujungnya, maka bagaimana dia bergembira dengan apa yang ada, atau berputus asa terhadap apa yang hilang. Maka jika dia berpikir tentang permulaan dan kembalinya dirinya maka itu adalah termasuk obat yang paling besar untuk penyakit tadi.
Dan termasuk dari obatnya adalah hendaknya dia tahu dengan ilmu yaqin bahwasanya apa yang menimpanya itu tidak akan luput darinya, dan apa yang luput darinya tidak akan menimpanya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها إن ذلك على الله يسير * لكي لا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم والله لا يحب كل مختال فخور﴾ [ الحديد : 22]
“Tidaklah suatu musibah itu menimpa di bumi ataupun menimpa kalian kecuali ada di dalam suatu kitab sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Alloh. Itu agar kalian tidak putus asa atas apa yang luput dari kalian dan kalian tidak berbangga dengan apa yang Alloh berikan pada kalian. Dan Alloh tidak suka setiap orang angkuh lagi menyombongkan diri.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia melihat apa yang menimpa dirinya, niscaya dia mendapati Robbnya telah menyisakan untuknya yang semisal itu atau lebih bagus dari itu dan menyimpan untuknya –jika dia sabar dan ridho- yang lebih besar dan berliat-lipat daripada jika musibah tadi luput darinya. Dan Alloh itu andaikata menghendaki niscaya bisa menjadikan musibah tadi lebih besar daripada musibah yang tersebut.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia memadamkan api musibahnya dengan dinginnya meneladani orang-orang yang terkena musibah. Dan hendaknya dia mengetahui bahwasanya: “Di setiap lembah itu ada Bani Sa’d.” Dan hendaknya dia melihat ke kanan: bukankah dia tidak akan melihat kecuali adanya ujian? Kemudian hendaknya dia melihat ke kiri: bukankah dia tidak akan melihat kecuali adanya penyesalan? Dan andaikata dia memeriksa alam ini tidaklah dia melihat di kalangan mereka kecuali orang yang terkena ujian, bisa jadi ujian itu berupa luputnya perkara yang disukai, bisa jadi berupa dihasilkannya perkara yang dibenci.
Dan bahwasanya kejelekan-kejelekan dunia itu adalah bagaikan mimpi di dalam tidur, atau bagaikan naungan yang akan segera hilang. Jika dunia itu membikin tertawa sedikit, dia akan membikin banyak menangis. Jika dia menyenangkan sehari, dia akan membikin susah di masa yang panjang. Dan jika dunia itu memberikan sedikit kesenangan, dia akan menghalangi selama masa yang panjang. Dan tidaklah dunia itu memenuhi suatu rumah dengan kebaikan kecuali akan memenuhinya dengan pelajaran. Dan tidaklah menyenangkannya sehari kecuali akan menyimpan untuknya hari kejelekan.
Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata:
لكل فرحة ترحة وما ملئ بيت فرحا إلا ملئ ترحا
“Setiap kegembiraan itu punya kesedihan. Dan tidaklah suatu rumah itu dipenuhi dengan kegembiraan kecuali akan dipenuhi dengan kesedihan.”
Ibnu Sirin berkata: “Tiada ketertawaan sedikitpun kecuali setelah itu adalah tangisan.”
Hind bintin Nu’man berkata: “Sungguh aku telah melihat dalam kondisi kami termasuk orang yang paling mulia dan paling kuat kekuasaannya, lalu tidaklah matahari terbenam sampai aku melihat dalam kondisi kami adalah orang yang paling sedikit. Dan bahwasanya wajib bagi Alloh untuk tidaklah Dia itu memenuhi suatu rumah dengan kebaikan kecuali akan memenuhinya dengan pelajaran.”
Dan seseorang memintanya untuk menceritakan kisah dirinya, maka dia menjawab: “Kami masuk di waktu pagi dalam keadaan tiada seorang Arabpun kecuali dia mengharapkan kami. Lalu kami masuk di waktu sore dalam keadaan tiada seorang Arabpun kecuali dia mengasihani kami.”
Dan pernah suatu hari saudarinya, Huroqoh bintin Nu’man, menangis dalam keadaan dia di masa kejayaannya. Maka Hind bertanya padanya: “Apa yang membikinmu menangis? Barangkali ada orang yang menyakitimu?” Dia menjawab: “Bukan, akan tetapi aku melihat kelapangan hidup di keluargaku. Dan jarang sekali suatu rumah penuh dengan kesenangan kecuali akan penuh dengan kesedihan.”
Ishaq bin Tholhah: “Aku pernah masuk menemui Hind pada suatu hari, maka aku bertanya padanya: “Bagaimana engkau melihat pelajaran raja-raja?” maka dia menjawab: “Kondisi kami hari ini lebih baik daripada kondisi kami kemarin. Sungguh kami dapati dalam kitab-kitab bahwasanya tidaklah suatu keluarga hidup dengan kebaikan kecuali akan mereka akan disusuli setelah itu dengan pelajaran. Dan bahwasanya zaman itu tidaklah menampakkan untuk suatu kaum dengan perkara yang mereka senangi sehari saja kecuali zaman tadi menyembunyikan untuk mereka satu hari yang mereka benci.”
Lalu Hind berkata:
( فبينا نسوس الناس والأمر أمرنا ... إذا نحن فيهم سوقة نتنصف )
( فأف لدنيا لا يدوم نعيمها ... تقلب تارات بنا وتصرف )
“Sementara kami memimpin manusia dan kekuasaan adalah di tangan kami, tiba-tiba saja kami di tengah-tengah mereka menjadi orang pasar.
Aku jengkel dengan dunia, kenikmatannya tidak lestari, berbolak-balik berulang kali terhadap kami dan berpaling.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya keluh kesah itu tidak bisa menolak musibah, bahkan melipatgandakannya, dan itu pada hakikatnya adalah pertambahan penyakit.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya hilangnya pahala kesabaran dan pahala kepasrahan –yaitu sholawat, rohmat dan hidayah yang dijaminkan Alloh pada kesabaran dan istirja’ (ucapan: inna lillah …) itu lebih besar daripada musibah tadi secara hakiki.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya keluh kesah dia itu membikin musuhnya senang, membikin sedih sahabatnya, membikin marah Robbnya, membikin senang setannya, dan menggugurkan pahalanya serta melemahkan dirinya. Jika dia bersabar dan mengharapkan pahala dia berhasil memotong setan dan menolaknya dalam keadaan setan tadi hina, membikin ridho Robbnya, membikin senang sahabatnya, dan membikin susah musuhnya, memikul kesedihan saudara-saudaranya dan menghibur mereka sebelum mereka menghibur dirinya. Maka inilah kekokohan dan kesempurnaan yang agung, bukannya memukul pipi, merobek krah baju, doa dengan kecelakaan dan kebinasaan dan kemarahan pada yang ditakdirkan.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya akibat yang menyusuli kesabaran dan mengharapkan pahala, yang berupa keledzatan dan kesenangan itu berlipat-lipat daripada yang dihasilkan oleh kesenangan yang ada andaikata musibah tadi tidak terjadi dan barang tadi tetap ada di sisinya. Dan cukuplah baginya Baitul Hamd (rumah pujian di Jannah) yang dibangunkan untuknya di Jannah dikarenakan dia memuji Robbnya dan beristirja’. Maka hendaknya dia melihat: musibah manakah yang lebih besar: musibah yang disegerakan ataukah musibah luputnya Baitul Hamd di Jannah yang kekal?
Dalam “Sunan At Tirmidziy” dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«يود ناس يوم القيامة أن جلودهم كانت تقرض بالمقاريض في الدنيا لما يرون من ثواب أهل البلاء»
“Ada orang-orang yang pada hari Kiamat ingin sekali kulit mereka digunting dengan gunting-gunting di dunia dikarena mereka melihat pahala dari orang-orang yang mendapatkan ujian.”
Sebagian Salaf berkata: “Andaikata bukan karena musibah-musibah di dunia niscaya kita datang pada hari Kiamat sebagai orang-orang yang bangkrut.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia menghibur hatinya dengan hiburan harapan adanya ganti pemberian dari Alloh, karena segala sesuatu itu punya ganti kecuali Alloh. Tiada ganti jika Alloh disia-siakan. Sebagaimana dikatakan:
( من كل شئ إذا ضيعته عوض ... وما من الله إن ضيعته عوض )
“Segala sesuatu itu ada gantinya jika engkau hilangkan, adapun yang dari Alloh jika engkau hilangkan maka tiada gantinya.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya bagiannya dari musibah itu adalah apa yang dihasilkan dari musibah tadi untuknya. Maka barangsiapa ridho maka dia akan mendapatkan ridho, dan barangsiapa murka maka dia akan mendapatkan kemurkaan. Maka bagianmu adalah apa yang dihasilkan dari musibah itu untukmu. Maka pilihlah bagian yang terbaik atau yang terjelek.
Maka jika musibah tadi menghasilkan untuknya kemurkaan dan kekufuran dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang binasa. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya keluh kesah dan bermudah-mudah dalam meninggalkan kewajiban dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang meremehkan kewajiban. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya keluhan dan tidak bersabar dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang tertipu. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya bantahan terhadap Alloh dan celaan terhadap hikmah-Nya maka sungguh dia telah mengetuk pintu zandaqoh (nifaq I’tiqodiy). Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya kesabaran dan kekokohan untuk Alloh, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang bersabar. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya ridho pada Alloh, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang ridho. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya pujian dan syukur, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang bersyukur, dan dia ada di bawah bendera Al Hamd bersama-sama orang-orang yang banyak memuji. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya rasa cinta dan kerinduan untuk berjumpa dengan Robbnya, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang cinta dan ikhlas.
Dan dalam Musnad Al Imam Ahmad dan At Tirmidziy dari hadits Mahmud bin Labid dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«إن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضى ومن سخط فله السخط»
“Sesungguhnya Alloh jika mencintai suatu kaum Alloh akan mengujinya, maka barangsiapa ridho maka dia akan mendapatkan ridho, dan barangsiapa murka maka dia akan mendapatkan murka.”
Al Imam Ahmad menambahkan:
«ومن جزع فله الجزع»
“Dan barangsiapa berkeluh kesah maka dia akan mendapatkan keluh kesah.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya sekalipun dirinya mencapai puncak keluh kesah, maka akhir dari urusannya adalah kesabaran yang terpaksa, dan dia tidak terpuji dan tidak mendapatkan pahala.
Sebagian orang yang bijaksana berkata: “Orang yang berakal berbuat di awal musibah apa yang diperbuat oleh orang bodoh beberapa hari kemudian. Dan barangsiapa tidak bersabar dengan kesabaran orang-orang yang mulia, dia akan menghibur diri dengan cara menghibur dirinya binatang ternak.”
Dan dalam hadits Shohih dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«الصبر عند الصدمة الأولى»
“Kesabaran yang terpandang itu adalah kesabaran ketika benturan yang pertama.”
Al Asy’ats bin Qois berkata: “Sesungguhnya engkau jika bersabar dengan keimanan dan mengharapkan pahala, (maka itulah yang terpandang). Jika tidak demikian, maka engkau akan menghibur diri dengan cara menghibur dirinya binatang ternak (kesabarannya itu terpaksa).”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya obat yang paling bermanfaat untuknya adalah mencocoki Robbnya dan Ilahnya dalam perkara yang Dia cintai dan Dia ridhoi untuknya, dan bahwasanya kekhususan rasa cinta dan rahasianya adalah: mencocoki Dzat Yang dicintainya. Maka barangsiapa mengaku-aku cinta pada Dzat Yang dicintai lalu dia murka pada apa yang Dia cintai dan mencintai apa yang Dia murkai, maka sungguh dia telah bersaksi terhadap dirinya sendiri dengan kedustaan dirinya dan bahwasanya dia murka pada Dzat Yang dicintainya.
Abud Darda berkata: “Bahwasanya Alloh jika menetapkan suatu ketetapan, Dia senang untuk ridhoi.”
Imron bin Hushoin berkata dalam sakitnya: “Perkara yang paling aku sukai adalah perkara yang paling Dia cintai.”
Demikian pula ucapan Abul Aliyah.
Dan ini adalah obat, tidaklah obat tadi berlaku kecuali pada orang-orang yang cinta pada Alloh. Dan tidak mungkin setiap orang bisa berobat dengannya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia menimbang di antara keledzatan dan kesenangan yang paling besar dan paling lestari: keledzatan kesenangannya dengan barang yang dia tertimpa musibah dengan hilangnya barang tadi, dan keledzatan kesenangannya dengan pahala Alloh untuknya. Jika jelas baginya mana yang lebih utama lalu dia lebih mendahulukan yang lebih utama itu, maka hendaknya dia memuji Alloh atas taufiq-Nya.
Tapi jika dia lebih mengutamakan yang kurang utama dari segala sisi, maka hendaknya dia mengetahui bahwasanya musibah yang ada pada akalnya, hatinya dan agamanya itu lebih besar daripada musibah yang menimpa dunianya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya yang memberikan musibah padanya adalah Dzat Yang paling menempatkan sesuatu pada tempatnya dan Dzat Yang paling penyayang, dan bahwasanya Dia Yang Mahasuci tidaklah mengirimkan ujian padanya untuk membinasakannya dan tidak pula untuk menyiksanya dan bukan pula untuk menghabisinya. Akan tetapi Dia itu mengujinya dengan suatu kehilangan untuk menguji kesabarannya dan keridhoannya pada-Nya serta keimanannya, dan untuk mendengar kerundukannya pada-Nya, doanya, dan untuk melihat dirinya terpuruk di pintu-Nya dalam keadaan bernaung di sisi-Nya dalam keadaan patah hati di hadapan diri-Nya dalam keadaan mengangkat kisah-kisah keluhan pada-Nya.
Asy Syaikh Abdul Qodir berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya musibah itu tidaklah datang untuk membinasakanmu. Musibah itu hanyalah datang untuk menguji kesabaranmu dan keimananmu. Wahai anakku, taqdir itu bagaikan binatang buas, dan binatang buas tidak memakan bangkai.”
Maksudku adalah: bahwasanya musibah itu bagaikan perapian seorang hamba yang mencairkan hasilnya. Maka bisa jadi dia mengeluarkan emas merah, dan bisa jadi dia mengeluarkan kotoran semuanya sebagaimana dikatakan:
( سبكناه ونحسبه لجينا ... فأبدى الكير عن خبث الحديد )
“Kami meleburkannya dan kami kira dia itu campuran, maka perapian itu menampakkan kotoran besi.”
Jika perapian ini tidak bermanfaat baginya di dunia, maka di hadapan dia akan ada perapian terbesar (neraka). Jika sang hamba mengetahui bahwasanya dimasukkannya dirinya ke dalam perapian dunia dan peleburannya itu lebih baik baginya daripada perapian dan peleburan akhirat, dan bahwasanya memang harus masuk ke salah satu perapian, maka hendaknya dia mengetahui kadar nikmat Alloh padanya dalam perapian yang disegerakan ini.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya andaikata bukan karena ujian-ujian dunia dan musibah-musibahnya niscaya sang hamba tertimpa penyakit sombong, kagum pada diri sendiri, penyakit fir’aun dan kekakuan hati –yang mana itu adalah sebab kebinasaan dirinya di dunia dan akhirat-. Maka termasuk dari rohmat dari Dzat Yang paling penyayang bahwasanya Dirinya terkadang mengurusi dirinya dengan obat-obat musibah yang menjadi perlindungan untuknya dari penyakit-penyakit ini, dan menjadi penjagaan untuk kesehatan ibadahnya, dan mengeluarkan dari dirinya bahan-bahan yang rusak dan buruk yang membinasakan. Maka Mahasuci Dzat Yang merohmati dengan ujian-Nya dan mengujinya dengan kenikmatan-kenikmatan-Nya, sebagaimana dikatakan:
( قد ينعم بالبلوى وإن عظمت ... ويبتلي الله بعض القوم بالنعم )
“Alloh terkadang memberikan nikmat dengan ujian sekalipun ujian tadi besar. Dan Alloh menguji sebagian kaum dengan nikmat-nikmat.”
Andaikata bukan karena Alloh Yang Mahasuci mengobati para hamba-Nya dengan obat-obat ujian dan musibah niscaya mereka bersikap melampaui batas, menzholimi dan bersikap jahat. Dan Alloh Yang Mahasuci jika menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya Dia akan meminumkan padanya obat dari musibah dan ujian-ujian sesuai dengan kadar kondisinya yang dengannya Dia mengeluarkan penyakit-penyakit yang membinasakan, sampai apabila Dia merapikannya dan membersihkannya dan menjernihkannya, Dia menjadikannya pantas untuk mendapatkan kedudukan yang paling mulia di dunia yaitu ubudiyyah-Nya, dan pahala yang paling tinggi di akhirat melihat-Nya dan kedekatan dengan-Nya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya pahitnya dunia adalah manisnya akhirat itu sendiri, Alloh Yang Mahasuci membaliknya seperti itu. Dan manisnya dunia adalah pahitnya akhirat itu sendiri. Dan berpindahnya dia dari rasa pahit yang terputus kepada rasa manis yang abadi itu benar-benar lebih baik untuknya daripada kebalikannya. Jika perkara ini tersamarkan darimu, maka perhatikanlah sabda Nabi yang benar dan dibenarkan:
«حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات».
“Jannah itu diliputi dengan perkara yang dibenci, dan neraka itu diliputi dengan syahwat-syahwat.”
Dan di dalam posisi ini akal-akal para makhluk bertingkat-tingkat, dan nampaklah hakikat-hakikat para tokoh. Kebanyakan dari mereka lebih mengutamakan rasa manis yang terputus daripada rasa manis yang abadi yang tidak akan hilang. Dan kebanyakan mereka tidak kuat memikul rasa pahit sesaat demi para manis yang abadi, dan tidak kuat memikul kehinaan sesaat demi kemuliaan yang abadi, serta tidak kuat memikul ujian sesaat demi kesejahteraan yang abadi, karena perkara yang ada sekarang ini menurut dia adalah sesuatu yang bisa disaksikan, sementara perkara yang ditunggu menurutnya adalah sesuatu yang tidak ada. Sementara itu keimanannya lemah dan kekuasaan syahwat sebagai raja, maka terlahirkanlah dari itu sikap lebih mengutamakan dunia dan menolak akhirat. Dan ini adalah keadaan pandangan yang tertuju pada lahiriyyah perkara, awal urusan dan permulaannya. Adapun pandangan yang menembus dan merobek tirai-tirai dunia dan melampauinya sampai ke akibat dan tujuan, maka nilainya itu lain.
Maka serulah dirimu kepada apa yang dijanjikan Alloh untuk para wali-Nya dan orang-orang yang taat kepada-Nya, yang berupa kesenangan yang lestari dan kebahagiaan yang abadi serta keberuntungan yang terbesar. Dan ajaklah untuk melihat kepada apa yang Alloh sediakan untuk para pengangguran dan orang yang suka menyia-nyiakan, yang berupa kehinaan, hukuman dan penyesalan yang abadi, lalu pilihlah mana dari dua jenis tadi yang lebih layak untukmu. Dan setiap orang beramal sesuai dengan jalannya. Dan setiap orang akan condong pada apa yang mencocoki dirinya dan apa yang lebih utama bagi dirinya.
Dan janganlah engkau menganggap obat ini terlalu panjang, karena kerasnya kebutuhan padanya dari kalangan dokter dan pasien butuh pada penjabarannya. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sematalah taufiq itu.
(selesai dari “Zadul Ma’ad”/4/hal. 173/cet. Ar Risalah).
Saya sampai pada baris ini satu jam sebelum tengah malam, dalam keadaan rofidhoh di gunung Shoma’at memutar kaset ceramah setan mereka, lalu menyusulinya dengan lagu-lagu mereka dengan suara keras memenuhi lembah Dammaj. Semoga Alloh memerangi mereka.
Bab Lima: Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله
Ini adalah Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ... أما بعد :
Alloh عز وجل berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia:
﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, kemudian hanya kepada Kami sajalah kalian kembali.”
Dan Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
﴿لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ﴾
“Setiap ajal itu punya ketetapan.”
Dan berfirman:
﴿وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَاباً مُؤَجَّلاً﴾
“Dan tidaklah boleh bagi suatu jiwa kecuali dengan seidzin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”
Dan dalam hadits dari Ummud Darda dari Abud Darda dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang bersabda:
«إِنَّ الله تَعَالَى فَرَغَ إِلَى كُلِّ عَبْدٍ مِنْ خَلْقِهِ مِنْ خَمْسٍ مِنْ أَجَلِهِ وَمِنْ عَمَلِهِ وَمِنْ رِزْقِهِ وَمِنْ أَثَرِهِ وَمِنْ مَضْجَعِهِ» ..
“Sesungguhnya Alloh ta’ala telah selesai pada setiap hamba dari penciptaannya pada lima perkara: pada ajalnya, pada amalannya, pada rizqinya, pada jejaknya, dan pada tempat kematiannya.”
Maka termasuk dari bab ini sesungguhnya aku menghibur diriku, syaikhku, dan seluruh Ahlussunnah di dalam Yaman dan luar Yaman dengan wafatnya saudara kami Asy Syaikh yang mulia yang berjihad dengan tangannya, lidahnya dan tombaknya sampai terbunuh sebagai syahid –sebatas yang kami duga, dan Alloh sajalah yang menilainya- pada hari Ahad tanggal lima belas Dzul Hijjah yang suci tahun 1434 Hijriyyah. Ketahuilah bahwasanya beliau adalah saudara kami Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al Adniy yang Alloh telah memberikan manfaat dengannya.
Dan sesungguhnya itu demi Alloh adalah kematian yang mulia manakala seseorang terbunuh di atas sunnah dan ketika berjaga di tapal batas dan jihad memerangi zanadiqoh kafirin. Dan dalam hadits:
"خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ "
“Dan sebaik-baik yang terbunuh adalah orang yang mereka bunuh.”
Kemudian di dalam berjaga di tapal batas. Dan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dari Salman رضي الله عنه yang berkata: Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
( رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ )
"Berjaga di tapal batas sehari dan semalam itu lebih baik daripada puasa sebulan dan sholat sebulan. Dan jika dia mati, amalannya akan terus berjalan untuknya, dan rizqinya dialirkan terus untuknya, dan dia aman dari dua malaikat penguji (di kuburan)." Diriwayatkan Muslim (1913).
Dan beliau juga termasuk dari orang yang punya ilmu yang diambil manfaatnya. Maka di dalam hadits Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
« إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له ».
“Jika manusia mati, amalannya terputus kecuali tiga. Kecuali shodaqoh jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak sholih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim (4310).
Maka semoga Alloh merohmati beliau dengan rohmat kepada orang-orang yang berbakti, dan menjadikan beliau tinggal di Jannah-Nya yang luas, dan mengampuni ketergelinciran beliau dan mengangkat derajat beliau.
ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ، وإنا لله وإنا إليه راجعون.
Ditulis oleh
Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy
Darul Hadits di Dammaj
15 Dzul Hijjah 1434 H.
Maka dengan ini selesailah saya dari kerja keras yang sederhana ini dalam menyampaikan bela sungkawa atas gugurnya syaikh kami Kamal Al ‘Adniy dan saudara kami Ahmad An Najjar dan yang sebelum mereka dari kalangan orang-orang yang mati syahid dalam medan perang ini - Kami mengira mereka demikian, dan Alloh sajalah yang menilainya-.
والله تعالى أعلم، والحمد لله رب العالمين.
Dammaj, 16 Dzul Hijjah 1434 H.
Daftar Isi
Contents
Pengantar Penulis. 3
Bab Satu: Sekilas Tentang Kelahiran, Nasab dan Keluarga Beliau. 9
Bab Dua: Kerja Keras Asy Syaikh Al Mujahid Kamal Al ‘Adniy Dalam Menolong Kebenaran, dan Pujian Ulama Untuk Beliau رحمه الله.. 10
Bab Tiga: Penjagaan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy Terhadap Sanad Riwayat Nabawiyyah 19
Bab Empat: Obat Panasnya Musibah. 20
Bab Lima: Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله.. 31
Daftar Isi 34
([1]) Catatan penerjemah: maknanya adalah: orang-orang yang diberi Alloh petunjuk untuk masuk Islam terdahulu dan hijroh kepada makhluq yang terbaik. (“Mirqotul Mafatih”/3/hal. 1168).
Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy
رحمه الله
Penulis dan penerjemah:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
Al Jawiy
عفا الله عنه
Di Darul Hadits Dammaj
حرسها الله
Judul Asli:
“’Aza’un Fi Syaikhinal Mujahidis Salafiy Kamal Bin Tsabit Al ‘Adniy"
Terjemah Bebas:
“Selamat Jalan Syaikh Kami Kamal Bin Tsabit Al ‘Adniy”
Penulis dan penerjemah bebas:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
عفا الله عنه
ijk
Pengantar Penulis
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وآله أجمعين أما بعد:
Maka sesungguhnya di dalam suasana terkepung ini Alloh telah memberikan kegembiraan pada kami di waktu fajar hari Ahad dengan terbunuhnya delapan hutsyi di depan desa Wathon (sebelah timur Dammaj), dan ditambah lagi dengan tersungkur matinya dua orang dari mereka di desa Nuqu’ (sebelah utara Dammaj) di sepanjang hari ini –dan hanya milik Alloh sajalah seluruh pujian dan karunia-. Alloh ta’ala berfirman:
﴿قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ * وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾ [التوبة: 14، 15].
“Perangilah mereka, niscaya Alloh akan menyiksa mereka dengan tangan-tangan kalian dan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka serta memuaskan dada-dada kaum mukminin, dan menghilangkan kemarahan hati mereka, dan Alloh memberikan tobat terhadap orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh itu Maha Mengetahui lagi Maha Penuh Hikmah.”
Dan di akhir hari ini –hari Ahad 15 Dzul Hijjah 1434 H- kami dikejutkan dengan datangnya berita duka tentang syaikh kami yang mulia, mujahid, pembela sunnah: Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy رحمه الله, yang mana para hutsiyyun yang busuk menembak para penjaga sunnah di matras “Masadir” Dammaj (sebelah barat laut Dammaj) dengan suatu mortir besar, yang mengakibatkan terbunuhnya syaikh kami yang mulia, mujahid, pembela sunnah: Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy dan saudara kita mujahid Abu Aman Ahmad An Najjar رحمهما الله. Kami mohon pada Alloh agar menerima amalan mereka berdua yang orang-orang yang mendahului mereka dari kalangan muslimin dan salafiyyin semuanya.
Maka dalam kesempatan ini saya mengatakan –dengan taufiq dari Alloh semata- mata-:
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ * وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ﴾ [البقرة: 154 - 157].
“Dan janganlah kalian mengatakan bahwasanya orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu adalah orang-orang mati, bahkan mereka itu hidup akan tetapi kalian tidak mengetahuinya. Dan sungguh Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan sholawat dari Robb mereka dan rohmat, dan mereka itulah orang-orang yang mengikuti petunjuk.”
Maka di dalam ayat-ayat ini ada pundi-pundi pelajaran dan petuah, di antaranya adalah: bahwasanya kehidupan dunia itu tidaklah lestari, bahkan pasti harus mengalami kematian. Alloh ta’ala berfirman:
]كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ[ [آل عمران/185]
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan hanyalah pahala kalian itu akan dicukupi pada hari Kiamat. Maka barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Jannah, maka sungguh dia itu beruntung. Dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali kesenangan yang menipu.”
Maka termasuk kematian yang paling bagus adalah kematian orang yang terbunuh di jalan Alloh. Dan dalil-dalil tentang itu banyak dan telah dikenal. Dan keutamaannya itu telah terkenal dan tersebar.
Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما berkata:
لقيني رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال لي: «يا جابر ما لي أراك منكسرا ؟» قلت: يا رسول الله استشهد أبي قتل يوم أحد وترك عيالا ودينا. قال: «أفلا أبشرك بما لقي الله به أباك ؟» قال: قلت: بلى يا رسول الله. قال: «ما كلم الله أحدا قط إلا من وراء حجاب، وأحيا أباك فكلمه كفاحاً فقال: يا عبدي تمن علي أعطك. قال: يا رب تحييني فأقتل فيك ثانية. قال الرب عز و جل: إنه قد سبق مني أنهم إليها لا يرجعون. قال: وأنزلت هذه الآية: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا﴾ الآية . (أخرجه الترمذي (3010) /حسن).
“Rosululloh صلى الله عليه وسلم berjumpa denganku seraya bertanya: “Wahai Jabir, kenapa aku lihat dirimu patah semangat?” Aku menjawab,”Wahai Rosululloh, ayahku mati syahid, terbunuh pada hari Uhud dan meninggalkan anak-anak dan utang.” Beliau bersabda: “Maukah engkau aku beri kabar gembira tentang bagaimana Alloh berjumpa dengan ayahmu?” Aku menjawab: “Tentu wahai Rosululloh.” Beliau bersabda: “Tiada seorangpun yang Alloh ajak bicara kecuali dari balik tabir. Dan Alloh menghidupkan ayahmu lalu mengajaknya bicara secara langsung tanpa tabir, seraya berfirman: “Wahai hamba-Ku, mintalah sesuatu pada-Ku niscaya Aku berkan.” Dia menjawab: “Wahai Robbku, saya minta agar Engkau menghidupkan diriku lalu saya terbunuh di jalan-Mu kali yang kedua.” Robb عز وجل berfirman: “Sungguh telah berlalu ketetapan dari-Ku bahwasanya mereka tidak akan dikembalikan ke dunia.” Dan ayat ini diturunkan: “Dan janganlah kalian mengatakan bahwasanya orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu adalah orang-orang mati,“ hingga akhir ayat. (HR. At Tirmidziy (3010)/hasan).
Maka keberuntunganlah bagi para syuhada di jalan Alloh. Dari Masruq yang berkata:
سألنا عبد الله عن هذه الآية: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون﴾ [آل عمران: 169] قال: أما إنا قد سألنا عن ذلك، فقال: «أرواحهم في جوف طير خضر، لها قناديل معلقة بالعرش، تسرح من الجنة حيث شاءت، ثم تأوي إلى تلك القناديل، فاطلع إليهم ربهم اطلاعة، فقال: هل تشتهون شيئا؟ قالوا: أي شيء نشتهي ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا، ففعل ذلك بهم ثلاث مرات، فلما رأوا أنهم لن يتركوا من أن يسألوا، قالوا: يا رب، نريد أن ترد أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى، فلما رأى أن ليس لهم حاجة تركوا». (أخرجه مسلم (1887)).
"Kami bertanya pada Abdulloh –Ibnu Mas'ud- tentang ayat ini: "Maka janganlah sekali-kali engkau mengira orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu mati. Bahkan mereka itu hidup di sisi Robb mereka dalam keadaan diberi rizqi." Maka beliau menjawab: "Sungguh kami telah bertanya tentang itu, maka Nabi menjawab: "Ruh-ruh mereka ada di dalam rongga burung-burung hijau, dia punya tempat-tempat lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka pergi ke Jannah kapanpun mereka inginkan, kemudian bernaung di tempat-tempat lentera tadi. Lalu Robb mereka melongok kepada mereka seraya berfirman: "Apakah kalian menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab: "Apa lagi yang kami inginkan sementara kami bisa pergi ke Jannah kapanpun kami inginkan?" Robb mereka melakukan itu terhadap mereka tiga kali. Manakala mereka berpandangan bahwasanya mereka tidak akan ditinggalkan sampai mereka menyampaikan suatu permintaan, merekapun berkata: "Wahai Robb kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami hingga kami bisa terbunuh di jalan-Mu pada kali yang lain." Manakala Alloh melihat bahwasanya mereka tidak punya kebutuhan, merekapun ditinggalkan." (HR. Muslim (1887)).
Dan jenazah yang terbaik adalah orang-orang dibunuh khowarij. Dari Abu Gholib yang berkata:
لَمَّا أُتِىَ بِرُءُوسِ الأَزَارِقَةِ فَنُصِبَتْ عَلَى دَرَجِ دِمَشْقَ جَاءَ أَبُو أُمَامَةَ فَلَمَّا رَآهُمْ دَمَعَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ: «كِلاَبُ النَّارِ - ثَلاَثَ مَرَّاتٍ - هَؤُلاَءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ وَخَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ الَّذِينَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ». قَالَ: فَقُلْتُ: فَمَا شَأْنُكَ دَمَعَتْ عَيْنَاكَ؟ قَالَ: رَحْمَةً لَهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ. قَالَ: قُلْنَا: أَبِرَأْيِكَ قُلْتَ هَؤُلاَءِ كِلاَبُ النَّارِ، أَوْ شَىْءٌ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: إِنِّى لَجَرِىءٌ بَلْ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ الله -صلى الله عليه وسلم- غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ ثِنْتَيْنِ وَلاَ ثَلاَثٍ. قَالَ: فَعَدَّ مِرَاراً.
“Ketika didatangkan kepala-kepala orang-orang Azariqoh lalu ditancapkan di tangga-tangga Dimasyq, datanglah Abu Umamah. Maka beliau melihat mereka, mengalirlah air mata mereka, seraya berkata: “Anjing-anjing neraka.” Sebanyak tiga kali. “Mereka adalah sejelek-jelek orang yang terbunuh di bawah kolong langit. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di bawah kolong langit adalah orang yang mereka bunuh.” Maka aku bertanya: “Lalu kenapa air mata Anda berlinang?” beliau menjawab: “Rasa kasihan kepada mereka. Sesungguhnya mereka dulunya adalah muslimin.” Kami katakan: “Apakah Anda mengucapkan bahwasanya mereka adalah anjing-anjing neraka ini dengan pendapat Anda sendiri, ataukah sesuatu yang Anda dengar dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم?” beliau menjawab: “Aku sungguh lancang jika demikian. Bahkan aku mendengarnya dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم bukan cuma sekali, atau dua kali atau tiga kali.” Beliau menghitungnya berkali-kali.” (HR. Ahmad (22314) dan dishohihkan oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (482)/Darul Atsar).
Dan rofidhoh itu lebih buruk daripada khowarij.
Syaikhul Islam رحمه الله berkata tentang orang-orang yang tidak mau menaati syariat Islam: "Jika mereka adalah kelompok yang tidak mau menaati syariat Islam, mereka wajib diperangi sebagaimana orang-orang murtad diperangi, sebagaimana Ash Shiddiq dan para Shohabat memerangi pengikut Musailamah al kadzdzab. Jika mereka ada di desa-desa muslimin, mereka harus dipisah-pisah, dan disuruh tinggal di antara muslimin setelah mereka bertobat, dan diwajibkan untuk menaati syariat Islam yang wajib dijalankan oleh muslimin. Tidaklah hal ini khusus bagi Rofidhoh yang melampaui batas, bahkan ini juga berlaku bagi orang yang melampaui batas dalam mengagungkan seorang syaikh dan berkata bahwa syaikh inilah yang memberinya rizqi, atau menghapus kewajiban sholat darinya, atau bahwa syaikhnya itu lebih utama daripada Nabi, atau bahwasanya dirinya itu tidak butuh pada syariat Nabi صلى الله عليه وسلم , dan bahwasanya dia punya jalan menuju Alloh selain syariat Nabi صلى الله عليه وسلم , atau bahwasanya seorang syaikh itu bersama Nabi صلى الله عليه وسلم sebagaimana Khodhir bersama Musa. Mereka semua itu adalah orang-orang kafir yang wajib diperangi dengan kesepakatan muslimin. Demikian pula wajib membunuh satu orang dari mereka yang tertangkap. Adapun satu orang dari Khowarij dan Rowafidh yang tertangkap, telah diriwayatkan dari keduanya –yaitu Umar dan Ali- bahwasanya hukumannya adalah dibunuh juga. Para ahli fiqh meskipun berselisih tentang hukum membunuh satu orang dari mereka yang tertangkap, mereka tidak berselisih tentang wajibnya membunuh orang-orang tadi jika mereka tidak mau menaati syariat Islam, karena peperangan itu lebih luas daripada pembunuhan. Sebagaimana para perampok, pemberontak, orang yang menzholimi orang lain itu boleh diperangi, meskipun satu orang dari mereka jika tertangkap itu tidak dihukum kecuali dengan apa yang diperintahkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Ini ada nash-nash yang mutawatir dari Nabi صلى الله عليه وسلم tentang Khowarij, para ulama telah memasukkan di dalamnya, secara lafazh ataupun makna, orang yang bersifat seperti Khowarij dari kalangan ahli hawa yang keluar dari syariat Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan jamaah Muslimin. Bahkan sebagian dari mereka itu lebih buruk daripada Khowarij Haruriyyah (yang berkumpul di desa Haruro, di zaman Ali رضي الله عنه), seperti Khuromiyyah, Qoromithoh, dan Nushoiriyyah, dan setiap orang yang meyakini ada manusia yang menjadi sesembahan, atau meyakini ada selain nabi bahwasanya dia itu nabi, dan dia memerangi muslimin atas dasar itu. Maka orang semacam ini lebih buruk daripada Khowarij. Dan Nabi صلى الله عليه وسلم hanyalah menyebutkan Khowarij Haruriyyah karena mereka adalah golongan pertama dari ahli bida' yang keluar sepeninggal beliau. Bahkan orang pertama mereka telah keluar pada masa hidup beliau." ("Majmu'ul Fatawa"/28/hal. 475-476).
Bab Satu: Sekilas Tentang Kelahiran, Nasab dan Keluarga Beliau
Beliau adalah Asy Syaikh As Sunniy Al Mujahid Abu Abdillah Kamal bin Tsabit bin Qoid Al Hammudiy Al ‘Adniy, termasuk dari Ahli Bait (keturunan dari keluarga Nabi صلى الله عليه وسلم). Beliau dilahirkan di ‘Aden sekitar tahun 1397 Hijriyyah.
Dari istri beliau yang pertama, lahirlah seorang putra dan dua orang putri. Dan dari istri kedua lahirlah tiga putra dan dua putri. Faidah ini saya dapatkan dari saudara kita yang mulia, ipar beliau, Abdul Fattah Al Hudaidiy حفظه الله .
“Ya Alloh, ampunilah hamba-Mu Kamal, dan angkatlah derajatnya di mahdiyyin([1]) , dan gantikanlah untuknya pada keturunannya yang masih hidup, dan ampunilah untuk kami dan untuknya wahai Robbul ‘alamin, dan luaskanlah untuknya dalam kuburannya, dan terangilah untuknya di kuburannya.” (dicontoh dari hadits Ummi Salamah رضي الله عنها riwayat Muslim (920)/cet. Dar Ibnil Jauziy).
Bab Dua: Kerja Keras Asy Syaikh Al Mujahid Kamal Al ‘Adniy Dalam Menolong Kebenaran, dan Pujian Ulama Untuk Beliau رحمه الله
Sesungguhnya syaikh kami Al Mujahid Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy رحمه الله memiliki kerja keras yang besar dalam penelitian-penelitian yang penting, menolong kebenaran dan para pembawa kebenaran, dan membantah para pelaku kebatilan dan penyelewengan, beliau juga memiliki pengarahan yang bermanfaat untuk muslimin, dan ilmu-ilmu bermanfaat yang lain. Maka ini harus diperkenalkan pada umat. Berikut ini adalah contoh dari risalah-risalah beliau yang kami temukan, dan penilaian ulama terhadapnya dan pujian ulama untuk beliau:
1- “Tahqiq Kitab Ar Risalah Lil Imamisy Syafi’iy” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… dan sungguh telah bangkit memberikan pelayanan untuk kitab ini –Ar Risalah- Fadhilatusy Syaikh Ahmad bin Syakir رحمه الله, dan luput dari pelayanan untuk kitab yang berfaidah ini perkara-perkara yang membutuhkan tambahan yang besar, maka saudara kita yang mulia As Salafiy, pembahas yang rajin, salah seorang pelajar ilmu hadits yang agung Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka beliau mengurusi tahqiq kitab tadi dengan pengurusan yang amat tinggi, dan memberikan komentar-komentar ilmiyyah yang bagus, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan banyak memberikan manfaat dengan beliau.”
2- “Fawaid Zadil Ma’ad Li Ibnil Qoyyim” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “…di sela-sela pembacaan kami terhadap kitab “Zadul Ma’ad” karya Ibnul Qoyyim رحمه الله , dulu saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله menandai sebagian faidah-faidah penting yang kami lewati di dalam lipatan-lipatan kitab tebal yang diberkahi ini. Manakala kami selesai dari pembacaan kitab tersebut beliau mengumpulkan faidah-faidah yang serupa dan menyusunnya dengan susunan yang bagus sebagaimana yang beliau jelaskan di awal juz ini, dan mengarahkan setiap faidah pada nomor juznya dan halamannya, maka jadilah juz ini sebagai kesimpulan yang penting dari faidah lautan yang dalam ini -“Zadul Ma’ad” karya Ibnul Qoyyim رحمه الله-, … dst.”
3- “Tahqiq Wa Ta’liq ‘Ala Kitab As Sunnah Lil Imam Ibni Majah” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah melihat kerja keras saudara kita dai ilalloh, pembahas yang memberikan faidah Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy -semoga Alloh memberinya manfaat dan memberikan manfaat dengannya- , tahqiq “Muqoddimah Sunan Ibni Majah” , maka aku melihatnya mentahqiqnya dengan tahqiq yang baik, mencontoh jalan para pakar dalam menghukumi hadits-hadits dan atsar tersebut sesuai dengan haknya, … dst.”
4- “An Nibros ‘Ala Syarhil Wasithiyyah Lil Harros.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca-baca catatan kaki saudara kita yang mulia yang memberikan faidah Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله dari syarh yang berjudul: “An Nibros ‘Ala Syarhil Wasithiyyah Lil Harros”, maka aku melihatnya sebagai syarh yang berfaidah yang diambil dari kitab-kitab yang bermacam-macam sebagaimana dia itu ditetapkan dengan nomor-nomornya di bawah setiap faidah dari sumber-sumber tadi yang menambah indahnya dan bermanfaatnya “Wasithiyyah” dan syarhnya itu, maka semoga Alloh membalas saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy dengan kebaikan karena beliau mengajarkannya dan membukukannya agar banyak pelajar mengambil manfaat dengannya dengan seidzin Alloh. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq itu.”
5- “Ats Tsawabitul Manhajiyyah Ajaba ‘Anha Asy syaikh Al ‘Allamah Al Muhaddits Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al Hajuriy.” (cet. Darul Kitab Was Sunnah).
6- “Nashoihul ‘Ulama Lil ‘Ulama Fi Adab Tholabil ‘Ilm.” (cet. Dar ‘Ibadurrohman)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca mayoritas dari tulisan yang dikumpulkan oleh saudara kita Asy Syaikh Kamal حفظه الله dalam risalah ini yang berjudul: “Nashoihul ‘Ulama Lil ‘Ulama” maka aku melihatnya sebagai risalah yang indah dan berfaidah yang mana saudara kita Asy Syaikh kamal –semoga Alloh memberinya faidah- mengumpulkan faidah-faidah yang banyak yang beliau keluarkan dari perut kitab-kitab, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan menolak dari kami dan dari dirinya setiap kejelekan yang perkara yang dibenci.”
7- “Laftat ‘Ala Matnil Waroqot.” (cet. Darul Atsar)
8- “Qothfat Fi Syarhil Waroqot.” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membuka-buka apa yang dikumpulkan oleh saudara kita Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy حفظه الله dari syarh beliau terhadap matan “Al Waroqot” karya Al Juwainiy رحمه الله maka aku melihatnya sebagai syarh yang memberikan manfaat, memang itulah kebiasaan dari saudara kita Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy dalam syaroh-syaroh beliau yang diambil dari kitab-kitab para pakar, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau, dan menolak dari kami dan dari dirinya setiap kejelekan yang perkara yang dibenci.”
9- “At Ta’aliqul ‘Ula ‘Alal Qowa’idil Mutsla.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah melihat apa yang ditulis oleh saudara kita yang mulia pemilik aqidah yang lurus dan akhlaq yang terpuji, penelusur yang salafiy dan memberikan faidah Kamal Al ‘Adniy حفظه الله dalam catatan kaki beliau: “At Ta’aliqul ‘Ula ‘Alal Qowa’idil Mutsla” karya Al ‘Allamah yang terkenal pembaharu besar Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin رحمه الله maka aku melihat saudara kita Kamal memberikan pelayanan yang terbimbing untuk kitab tersebut dan faidah-faidah yang pasti dari para ulama bidang ini yang terpercaya yang menambahi bagusnya kitab ini, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau.
10- “Tholabul ‘Ilm Wa Birrul Walidain.” (cet. Darul Atsar)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… semoga Alloh mensyukuri saudara kita Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy atas apa yang beliau lakukan, yaitu mengumpulkan risalah yang ukurannya kecil ini tapi berfaidah dalam maknanya dan penunjukannya yang berjudul: “Tholabul ‘Ilm Wa Birrul Walidain” Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq.”
Dan pengantar Asy Syaikh Al Fadhil Abul Fida Abdurroqib Al Ibbiy حفظه الله: “… segala pujian untuk Alloh Yang memberikan taufiq pada saudara kita di jalan Alloh Kamal bin Tsabit dalam mengumpulkan risalah ini yang di dalam lipatan-lipatannya perkara yang paling penting dan urgen sekali dalam agama, yaitu dorongan untuk menuntut ilmu syar’iy yang sering dilupakan oleh mayoritas muslimin, … dst.”
11- “Al Bayan Fi ‘Adami Tsubut Ismil Muhsin Lillah عز وجل Al Maushuf Bil Ihsan.” (cet. Majalisul Huda)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca apa yang ditulis oleh saudara kita yang mulia Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله terhadap hadits yang mengandung penetapan nama Al Muhsin untuk Alloh عز وجل dari tiga Shohabat رضوان الله عليهم … -sampai pada ucapan beliau:- sebagaimana yang dijelaskan oleh saudara kita Kamal Al ‘Adniy, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat muslimin dengan beliau.”
12- “Al Indzar Bil La’n Wan Nar Liman Atan Nisa Fil Adbar” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… sungguh aku telah membaca risalah berjudul “Al Indzar Bil La’n Wan Nar Liman Atan Nisa Fil Adbar” karya saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka aku melihat beliau telah menegakkannya dengan metode orang-orang yang cemburu, para penasihat dan orang-orang yang memperingatkan umat dari perkara yang memperburuk orang yang tertipu dengan sebagian atsar palsu dan lemah, dan ucapan-ucapan yang asing dalam masalah ini atau yang lainnya sehingga orang tadi terjatuh ke dalam perkara yang membikin Robbul ‘alamin murka. Maka yang wajib bagi seorang muslim adalah bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan memperingatkan dari perkara yang mendatangkan hukuman yang buruk. Dan semoga Alloh membalas saudara kita Asy Syaikh Kamal dengan kebaikan atas apa yang beliau kumpulkan yaitu nasihat dalam bab ini. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sajalah taufiq, dan hanya kepada-Nya sajalah tempat kembali.”
13- “Haqoiq Wa Bayan Lima ‘Alaihi Fitnah Abdirrohman.”
14- “At Ta’mid Wat Tad’im” (nasihat beradab yang ditujukan pada Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy).
15- “Jinayat Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy ‘Alal Ushulis Salafiyyah.”
16- “At Tahqiq Wat Ta’liq ‘Ala Kitab Al Ijtihad Fi Tholabil Jihad Li Ibni Katsir.” (cet. Darul Imam Ahmad)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… maka sungguh risalah “Al Ijtihad Fi Tholabil Jihad” karya Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله adalah risalah yang ilmiyyah yang bermanfaat, sang imam tersebut memenuhinya dengan dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah di bidangnya yang penting, maka kitab tadi adalah termasuk dari risalah-risalah yang memberikan faidah yang para ulama merasa mulia dengan mengurusi risalah tadi dan mengeluarkannya untuk mengambil faidah darinya. Dan Alloh telah menetapkan kemuliaan pengurusan tadi dengan melayani risalah yang ringkas ini untuk saudara kita si penelusur yang kuat yang mulia saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka beliau menggabungkan ke dalamnya pendahuluan yang sesuai dan bagus di bidangnya, maka semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan, dan memberikan manfaat muslimin dengan beliau.”
17- “Madza Yanqumul Khodziluna Min Fadhilatisy Syaikh Salim Al Hilaliy?”
18- “Al Khobarul Ma’hud Fi Bayanil Maqomil Mahmud”
19- “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah.” (cet, Al Mathbu’atus Salafiyyah)
Pengantar Fadhilatusy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله: “… maka sungguh aku telah membaca risalah yang berjudul “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah” karya saudara kita Asy Syaikh Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy حفظه الله maka aku melihatnya sebagai risalah yang bagus di bidangnya. Semoga Alloh membalas saudara kita Kamal Al ‘Adniy dengan kebaikan, dan memberikan manfaat dengan beliau.”
Dan pengantar Fadhilatusy Syaikh Salim bin Id Al Hilaliy حفظه الله: “… dan sungguh saudara kita Kamal bin Tsabit Al ‘Adniy telah berusaha untuk memperjelas rambu-rambu ilmu ini dalam risalah yang bagus ini: “Fadhlu ‘Ulamais Sunnah Wa Ahammiyatur Ruju’ Ilaihim Fil Umuril Muhimmah” sungguh aku telah melihat-lihat di berbagai tempat yang berbeda-beda dalam risalah ini denga tergesa-gesa karena aku tidak mudah untuk membacanya secara lengkap karena banyaknya permintaan dan sedikitnya yang membantu. –sampai pada ucapan beliau- maka aku mendapati disalah ini bermanfaat di bidangnya.”
Dan risalah-risalah lain yang bermanfaat dan pembahasan-pembahasan yang memberikan faidah. Saudara kita yang mulia, ipar beliau, Abdul Fattah Al Hudaidiy حفظه الله mengabariku bahwasanya risalah Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله mencapai lima puluh judul.
Dan beliau –semoga Alloh merohmati beliau- sibuk dengan kerja kelompok untuk mentahqiq dan takhrij kitab yang agung Fathul Bari karya Ibnu Hajar رحمه الله yang ditentukan oleh Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله , dan itu menunjukkan pada kuatnya ilmu beliau.
Dan beliau telah berkorban dengan diri dan harta beliau bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh ahli Dammaj حفظهم الله dalam menolak fitnah rofidhoh hutsiyyun munafiqun yang kafir itu, yang mereka berusaha untuk menghabisi muslimin di Dammaj, dalam pemberontakan hutsiyyun keenam pada tanggal 3 Romadhon 1430 H sampai 28 Shofar 1431 H.
Kemudian beliau tegar bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh ahli Dammaj حفظهم الله ketika hutsiyyun mengepung mereka sebelum bulan Romadhon 1432 H setahap demi setahap sampai hutsiyyun mulai menontarkan peluru pada tanggal 7 Dzul Hijjah 1432 H lalu bertambah keras sampai berhenti di tanggal 1 Shofar 1433 H dalam perang ketujuh ini lebih keras dan lebih banyak korbannya daripada yang keenam. Maka tentara Ar Rohman kokoh di hadapan tentara setan, seakan-akan mereka berkata: “Kamilah gunung jika tidak ada lagi gunung yang tersisa.”
Kemudian datang lagi pengepungan di akhir-akhir bulan Dzul Qo’dah 1434 H sampai sekarang dengan makar dan tipu daya yang lebih besar yang dengannya akal orang-orang kebingungan dan dan banyak pemimpin masyarakat yang goncang karena mengerikannya kondisi pihak yang mendorong para hutsiyyun yang kafir itu. Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾ [آل عمران: 175]،
“Hanyalah yang demikian itu adalah setan yang menakut-nakuti kalian dengan para walinya. Maka janganlah engkau takut pada mereka, dan takutlah kalian hanya kepadaku jika kalian adalah orang-orang yang beriman.”
﴿وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ * فَلَا تَحْسَبَنَّ الله مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ الله عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ﴾ [إبراهيم: 46، 47].
“Dan mereka telah membikin tipu daya mereka, dan di sisi Allohlah tipu daya mereka sekalipun tipu daya mereka itu untuk menghilangkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau mengira bawasanya Alloh akan menyelisihi janji-Nya pada para Rosul-Nya, sesungguhnya Alloh itu Maha Perkasa lagi memiliki pembalasan.”
Sungguh Asy Syaikh Kamal telah bersabar bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy dan seluruh masyayikh Darul Hadits di Dammaj dan para pelajar yang berbakti dan seluruh masyarakat Dammaj حفظهم الله terhadap ujian-ujian ini semuanya –dengan taufiq Alloh semata-, dan semoga Alloh menjadikan mereka termasuk dalam rombongan orang-orang yang beruntung:
﴿مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا * لِيَجْزِيَ الله الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا﴾.[الأحزاب/23، 24]
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), supaya Alloh memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tidaklah bisa suatu jiwa itu mati kecuali dengan seidzin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Dan kematian seorang sunniy di jalan Alloh sebagai singa yang pemberani itu adalah kematian yang pantas diirikan, seakan-akan dia berkata sebagaimana ucapan Harom bin Milhan رضي الله عنه ketika beliau di jalan Alloh maka ada orang yang mendatanginya dari arah belakangnya lalu menusuknya dengan tombak sampai tembus, maka dia berkata:
الله أكبر فزت ورب الكعبة.
“Alloh maha besar, aku beruntung, demi Robb Ka’bah.” (HR. Al Bukhoriy (4091) dan Muslim (677) dari Anas رضي الله عنه).
Maka wahai para musuh, kami katakan pada kalian sebagaimana yang diperintahkan oleh Robb kami جل ذكره:
﴿قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَنْ يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُمْ مُتَرَبِّصُونَ﴾ [التوبة: 52].
“Katakanlah: tidaklah kalian menanti-nanti untuk kami kecuali dua kebaikan. Dan kami menanti-nanti untuk kalian bahwasanya Alloh menimpakan untuk kalian siksaan dari sisi-Nya atau dengan tangan-tangan kami. Maka tunggulah karena sesungguhnya kami menanti-nanti bersama kalian.”
Dan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله memiliki kecemburuan yang kuat untuk agamanya, sebagaimana itu diketahui di dalam risalah-risalah beliau dan ucapan-ucapan dan nasihat-nasihat beliau. Kami mengira beliau demikian, dan Alloh sajalah yang menilainya. Dan kami tidak mensucikan seseorang atas nama Alloh. Dan kcemburuan yang syar’iy itu adalah asal dari jihad di jalan Alloh.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan kecemburuan ini adalah asal dari jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Kecemburuan inilah yang membawa orang untuk berbuat itu. Jika kecemburuan tadi hilang dari hati maka dia tidak akan berjihad dan tidak akan memerintahkan yang ma’ruf, dan tidak melarang dari kemunkaran, karena yang mendatangkan amalan-amalan tadi adalah kecemburuan dari orang itu untuk Robbnya. Oleh karena itulah Alloh سبحانه وتعالى menjadikan alamat kecintaan-Nya dan tanda amalan yang dicintai-Nya, maka Alloh ta’ala berfirman:
﴿يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم يحبهم ويحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله واسع عليم﴾.
“Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa murtad dari agamanya dari antara kalian, maka niscaya Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh cintai mereka dan mereka mencintai Alloh, mereka lemah lembut pada mukminin dank eras terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Alloh dan tidak takut celaan orang yang mencela. Yang demikian itu adalah karunia Alloh yang diberikan-Nya pada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh itu Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
(“Roudhotul Muhibbin”/hal. 274).
Maka sebagaimana jihad di jalan Alloh adalah sebab ketinggian derajat dan kemuliaan, saya berharap Alloh menjadikan syaikh kami Kamal Al ‘Adniy رحمه الله termasuk dari pemilik kemuliaan dan ketinggian itu.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan orang yang paling mulia dan paling tinggi nilai dan semangatnya adalah orang yang paling keras kecemburuannya terhadap dirinya, keluarganya dan keumuman manusia. Oleh karena itulah Nabi menjadi makhluk yang paling kuat kecemburuannya terhadap umat ini, dan Alloh سبحانه lebih keras kecemburuan-Nya daripada beliau, sebagaimana telah pasti dalam “Shohih” dari beliau bahwasanya beliau bersabda:
«أتعجبون من غيرة سعد لأنا أغير منه والله أغير مني»
“Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sungguh aku lebih cemburu daripada dia, dan Alloh lebih cemburu daripada aku.”
Dan dalam “Shohih” juga bahwasanya beliau bersabda dalam khuthbah gerhana:
«يا أمة محمد ما أحد أغير من الله أن يزني عبده أو تزني أمته»
“Wahai umat Muhammad, tiada satupun yang lebih cemburu daripada Alloh untuk hamba laki-laki-Nya berzina atau hamba perempuan-Nya berzina.”
Dan dalam “Shohih” juga bahwasanya beliau bersabda:
«لا أحد أغير من الله من أجل ذلك حرم الفواحش ما ظهر منها وما بطن ولا أحد أحب إليه العذر من الله من أجل ذلك أرسل الرسل مبشرين ومنذرين ولا أحد أحب إليه المدح من الله من أجل ذلك أثنى على نفسه»
“Tiada satupun yang lebih cemburu daripada Alloh, oleh karena itulah Dia mengharomkan kekejian yang nampak dan tidak nampak. Dan tiada satupun yang lebih menyukai udzur daripada Alloh, oleh karena itulah Dia mengutus para Rosul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan tiada satupun yang lebih menyukai pujian daripada Alloh, oleh karena itulah Dia memuji diri-Nya sendiri.”
Maka Alloh mengumpulkan dalam hadits ini antara kecemburuan yang asalnya adalah kebencian terhadap keburukan-keburukan dan kecintaan kepada udzur yang mengharuskan pada kesempurnaan keadilan, rohmah dan ihsan. Dan Alloh سبحانه bersamaan dengan kerasnya kecemburuan-Nya Dia senang agar hamba-Nya mengemukakan udzur pada-Nya, dan Dia menerima udzur dari orang yang mengemukakan udzur pada-Nya, dan bahwasanya Dia tidak menyiksa hamba-Nya dengan perbuatan dia melanggar perkara yang membikin-Nya cemburu sampai Dia memberikan kesempatan udzur pada mereka. Oleh karena itulah Dia mengutus para Rosul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya dalam rangka memberikan kesempatan udzur dan menyampaikan peringatan. Dan ini adalah puncak kemuliaan dan ihsan, dan puncak kesempurnaan, karena sesungguhnya banyak makhluk yang keras kecemburuannya itu kecemburuannya tadi membawanya untuk segera menghukum dan menimpakan hukuman tanpa memberikan kesempatan udzur dan tanpa mau menerima udzur dari orang yang mengemukakan udzur padanya, padahal bisa jadi pada hakikatnya orang tadi punya udzur, akan tetapi kerasnya kecemburuan dia tadi tidak membiarkannya untuk menerima udzur.
Dan kebanyakan dari orang yang menerima udzur-udzur itu dia menerimanya itu karena kecilnya kecemburuan sehingga dia berlapang-lapang dalam jalur udzur-udzur dan memandang sesuatu yang sebenarnya bukan udzur sebagai udzur sampai banyak dari mereka memberikan udzur dengan udzur tadi.”
(selesai dari “Al Jawabul Kafi”/hal. 106-108/cet. Dar Ibnil Jauziy).
Tiada keraguan bahwasanya manusia itu bisa benar dan bisa keliru, punya ilmu dan punya kebodohan, dan setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa pula ditolak, kecuali Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Akan tetapi yang demikian itu bukanlah menjadi sebab untuk mencerca Asy syaikh Kamal Al ‘Adniy رحمه الله. Beliau itu sudah bersungguh-sungguh untuk mengetahui kebenaran dan berupaya menetapi perkara yang betul, dan menerima nasihat yang benar.
Al Imam Adz Dzahabiy رحمه الله berkata: “Dan bukanlah termasuk dari syarat orang alim itu bahwasanya dia itu tidak keliru.” (“Siyar A’lamin Nubala”/19/hal. 339).
Bab Tiga: Penjagaan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy Terhadap Sanad Riwayat Nabawiyyah
Termasuk yang menunjukkan kuatnya perhatian syaikh kami Kamal Al ‘Adaniy رحمه الله dalam menjaga sanad riwayat nabawiyyah adalah ucapannya dalam “Tahqiq Wa Ta’liq ‘Ala Kitab As Sunnah Lil Imam Ibni Majah” (hal. 30-32) di bawah judul: “Sanadku dalam riwayat Sunanil Imam Ibni Majah رحمه الله.”
“Sesungguhnya aku meriwayatkan “Sunan” ini dengan ijazah dari Fadhilatul ‘Allamah Syaikh dari Masyayikh kita Yahya bin Utsman Al Hindiy, semoga Alloh memberinya pahala dan memperbaiki akhir hidupnya, dan semoga Alloh memperpanjang umurnya dalam ketaatan pada-Nya, …” lalu beliau menyebutkan sanad sampai ke Al Imam Ibnu Majah.
Bab Empat: Obat Panasnya Musibah
Tiap orang pasti akan mati, akan tetapi Alloh memilih untuk sebagian wali-Nya kematian di sebagian keadaan untuk mengangkat mereka dengan itu kepada derajat-derajat yang tinggi yang disediakan-Nya untuk mereka.
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
«بينما رجل يمشى بطريق وجد غصن شوك على الطريق فأخره فشكر الله له فغفر له». وقال: «الشهداء خمسة المطعون، والمبطون، والغرق، وصاحب الهدم، والشهيد في سبيل الله عز وجل». (أخرجه البخاري (652) ومسلم (5049)).
“Suatu ketika ada seseorang yang berjalan di suatu jalan, lalu dia mendapati dahan berduri di jalan tadi, maka dia menyingkirkannya, maka Alloh bersyukur padanya lalu mengampuninya.” Juga bersabda: “Para syuhada itu ada lima macam: orang yang mati terkena tho’un, mati terkena sakit perut, mati tenggelam, mati tertimpa runtuhan, dan mati syahid di jalan Alloh عز وجل.” (HR. Al Bukhoriy (652) dan Muslim (5049)).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan jika Alloh menenggelamkan para wali-Nya dan orang-orang yang taat pada-Nya maka hal itu adalah suatu sebab yang dia pancangkan untuk kematian mereka dan membebaskan mereka dari dunia dan sampai pada negri kemuliaan-Nya dan tempat kedekatan-Nya. Memang harus ada kematian. Maka Alloh memilihkan untuk mereka kematian yang paling sempurna dan paling bermanfaat untuk mereka di akhirat mereka untuk menyampaikan mereka pada derajat-derajat yang tinggi yang tidak bisa dicapai kecuali dengan sebab-sebab yang Alloh pancangkan itu, untuk menyampaikannya seperti seluruh sebab-sebab yang ada menyampaikan pada akibat-akibatnya.” (“Miftah Daris Sa’adah”/2/hal. 80).
Tiada keraguan bahwasanya hati bersedih dan mata berlinang dengan perpisahan ini, dan kami tidak berkata kecuali apa yang membikin ridho Robb kami عز وجل. Dari Anas رضي الله عنه yang berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda –ketika Ibrohim sang putra meninggal-:
«إن العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضى ربنا وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون». (أخرجه البخاري (1303) ومسلم (2315)).
“Sesungguhnya mata berlinang, dan hati bersedih, dan kami tidak berkata kecuali apa yang membikin ridho Robb kami. Dan sungguh kami benar-benar sedih dengan perpisahanmu wahai Ibrohim.” (HR. Al Bukhoriy (1303) dan Muslim (2315)).
Kemudian sesungguhnya musibah ini punya rasa panas, seorang hamba butuh pengobatannya.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Pasal dalam petunjuk beliau صلى الله عليه وسلم dalam mengobati panasnya musibah dan kesedihannya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وبشر الصابرين * الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله وإنا إليه راجعون * أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون﴾ [البقرة : 155].
“Dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang jika tertimpa musibah mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan sholawat dari Robb mereka dan rohmat, dan mereka itulah orang-orang yang mengikuti petunjuk.”
Dan di dalam Al Musnad dari beliau صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda:
«ما من أحد تصيبه مصيبة فيقول : إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أجاره الله في مصيبته وأخلف له خيرا منها».
“Tiada seorangpun yang tertimpa musibah lalu dia berkata: “Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Alloh berilah saya pahala dalam musibah saya dan berilah saya ganti yang lebih baik daripadanya” kecuali pasti Alloh akan memberinya pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya.”
Dan kalimat ini adalah termasuk obat yang paling tandas bagi orang yang terkena musibah dan paling bermanfaat untuknya di dunianya dan akhiratnya, karena kalimat ini mengandung dua prinsip yang agung jika sang hamba mengetahuinya dengan pasti, menjadi terhiburlah dia dari musibahnya.
Yang pertama adalah: bahwasanya hamba, keluarganya dan hartanya adalah milik Alloh عز وجل secara hakiki, dan Alloh telah menjadikannya sebagai titipan di sisi sang hamba. Maka jika Alloh mengambilnya darinya maka Dia itu bagaikan orang yang meminjamkan lalu mengambil kembali barangnya dari orang yang meminjam. Dan juga sesungguhnya dia itu terlingkupi dengan dua ketidakadaan: ketidakadaan sebelum itu, dan ketidakadaan setelah itu. Dan barang milik sang hamba itu adalah sekedar kesenangan yang dipinjamkan di masa yang pendek.
Dan juga sungguh dia itu bukanlah yang mengadakan barang itu sendiri dari ketidakadaan sampai barang itu menjadi miliknya secara hakiki, dan bukan pula dia yang menjaga barang tadi dari berbagai penyakit setelah barang tadi ada. Dan bukan pula dirinya yang menjadikan barang tadi lestari keberadaannya. Maka dia itu tidak punya pengaruh ataupun kepemilikan secara hakiki.
Dan juga dia itu adalah sekedar pengatur terhadap barang tadi dengan perintah, bagaikan pengaturan seorang hamba yang diperintah dan dilarang, bukan pengaturan yang dilakukan seorang tuan, oleh karena itulah tidak boleh baginya untuk mengelola barang tadi kecuali dengan apa yang mencocoki perintah pemiliknya yang hakiki.
Yang kedua: bahwasanya tempat kembalinya sang hamba adalah kepada Alloh Tuannya yang benar, dan tidak bisa tidak dia harus meninggalkan dunia di belakang punggungnya dan mendatangi Robbnya sendirian sebagaimana Dia meciptakannya pada kali yang pertama tanpa keluarga, tanpa harta dan tanpa kerabat, akan tetapi dengan kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekan.
Maka jika inilah permulaan sang hamba dan apa yang Alloh berikan dan penghujungnya, maka bagaimana dia bergembira dengan apa yang ada, atau berputus asa terhadap apa yang hilang. Maka jika dia berpikir tentang permulaan dan kembalinya dirinya maka itu adalah termasuk obat yang paling besar untuk penyakit tadi.
Dan termasuk dari obatnya adalah hendaknya dia tahu dengan ilmu yaqin bahwasanya apa yang menimpanya itu tidak akan luput darinya, dan apa yang luput darinya tidak akan menimpanya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها إن ذلك على الله يسير * لكي لا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم والله لا يحب كل مختال فخور﴾ [ الحديد : 22]
“Tidaklah suatu musibah itu menimpa di bumi ataupun menimpa kalian kecuali ada di dalam suatu kitab sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Alloh. Itu agar kalian tidak putus asa atas apa yang luput dari kalian dan kalian tidak berbangga dengan apa yang Alloh berikan pada kalian. Dan Alloh tidak suka setiap orang angkuh lagi menyombongkan diri.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia melihat apa yang menimpa dirinya, niscaya dia mendapati Robbnya telah menyisakan untuknya yang semisal itu atau lebih bagus dari itu dan menyimpan untuknya –jika dia sabar dan ridho- yang lebih besar dan berliat-lipat daripada jika musibah tadi luput darinya. Dan Alloh itu andaikata menghendaki niscaya bisa menjadikan musibah tadi lebih besar daripada musibah yang tersebut.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia memadamkan api musibahnya dengan dinginnya meneladani orang-orang yang terkena musibah. Dan hendaknya dia mengetahui bahwasanya: “Di setiap lembah itu ada Bani Sa’d.” Dan hendaknya dia melihat ke kanan: bukankah dia tidak akan melihat kecuali adanya ujian? Kemudian hendaknya dia melihat ke kiri: bukankah dia tidak akan melihat kecuali adanya penyesalan? Dan andaikata dia memeriksa alam ini tidaklah dia melihat di kalangan mereka kecuali orang yang terkena ujian, bisa jadi ujian itu berupa luputnya perkara yang disukai, bisa jadi berupa dihasilkannya perkara yang dibenci.
Dan bahwasanya kejelekan-kejelekan dunia itu adalah bagaikan mimpi di dalam tidur, atau bagaikan naungan yang akan segera hilang. Jika dunia itu membikin tertawa sedikit, dia akan membikin banyak menangis. Jika dia menyenangkan sehari, dia akan membikin susah di masa yang panjang. Dan jika dunia itu memberikan sedikit kesenangan, dia akan menghalangi selama masa yang panjang. Dan tidaklah dunia itu memenuhi suatu rumah dengan kebaikan kecuali akan memenuhinya dengan pelajaran. Dan tidaklah menyenangkannya sehari kecuali akan menyimpan untuknya hari kejelekan.
Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata:
لكل فرحة ترحة وما ملئ بيت فرحا إلا ملئ ترحا
“Setiap kegembiraan itu punya kesedihan. Dan tidaklah suatu rumah itu dipenuhi dengan kegembiraan kecuali akan dipenuhi dengan kesedihan.”
Ibnu Sirin berkata: “Tiada ketertawaan sedikitpun kecuali setelah itu adalah tangisan.”
Hind bintin Nu’man berkata: “Sungguh aku telah melihat dalam kondisi kami termasuk orang yang paling mulia dan paling kuat kekuasaannya, lalu tidaklah matahari terbenam sampai aku melihat dalam kondisi kami adalah orang yang paling sedikit. Dan bahwasanya wajib bagi Alloh untuk tidaklah Dia itu memenuhi suatu rumah dengan kebaikan kecuali akan memenuhinya dengan pelajaran.”
Dan seseorang memintanya untuk menceritakan kisah dirinya, maka dia menjawab: “Kami masuk di waktu pagi dalam keadaan tiada seorang Arabpun kecuali dia mengharapkan kami. Lalu kami masuk di waktu sore dalam keadaan tiada seorang Arabpun kecuali dia mengasihani kami.”
Dan pernah suatu hari saudarinya, Huroqoh bintin Nu’man, menangis dalam keadaan dia di masa kejayaannya. Maka Hind bertanya padanya: “Apa yang membikinmu menangis? Barangkali ada orang yang menyakitimu?” Dia menjawab: “Bukan, akan tetapi aku melihat kelapangan hidup di keluargaku. Dan jarang sekali suatu rumah penuh dengan kesenangan kecuali akan penuh dengan kesedihan.”
Ishaq bin Tholhah: “Aku pernah masuk menemui Hind pada suatu hari, maka aku bertanya padanya: “Bagaimana engkau melihat pelajaran raja-raja?” maka dia menjawab: “Kondisi kami hari ini lebih baik daripada kondisi kami kemarin. Sungguh kami dapati dalam kitab-kitab bahwasanya tidaklah suatu keluarga hidup dengan kebaikan kecuali akan mereka akan disusuli setelah itu dengan pelajaran. Dan bahwasanya zaman itu tidaklah menampakkan untuk suatu kaum dengan perkara yang mereka senangi sehari saja kecuali zaman tadi menyembunyikan untuk mereka satu hari yang mereka benci.”
Lalu Hind berkata:
( فبينا نسوس الناس والأمر أمرنا ... إذا نحن فيهم سوقة نتنصف )
( فأف لدنيا لا يدوم نعيمها ... تقلب تارات بنا وتصرف )
“Sementara kami memimpin manusia dan kekuasaan adalah di tangan kami, tiba-tiba saja kami di tengah-tengah mereka menjadi orang pasar.
Aku jengkel dengan dunia, kenikmatannya tidak lestari, berbolak-balik berulang kali terhadap kami dan berpaling.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya keluh kesah itu tidak bisa menolak musibah, bahkan melipatgandakannya, dan itu pada hakikatnya adalah pertambahan penyakit.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya hilangnya pahala kesabaran dan pahala kepasrahan –yaitu sholawat, rohmat dan hidayah yang dijaminkan Alloh pada kesabaran dan istirja’ (ucapan: inna lillah …) itu lebih besar daripada musibah tadi secara hakiki.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya keluh kesah dia itu membikin musuhnya senang, membikin sedih sahabatnya, membikin marah Robbnya, membikin senang setannya, dan menggugurkan pahalanya serta melemahkan dirinya. Jika dia bersabar dan mengharapkan pahala dia berhasil memotong setan dan menolaknya dalam keadaan setan tadi hina, membikin ridho Robbnya, membikin senang sahabatnya, dan membikin susah musuhnya, memikul kesedihan saudara-saudaranya dan menghibur mereka sebelum mereka menghibur dirinya. Maka inilah kekokohan dan kesempurnaan yang agung, bukannya memukul pipi, merobek krah baju, doa dengan kecelakaan dan kebinasaan dan kemarahan pada yang ditakdirkan.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya akibat yang menyusuli kesabaran dan mengharapkan pahala, yang berupa keledzatan dan kesenangan itu berlipat-lipat daripada yang dihasilkan oleh kesenangan yang ada andaikata musibah tadi tidak terjadi dan barang tadi tetap ada di sisinya. Dan cukuplah baginya Baitul Hamd (rumah pujian di Jannah) yang dibangunkan untuknya di Jannah dikarenakan dia memuji Robbnya dan beristirja’. Maka hendaknya dia melihat: musibah manakah yang lebih besar: musibah yang disegerakan ataukah musibah luputnya Baitul Hamd di Jannah yang kekal?
Dalam “Sunan At Tirmidziy” dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«يود ناس يوم القيامة أن جلودهم كانت تقرض بالمقاريض في الدنيا لما يرون من ثواب أهل البلاء»
“Ada orang-orang yang pada hari Kiamat ingin sekali kulit mereka digunting dengan gunting-gunting di dunia dikarena mereka melihat pahala dari orang-orang yang mendapatkan ujian.”
Sebagian Salaf berkata: “Andaikata bukan karena musibah-musibah di dunia niscaya kita datang pada hari Kiamat sebagai orang-orang yang bangkrut.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia menghibur hatinya dengan hiburan harapan adanya ganti pemberian dari Alloh, karena segala sesuatu itu punya ganti kecuali Alloh. Tiada ganti jika Alloh disia-siakan. Sebagaimana dikatakan:
( من كل شئ إذا ضيعته عوض ... وما من الله إن ضيعته عوض )
“Segala sesuatu itu ada gantinya jika engkau hilangkan, adapun yang dari Alloh jika engkau hilangkan maka tiada gantinya.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya bagiannya dari musibah itu adalah apa yang dihasilkan dari musibah tadi untuknya. Maka barangsiapa ridho maka dia akan mendapatkan ridho, dan barangsiapa murka maka dia akan mendapatkan kemurkaan. Maka bagianmu adalah apa yang dihasilkan dari musibah itu untukmu. Maka pilihlah bagian yang terbaik atau yang terjelek.
Maka jika musibah tadi menghasilkan untuknya kemurkaan dan kekufuran dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang binasa. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya keluh kesah dan bermudah-mudah dalam meninggalkan kewajiban dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang meremehkan kewajiban. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya keluhan dan tidak bersabar dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang tertipu. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya bantahan terhadap Alloh dan celaan terhadap hikmah-Nya maka sungguh dia telah mengetuk pintu zandaqoh (nifaq I’tiqodiy). Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya kesabaran dan kekokohan untuk Alloh, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang bersabar. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya ridho pada Alloh, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang ridho. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya pujian dan syukur, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang bersyukur, dan dia ada di bawah bendera Al Hamd bersama-sama orang-orang yang banyak memuji. Dan jika musibah tadi menghasilkan untuknya rasa cinta dan kerinduan untuk berjumpa dengan Robbnya, dicatatlah dia di dalam dewan orang-orang yang cinta dan ikhlas.
Dan dalam Musnad Al Imam Ahmad dan At Tirmidziy dari hadits Mahmud bin Labid dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«إن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضى ومن سخط فله السخط»
“Sesungguhnya Alloh jika mencintai suatu kaum Alloh akan mengujinya, maka barangsiapa ridho maka dia akan mendapatkan ridho, dan barangsiapa murka maka dia akan mendapatkan murka.”
Al Imam Ahmad menambahkan:
«ومن جزع فله الجزع»
“Dan barangsiapa berkeluh kesah maka dia akan mendapatkan keluh kesah.”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya sekalipun dirinya mencapai puncak keluh kesah, maka akhir dari urusannya adalah kesabaran yang terpaksa, dan dia tidak terpuji dan tidak mendapatkan pahala.
Sebagian orang yang bijaksana berkata: “Orang yang berakal berbuat di awal musibah apa yang diperbuat oleh orang bodoh beberapa hari kemudian. Dan barangsiapa tidak bersabar dengan kesabaran orang-orang yang mulia, dia akan menghibur diri dengan cara menghibur dirinya binatang ternak.”
Dan dalam hadits Shohih dari Nabi صلى الله عليه وسلم :
«الصبر عند الصدمة الأولى»
“Kesabaran yang terpandang itu adalah kesabaran ketika benturan yang pertama.”
Al Asy’ats bin Qois berkata: “Sesungguhnya engkau jika bersabar dengan keimanan dan mengharapkan pahala, (maka itulah yang terpandang). Jika tidak demikian, maka engkau akan menghibur diri dengan cara menghibur dirinya binatang ternak (kesabarannya itu terpaksa).”
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya obat yang paling bermanfaat untuknya adalah mencocoki Robbnya dan Ilahnya dalam perkara yang Dia cintai dan Dia ridhoi untuknya, dan bahwasanya kekhususan rasa cinta dan rahasianya adalah: mencocoki Dzat Yang dicintainya. Maka barangsiapa mengaku-aku cinta pada Dzat Yang dicintai lalu dia murka pada apa yang Dia cintai dan mencintai apa yang Dia murkai, maka sungguh dia telah bersaksi terhadap dirinya sendiri dengan kedustaan dirinya dan bahwasanya dia murka pada Dzat Yang dicintainya.
Abud Darda berkata: “Bahwasanya Alloh jika menetapkan suatu ketetapan, Dia senang untuk ridhoi.”
Imron bin Hushoin berkata dalam sakitnya: “Perkara yang paling aku sukai adalah perkara yang paling Dia cintai.”
Demikian pula ucapan Abul Aliyah.
Dan ini adalah obat, tidaklah obat tadi berlaku kecuali pada orang-orang yang cinta pada Alloh. Dan tidak mungkin setiap orang bisa berobat dengannya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia menimbang di antara keledzatan dan kesenangan yang paling besar dan paling lestari: keledzatan kesenangannya dengan barang yang dia tertimpa musibah dengan hilangnya barang tadi, dan keledzatan kesenangannya dengan pahala Alloh untuknya. Jika jelas baginya mana yang lebih utama lalu dia lebih mendahulukan yang lebih utama itu, maka hendaknya dia memuji Alloh atas taufiq-Nya.
Tapi jika dia lebih mengutamakan yang kurang utama dari segala sisi, maka hendaknya dia mengetahui bahwasanya musibah yang ada pada akalnya, hatinya dan agamanya itu lebih besar daripada musibah yang menimpa dunianya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya yang memberikan musibah padanya adalah Dzat Yang paling menempatkan sesuatu pada tempatnya dan Dzat Yang paling penyayang, dan bahwasanya Dia Yang Mahasuci tidaklah mengirimkan ujian padanya untuk membinasakannya dan tidak pula untuk menyiksanya dan bukan pula untuk menghabisinya. Akan tetapi Dia itu mengujinya dengan suatu kehilangan untuk menguji kesabarannya dan keridhoannya pada-Nya serta keimanannya, dan untuk mendengar kerundukannya pada-Nya, doanya, dan untuk melihat dirinya terpuruk di pintu-Nya dalam keadaan bernaung di sisi-Nya dalam keadaan patah hati di hadapan diri-Nya dalam keadaan mengangkat kisah-kisah keluhan pada-Nya.
Asy Syaikh Abdul Qodir berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya musibah itu tidaklah datang untuk membinasakanmu. Musibah itu hanyalah datang untuk menguji kesabaranmu dan keimananmu. Wahai anakku, taqdir itu bagaikan binatang buas, dan binatang buas tidak memakan bangkai.”
Maksudku adalah: bahwasanya musibah itu bagaikan perapian seorang hamba yang mencairkan hasilnya. Maka bisa jadi dia mengeluarkan emas merah, dan bisa jadi dia mengeluarkan kotoran semuanya sebagaimana dikatakan:
( سبكناه ونحسبه لجينا ... فأبدى الكير عن خبث الحديد )
“Kami meleburkannya dan kami kira dia itu campuran, maka perapian itu menampakkan kotoran besi.”
Jika perapian ini tidak bermanfaat baginya di dunia, maka di hadapan dia akan ada perapian terbesar (neraka). Jika sang hamba mengetahui bahwasanya dimasukkannya dirinya ke dalam perapian dunia dan peleburannya itu lebih baik baginya daripada perapian dan peleburan akhirat, dan bahwasanya memang harus masuk ke salah satu perapian, maka hendaknya dia mengetahui kadar nikmat Alloh padanya dalam perapian yang disegerakan ini.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya andaikata bukan karena ujian-ujian dunia dan musibah-musibahnya niscaya sang hamba tertimpa penyakit sombong, kagum pada diri sendiri, penyakit fir’aun dan kekakuan hati –yang mana itu adalah sebab kebinasaan dirinya di dunia dan akhirat-. Maka termasuk dari rohmat dari Dzat Yang paling penyayang bahwasanya Dirinya terkadang mengurusi dirinya dengan obat-obat musibah yang menjadi perlindungan untuknya dari penyakit-penyakit ini, dan menjadi penjagaan untuk kesehatan ibadahnya, dan mengeluarkan dari dirinya bahan-bahan yang rusak dan buruk yang membinasakan. Maka Mahasuci Dzat Yang merohmati dengan ujian-Nya dan mengujinya dengan kenikmatan-kenikmatan-Nya, sebagaimana dikatakan:
( قد ينعم بالبلوى وإن عظمت ... ويبتلي الله بعض القوم بالنعم )
“Alloh terkadang memberikan nikmat dengan ujian sekalipun ujian tadi besar. Dan Alloh menguji sebagian kaum dengan nikmat-nikmat.”
Andaikata bukan karena Alloh Yang Mahasuci mengobati para hamba-Nya dengan obat-obat ujian dan musibah niscaya mereka bersikap melampaui batas, menzholimi dan bersikap jahat. Dan Alloh Yang Mahasuci jika menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya Dia akan meminumkan padanya obat dari musibah dan ujian-ujian sesuai dengan kadar kondisinya yang dengannya Dia mengeluarkan penyakit-penyakit yang membinasakan, sampai apabila Dia merapikannya dan membersihkannya dan menjernihkannya, Dia menjadikannya pantas untuk mendapatkan kedudukan yang paling mulia di dunia yaitu ubudiyyah-Nya, dan pahala yang paling tinggi di akhirat melihat-Nya dan kedekatan dengan-Nya.
Dan termasuk dari obatnya adalah: hendaknya dia mengetahui bahwasanya pahitnya dunia adalah manisnya akhirat itu sendiri, Alloh Yang Mahasuci membaliknya seperti itu. Dan manisnya dunia adalah pahitnya akhirat itu sendiri. Dan berpindahnya dia dari rasa pahit yang terputus kepada rasa manis yang abadi itu benar-benar lebih baik untuknya daripada kebalikannya. Jika perkara ini tersamarkan darimu, maka perhatikanlah sabda Nabi yang benar dan dibenarkan:
«حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات».
“Jannah itu diliputi dengan perkara yang dibenci, dan neraka itu diliputi dengan syahwat-syahwat.”
Dan di dalam posisi ini akal-akal para makhluk bertingkat-tingkat, dan nampaklah hakikat-hakikat para tokoh. Kebanyakan dari mereka lebih mengutamakan rasa manis yang terputus daripada rasa manis yang abadi yang tidak akan hilang. Dan kebanyakan mereka tidak kuat memikul rasa pahit sesaat demi para manis yang abadi, dan tidak kuat memikul kehinaan sesaat demi kemuliaan yang abadi, serta tidak kuat memikul ujian sesaat demi kesejahteraan yang abadi, karena perkara yang ada sekarang ini menurut dia adalah sesuatu yang bisa disaksikan, sementara perkara yang ditunggu menurutnya adalah sesuatu yang tidak ada. Sementara itu keimanannya lemah dan kekuasaan syahwat sebagai raja, maka terlahirkanlah dari itu sikap lebih mengutamakan dunia dan menolak akhirat. Dan ini adalah keadaan pandangan yang tertuju pada lahiriyyah perkara, awal urusan dan permulaannya. Adapun pandangan yang menembus dan merobek tirai-tirai dunia dan melampauinya sampai ke akibat dan tujuan, maka nilainya itu lain.
Maka serulah dirimu kepada apa yang dijanjikan Alloh untuk para wali-Nya dan orang-orang yang taat kepada-Nya, yang berupa kesenangan yang lestari dan kebahagiaan yang abadi serta keberuntungan yang terbesar. Dan ajaklah untuk melihat kepada apa yang Alloh sediakan untuk para pengangguran dan orang yang suka menyia-nyiakan, yang berupa kehinaan, hukuman dan penyesalan yang abadi, lalu pilihlah mana dari dua jenis tadi yang lebih layak untukmu. Dan setiap orang beramal sesuai dengan jalannya. Dan setiap orang akan condong pada apa yang mencocoki dirinya dan apa yang lebih utama bagi dirinya.
Dan janganlah engkau menganggap obat ini terlalu panjang, karena kerasnya kebutuhan padanya dari kalangan dokter dan pasien butuh pada penjabarannya. Dan hanya dengan pertolongan Alloh sematalah taufiq itu.
(selesai dari “Zadul Ma’ad”/4/hal. 173/cet. Ar Risalah).
Saya sampai pada baris ini satu jam sebelum tengah malam, dalam keadaan rofidhoh di gunung Shoma’at memutar kaset ceramah setan mereka, lalu menyusulinya dengan lagu-lagu mereka dengan suara keras memenuhi lembah Dammaj. Semoga Alloh memerangi mereka.
Bab Lima: Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله
Ini adalah Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ... أما بعد :
Alloh عز وجل berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia:
﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, kemudian hanya kepada Kami sajalah kalian kembali.”
Dan Alloh سبحانه وتعالى berfirman:
﴿لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ﴾
“Setiap ajal itu punya ketetapan.”
Dan berfirman:
﴿وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَاباً مُؤَجَّلاً﴾
“Dan tidaklah boleh bagi suatu jiwa kecuali dengan seidzin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”
Dan dalam hadits dari Ummud Darda dari Abud Darda dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang bersabda:
«إِنَّ الله تَعَالَى فَرَغَ إِلَى كُلِّ عَبْدٍ مِنْ خَلْقِهِ مِنْ خَمْسٍ مِنْ أَجَلِهِ وَمِنْ عَمَلِهِ وَمِنْ رِزْقِهِ وَمِنْ أَثَرِهِ وَمِنْ مَضْجَعِهِ» ..
“Sesungguhnya Alloh ta’ala telah selesai pada setiap hamba dari penciptaannya pada lima perkara: pada ajalnya, pada amalannya, pada rizqinya, pada jejaknya, dan pada tempat kematiannya.”
Maka termasuk dari bab ini sesungguhnya aku menghibur diriku, syaikhku, dan seluruh Ahlussunnah di dalam Yaman dan luar Yaman dengan wafatnya saudara kami Asy Syaikh yang mulia yang berjihad dengan tangannya, lidahnya dan tombaknya sampai terbunuh sebagai syahid –sebatas yang kami duga, dan Alloh sajalah yang menilainya- pada hari Ahad tanggal lima belas Dzul Hijjah yang suci tahun 1434 Hijriyyah. Ketahuilah bahwasanya beliau adalah saudara kami Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al Adniy yang Alloh telah memberikan manfaat dengannya.
Dan sesungguhnya itu demi Alloh adalah kematian yang mulia manakala seseorang terbunuh di atas sunnah dan ketika berjaga di tapal batas dan jihad memerangi zanadiqoh kafirin. Dan dalam hadits:
"خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ "
“Dan sebaik-baik yang terbunuh adalah orang yang mereka bunuh.”
Kemudian di dalam berjaga di tapal batas. Dan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dari Salman رضي الله عنه yang berkata: Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
( رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ )
"Berjaga di tapal batas sehari dan semalam itu lebih baik daripada puasa sebulan dan sholat sebulan. Dan jika dia mati, amalannya akan terus berjalan untuknya, dan rizqinya dialirkan terus untuknya, dan dia aman dari dua malaikat penguji (di kuburan)." Diriwayatkan Muslim (1913).
Dan beliau juga termasuk dari orang yang punya ilmu yang diambil manfaatnya. Maka di dalam hadits Abu Huroiroh رضي الله عنه bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
« إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له ».
“Jika manusia mati, amalannya terputus kecuali tiga. Kecuali shodaqoh jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak sholih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim (4310).
Maka semoga Alloh merohmati beliau dengan rohmat kepada orang-orang yang berbakti, dan menjadikan beliau tinggal di Jannah-Nya yang luas, dan mengampuni ketergelinciran beliau dan mengangkat derajat beliau.
ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ، وإنا لله وإنا إليه راجعون.
Ditulis oleh
Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy
Darul Hadits di Dammaj
15 Dzul Hijjah 1434 H.
Maka dengan ini selesailah saya dari kerja keras yang sederhana ini dalam menyampaikan bela sungkawa atas gugurnya syaikh kami Kamal Al ‘Adniy dan saudara kami Ahmad An Najjar dan yang sebelum mereka dari kalangan orang-orang yang mati syahid dalam medan perang ini - Kami mengira mereka demikian, dan Alloh sajalah yang menilainya-.
والله تعالى أعلم، والحمد لله رب العالمين.
Dammaj, 16 Dzul Hijjah 1434 H.
Daftar Isi
Contents
Pengantar Penulis. 3
Bab Satu: Sekilas Tentang Kelahiran, Nasab dan Keluarga Beliau. 9
Bab Dua: Kerja Keras Asy Syaikh Al Mujahid Kamal Al ‘Adniy Dalam Menolong Kebenaran, dan Pujian Ulama Untuk Beliau رحمه الله.. 10
Bab Tiga: Penjagaan Asy Syaikh Kamal Al ‘Adniy Terhadap Sanad Riwayat Nabawiyyah 19
Bab Empat: Obat Panasnya Musibah. 20
Bab Lima: Belasungkawa Dari Syaikh Kami Yang Mulia Abu Muhammad Abdul Hamid Al Hajuriy Az Za’kariy حفظه الله.. 31
Daftar Isi 34
([1]) Catatan penerjemah: maknanya adalah: orang-orang yang diberi Alloh petunjuk untuk masuk Islam terdahulu dan hijroh kepada makhluq yang terbaik. (“Mirqotul Mafatih”/3/hal. 1168).