Bahtera Itu Kini T’lah Pergi Jauh
Menuju Tempat Terakhir Tuk Berlabuh
(Ta’ziyyah atas wafatnya Abu Sholih Muhammad
Al Makkiy Al Indonesiy رحمه الله)
Goresan Pena:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesiy
عفا الله عنه
Di Markiz Dakwah Salafiyyah
Darul Hadits Dammaj Yaman
حرسها الله
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صلى على محمد وآله أجمعين، أما بعد:
1 Malam makin larut, suara melirih.
2 Suasana hening, pendengaran jernih.
3 Di Dammaj masih ter- sisa rasa letih
4 usai dikepung Ro- fidhoh dengan gigih.
5 Datanglah kabar wa- fatnya Abu Sholih( )
6 Bagai palu hantam tanpa belas kasih.
7 “Benarkah itu wa- hai Kakak terkasih? ( )”
8 Iya benar! Itu bukan kabar salah!
9 Muhammad As Sunniy yang tinggal di Makkah
10 telah wafat mengha- dap Robbul Bariyyah
11 kar’na sakit dada yang membikin payah( ).
12 Sendi badan ini terasa melemah
13 kehilangan soda- ra yang seaqidah.
14 Kita bersahabat berapa bulankah?
15 Sebentar sekali bagai anak panah
16 yang melesat dari busur dengan gagah
17 atau air gunung menuruni lembah.
18 Memanglah amat ce- pat kita terpisah.
19 Tapi jangka waktu yang singkat itu, Bah
20 insya Alloh jadi masa penuh berkah.
21 Ana jadi tahu ada sunniy gagah
22 dari Indonesia yang di Su’udiyyah.
23 Antum aktif bantu penyebaran dakwah
24 dengan berbagai me- tode juga langkah,
25 serta lewat situs ‘Ulum Salafiyyah,
26 membela dakwah Sa- laf dari hizbiyyah,
27 bongkar kebatilan para mubtadi’ah.
28 Bagian dari ji- had fi sabilillah.
29 Sekarang tugasmu telah usai sudah,
30 saat ruh dan badan sudah harus pisah.
31 Ajal tak bisa ber- kurang atau tambah.
32 Telah datang waktu untuk sholat Shubuh
33 Para hamba Alloh berangkat tak jenuh
34 Kepada Pengua- sa jagat bersimpuh.
35 Tapi para setan enggan dan tak patuh.
36 Di lembah terdengar lolong anjing riuh.
37 Moga yang menjemput Antum, Aba Sholih
38 tamu yang cemerlang dengan baju putih
39 sambut ruhmu dengan hormat penuh kasih,
40 dimasukkan kafan yang harum dan bersih.
41 Malaikat terbang cepat tanpa letih.
42 Moga Alloh ridho amal Abi Sholih,
43 terangi kuburnya dengan dian putih,
44 hidup tentram tanpa rasa takut sedih,
45 kumpul dengan para arwah suci bersih,
46 dengan hidangan Jan- nah yang enak gurih,
47 tambah air minum yang lezat dan jernih.
48 Moga ahli waris tidak terus susah
49 Yang lebih manfaat sekarang adalah:
50 Perbanyak mohon am- punan untuk ayah
51 agar ruhnya terus diliputi rohmah
52 Lalu lanjutkanlah perjuangan dakwah
53 dengan semangat yang jangan sampai punah,
54 hati dihiasi tawakkal dan pasrah.
55 Tetap laju dengan panji Salafiyyah,
56 menjaga murninya Millah Islamiyyah
57 dari noda syirik, ma’siyat dan bid’ah:
58 “Wahai umat Islam, wahai para Ikhwah!
59 Jaga kemurnian kalimah syahadah,
60 hanya Alloh saja yang berhak disembah.
61 Cuma milik Alloh: qurban, haji, sholah.
62 Jika dikerjakan di kuburan, tak sah.
63 Jangan tertipu de- ngan benda bertuah,
64 karena yang sering terjadi adalah
65 makar setan untuk merusak aqidah.
66 Jika Anda ingin mencari barokah
67 cukuplah dalil da- ri Qur’an dan Sunnah,
68 dengan bimbingan da- ri Salaful Ummah.
69 Demikian pula di dalam ibadah
70 Ikutilah sunnah, jangan bikin bid’ah.
71 Islam jangan diku- rang atau ditambah,
72 kar'na Islam ini sempurnalah sudah,
73 penuh ilmu, kese- lamatan dan hikmah.
74 Yang ketiga wahai Ummah Islamiyyah:
75 Segala maksiat juga hindarilah,
76 jangan sampai Alloh timpakan amarah,
77 datang bencana dan berbagai musibah
78 atau tanpa berkah di sakit yang parah.
79 Atau mati tanpa bisa bersyahadah.
80 Kematian yang je- lek, na’udzubillah!
81 Atau masuk Jahim, hidup amat susah.
82 Geraman Jahannam bikin lutut goyah,
83 Orang bersimpuh de- ngan hati yang resah.
84 Sifat Jahannam mem- bikin hati “pecah”
85 Bunga apinya mem- buat terperangah,
86 bagai onta kuning, dan istana megah.
87 Fasilitas di ne- raka bikin gundah
88 Minumannya air panas juga nanah,
89 Tidak enak bahkan bikin hangus wajah.
90 Makanannya buruk bikin perut pecah.
91 Bajunya panas da- ri cairan timah.
92 Selimutnya dari api bikin gerah.
93 Bukan cuma gerah, dagingnya meleleh!
94 Bukan sekedar sun- dutan rokok cengkeh!
95 Sadarlah, ini bu- kan perkara remeh!
96 Banyaklah menangis, bukannya terkekeh!
97 Matahari telah lewat garis tengah
98 disambut panggilan yang lantang menggugah
99 Menyusuri datar- an tinggi dan rendah.
100 Adapun orang yang sabar dalam tho’ah
101 Tempat tinggal dia adalah di Jannah.
102 Perkebunan asri, tanamannya indah.
103 Juga warna warni bunga yang merekah.
104 Dengan cita rasa beraneka buah.
105 Di atas sungai a- da istana megah
106 Dari emas perak yang tak pernah musnah
107 Penuh permata yang bikin terperangah
108 Kemilau hijau, ku- ning, ungu dan merah.
109 Dalam istana ka- marnya amat mewah,
110 disambut si cantik yang penuh gairah,
111 bidadari yang a- yunya terus nambah.
112 Pelayan datang de- ngan aneka buah,
113 juga daging lezat, dan kacang yang renyah,
114 ada juga bera- gam minuman mewah.
115 Tanpa ada cekcok, semuanya ramah.
116 Inilah kehidup- an yang penuh berkah,
117 dalam Jannah yang sen- tosa dan sakinah.
118 Tapi jangan keting- galan satu ni’mah,
119 nikmah yang tertinggi bagi Ahlul Jannah:
120 melihat keindah- an wajah Al Ilah.
121 Juga dapat ridho, tidak kena marah.
122 Demikian seki- las gambaran Jannah,
123 moga bikin hati kita tambah cerah.
124 Sekarang kembali ke pokok masalah.
125 O sebentar dulu, mana para ikhwah?
126 Adam Ambon dan A- min Abu Dujanah,
127 yang membela Islam hingga simbah darah.
128 Abu Haidar dan Sho- lih si ahli sholah,
129 yang gugur membenteng- i Islam dan Sunnah.
130 Juga Abdul Ghofur, pemberani gagah,
131 menjemput ajal hing- ga berkalang tanah.
132 Moga semuanya telah dapat Jannah
133 Hidup tenang, tentram, penuh dengan ni’mah.
134 Robbi, sampaikan sa- lamku pada ikhwah.
135 Wafatnya mereka bikin kami susah,
136 hati terguncang dan air mata tumpah.
137 Tapi kami ridho dengan taqdir Ilah,
138 dan berharap mere- ka dapat syahadah.
139 Wahai sodaraku, Sholih putra Abah,
140 teruslah berjalan, lanjutkanlah langkah,
141 membantu Thoifah Manshuroh Najiyyah,
142 nama jadi harum di sisi Al Ilah,
143 sekaligus jadi pahala jariyah,
144 ganjarannya sampai kepada sang ayah.
145 Maka jangan sampai “roda” itu patah,
146 ujian jangan mem- bikinmu menyerah.
147 Perdalamlah ilmu dan kokohkan langkah.
148 Roda perjuangan gagah menjelajah,
149 masuk medan dengan jiwa istiqomah,
150 menggoncang benteng mu- suh bagai air bah,
151 menyibakkan kabut talbis dengan hujjah,
152 dengan semangat yang jangan sampai punah,
153 hati dihiasi tawakkal dan pasrah,
154 La haula wala quw- wata illa billah.
155 Tapi hati-hati, jangan sampai lengah!
156 Gemerlapnya dunia penuh dengan fitnah.
157 Banyak tokoh runtuh amalannya bubrah
158 terkena jebakan kehidupan mewah
159 yang ditawarkan a- gen hizbiy yang ramah,
160 demi gaet mangsa obral senyum murah.
161 Terkadang dilengkap- i si bibir merah
162 bikin hati goncang, tidur juga susah.
163 Apalagi jika hati memang s’rakah
164 tidak pernah puas, s’lalu minta tambah,
165 maka fitnah itu jadi lengkap sudah.
166 Setan siap pesta membikin walimah
167 atas runtuhnya si da’i Salafiyyah.
168 Di akhir Zhuhur a- ngin terus mendesah
169 menerpa pepohon- an dan atap rumah
170 Gerimis kecil mu- lai sapa tanah
171 Di puncak gunung su- dah mulai basah.
172 Orang sudah usai sholat berjama’ah
173 Waktu ‘Asar yang si- nar surya melemah.
174 Hentikan ambisi, ini lampu merah!
175 Hati yang terlena segera digugah!
176 Palingkan jiwamu dari tempat sampah!
177 Arahkan kepada Sang Pemilik Jannah.
178 Perbanyaklah sholat, dzikir dan sedekah,
179 teruslah berkumpul dengan Ahlissunnah
180 yang sibuk belajar Al Qur’an dan Hikmah,
181 yang tak banyak ngobrol tentang rumah megah.
182 Dengan cara ini harapan membuncah
183 bahwa bunga iman segar dan merekah.
184 Cahaya mentari semakin melemah,
185 diiringi jubah malam yang merambah.
186 Waktu Maghrib tiba ‘tuk sholat jama’ah.
187 Wahai sodaraku, putra Abi Sholih,
188 Teruskan langkah ja- ngan banyak merintih
189 akan onak duri yang menusuk perih.
190 Aral dan rintangan tebas dengan gigih.
191 Di langit yang tinggi mentarimu putih
192 harapan umurmu masih akan lebih.
193 Tapi ‘kan datang ma- laikat yang gagah
194 Tamu terakhir yang tak mungkin dicegah,
195 untuk membikin ruh dan badan terpisah.
196 Jangan benci dia, itu cuma p’rintah.
197 Tapi cintailah jumpa dengan Ilah.
198 Maka bekal akhi- rat harus ditambah.
199 Masa muda jangan membikin terkecoh
200 Jangan diisi de- ngan yang tak senonoh
201 seperti akhlaq o- rang yang sangat bodoh,
202 lalai hingga masuk ke dalam maqbaroh.
203 Beda sekali de- ngan Sunniy yang roboh
204 demi bela Islam di puncak Barroqoh.
205 Dengan wajah gembi- ra menghadap Alloh.
206 Tipe macam tadi sudah banyak contoh
207 yang celaka di a- khir hayat. Iya toh?
208 Hendaknya kita ma- lu kepada Alloh
209 Yang selalu awas dan tidak terkecoh
210 Maka agamamu jangan sampai roboh
211 Teruslah perkuat hingga makin kokoh.
212 Telah lama kapal itu angkat sauh
213 Bahtera tua yang semakin menjauh
214 Makin tanpa kecil di laut yang keruh.
215 Makin panjang jarak pemisah ditempuh
216 Kadang dengan angin, kadang dengan gayuh
217 untuk sampai tempat terakhir berlabuh.
218 Seiring sinar sur- ya yang makin luluh
219 Tanda kerajaan siang telah rapuh.
220 Moga tiba di Jan- nah yang sangat teduh.
221 Maafkan diriku, wahai putra Abah
222 Ana amat lambat mengirim kalimah.
223 Ana sedang sakit dan merasa payah.
224 Harus mengurung di- ri di dalam rumah.
225 Ini cuma udzur, bukan keluh kesah.
226 Adzan ‘Isya telah memenuhi lembah
227 Diiringi lolong anjing riuh rendah.
228 Di puncak gunung a- ngin terus mendesah.
229 Wahai sodaraku yang pantang menyerah
230 Itu tadi hanya sekedar hadiah
231 yang tak seberapa dan harganya murah.
232 Tapi meskipun ung- kapanku tak indah
233 moga masih bisa menghasilkan buah
234 berupa nasihat yang membawa berkah
235 Semoga sholawat dan salam tercurah
236 Untuk Muhammad sang pembawa risalah.
237 Ana tutup dengan bacaan hamdalah.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك.
Dammaj, 17 Robi’uts Tsani 1433 H
Ditulis oleh Abu Fairuz Abdurrohman Al Indonesiy
وفقه الله
تعليق