Seri Enam
(Komentar terhadap isi Kitab “Khuthurotul haddadiyyatil Jadidah Wa Aujuhusy Syabah Bainaha Wa Bainar Rofidhoh” dan Kitab “Manhajul Haddadiyyah” dan Ucapan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy Pada Akhir Tahun 1432 H)
Diperiksa Oleh:
Fadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy
Dan Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Umariy
Al Hajuriy Al Yamaniy
حفظهما الله ورعاهما
Penulis:
Abu Fairuz Abdurrohman Al Indonesiy
Al Qudsiy Aluth Thuriy
عفا الله عنه
ijk
Pengantar Penerjemahالحمد لله وأشهد لأا لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله اللهم صلى وسلم على محمد آله وأصحابه أجمعين أما بعد:
Dengan pertolongan Alloh semata kita akan memasuki seri keenam dari terjemah kitab “Shifatul Haddadiyyah Fi Munaqosyatun ‘Ilmiyyah”.
Isi dari seri keenam ini adalah membahas penipuan dan pengkhianatan Mar’iyyin terhadap umat, dan kebiasaan mereka untuk merubah lafazh, atau memotong-motong ucapan lawan yang menyebabkan makna jadi berubah. Dan ini sesuai dengan sifat Haddadiyyah yang disebutkan oleh Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy sendiri.
Oya sebagian ikhwah mengkhawatirkan diri saya atas tulisan ini. Dia berkata,”Syaikh Robi’ orang besar. Jika sampai beliau marah bisa berbahaya. Pengikut beliau banyak.”
Saya katakan: memang benar, Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy adalah orang besar. Tapi kebenaran itu lebih besar daripada dirinya. Alloh memerintahkan kita semua untuk mengikuti kebenaran. Dan kebenaran itu diketahui dengan kekuatan hujjahnya. sesungguhnya Syaikh kami Yahya Al Hajuriy dan para ulama serta tholabatul ilmi yang bersama beliau رعاهم الله telah mengeluarkan lebih dari seratus limapuluh risalah tentang penyimpangan hizb Mar’iyyin dan menampilkan di dalamnya dalil-dalil yang banyak sekali, bukti-bukti Yng beraneka ragam, dan bayyinat yang saling mendukung tentang hizbiyyah mereka. Sementara Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy tak sanggup untuk menampilkan risalah atau kaset yang berisi hujjah untuk meruntuhkan hujjah dan bayyinah serta burhan tadi. Maka kebenaran bersama ashabul hujaj wal bayyinat wal barohin.
Maka dengan ayat Al Qur’an yang manakah kami disuruh memilih ucapan dia dan meninggalkan kebenaran tadi?
Dengan hadits nabi صلى الله عليه وسلم yang manakah kami dipaksa untuk mengambil omongan dia dan membuang kebenaran tadi?
Dengan manhaj Salaf yang manakah kami diharuskan untuk mengikuti perkataan dia dan membelakangi kebenaran tadi?