• If this is your first visit, be sure to check out the FAQ by clicking the link above. You may have to register before you can post: click the register link above to proceed. To start viewing messages, select the forum that you want to visit from the selection below.

إعـــــــلان

تقليص
لا يوجد إعلان حتى الآن.

Pelurusan arah dalam kitab Ibanah

تقليص
X
 
  • تصفية - فلترة
  • الوقت
  • عرض
إلغاء تحديد الكل
مشاركات جديدة

  • Pelurusan arah dalam kitab Ibanah

    Pelurusan arah
    dalam kitab
    ”Al Ibanah”
    Sebuah Kritik Membangun
    Dari Syaikh An Nashihul Amin
    Yahya Bin 'Ali Al Hajury
    Terhadap Kitab Syaikh Muhammad Al Imam

    Penerjemah:
    Abu Sulaim
    Sulaiman Al Amboony.


    Darul Hadits
    Dammaj


    Judul asli:
    “Mujmal At-Taqwim Was Shiyanah Lima Jama’ahu As Syaikh Muhammad Al-Imam fi Kitabihi Al-Ibanah”
    Oleh:
    Syaikh Yahya Bin Ali Al Hajury
    Judul terjemahan:
    Pelurusan arah dalam kitab Al Ibanah
    Alih bahasa:
    Abu Sulaim Sulaiman Al Amboony
    Korektor:
    Abu Turob Al Jawi












    بسم الله الرحمن الرحيم
    Segala puji Allah bagi dan Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Allah serta Muhammad adalah hamba Allah sekaligus utusan-Nya, salawat Allah kepada-Nya serta kepada keluarga, dan ShohabatNya serta orang yang mengikuti hidayahNya,
    Selanjutnya:

    Pertanyaan:
    Sebagian Ikhwah bertanya tentang risalah Syaikh Muhammad Bin Abdillah Al Imam (yang berjudul) “Al Ibanah ‘an Keifiyat Ta’amul Ma’a Al Khilaf Baina Ahlis Sunnah Wal Jama’ah” (Penjelasan tentang metode bermuamalah (berinteraksi) dengan perbedaan dikalangan Ahlus Sunnah)?

    Jawab:
    Risalah ini mirip dengan risalah "Rifqon Ahlas Sunnah Biahlis Sunnah” karya Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad -semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada semua- hanya saja risalah milik Syaikh Al ‘Abbad lebih jelas mengarah dan maksud (penulisannya) sedangkan risalah Syaikh Al Imam lebih banyak susunan bab-babnya.
    Syaikh An Najmy -semoga Allah merohmatinya- telah membantah risalah Syaikh Al ‘Abbad dengan bantahan yang bagus yang identik dengan kejelasan, nasehat, dan sikap inshaf (berlaku adil) yang telah dicetak berbarengan dengan Al Fatawa Al Jaliyyah ’anil Manahij Ad Da’wiyyah, cetakan Darul Minhaj (1/220) sampai pada akhir jilid.
    Adapun risalah milik saudara kami Syaikh Muhammad Al Imam -semoga Allah memberi taufik-Nya padanya- maka mungkin saja bisa dijadikan bidikan kepada kita oleh semua orang-orang yang mengaku dari golongan Ahlus Sunnah seperti: (Ikhwanul Muslimin) atau (Al Quthbiyyah) atau (Abul Hasan), bisa saja mereka mengambil kitab tersebut yang kemudian mereka jadikan lemparan balik terhadap kita, kalau mereka mau mereka ganti judulnya atau mereka ganti nama penulisnya atau kalaupun mereka menhendaki mereka tampilkan (kitab tersebut) apa adanya, mereka memilih apa yang mau mereka pilih yang kemudian mereka menampilkannya sebagai bantahan terhadap kita dengan pola (modus) yang sama.
    Dan bisa juga kitab tersebut kami gunakan untuk membantah mereka. Kitab tersebut bisa diambil oleh seluruh pihak yang mengaku sebagai (penganut) Sunnah untuk kemudian dijadikan sebagai bantahan kepada pihak lain, dikarenakan didalamnya berisikan dalil dan atsar-atsar yang umum nan global yang masing-masing orang terkadang bisa menyeretnya demi kepentingan mereka.
    Kitab tersebut merupakan kesempatan emas yang bisa dimanfaatkan oleh (Ikhwanul Muslimin) untuk menyerang kita. Bersamaan dengan ini kami tetap berprasangka baik terhadap Syaikh Muhammad bahwasanya beliau menulis kitab tersebut -Insya Allah- dengan maksud yang baik -Allahlah yang mengetahui semua itu-, dan tidak menutup kemungkinan Ikhwanul Muslimin dan para simpatisannya mengambil kesempatan dalam kesempitan, mereka mempelajarinya kemudian menganjurkan (orang lain) untuk mempelajarinya, dikarenakan mereka mengatakan: “Ahlus Sunnah menghizbikan kita, sedangkan kami adalah Ahlus Sunnah, padahal dalil-dalil ini mendukung perkataan kita”.
    Banyak orang yang telah menulis pada pokok pembahasan yang sama (dengan motif ini) namun saja mereka to the point (blak-blakan) dengan celaan-celaan terhadap Ahlus Sunnah, akan tetapi tulisan-tulisan mereka tidak begitu besar pengaruhnya, mereka begitu pula para simpatisan mereka menganggap bahwasanya “tidak boleh bagi siapapun untuk mengatakan bahwa mereka telah keluar dari (lingkaran) Ahlus Sunnah bahkan mereka beranggapan bahwa mereka itulah sebenar-benarnya Ahlus Sunnah“, dan penghizbiyan mereka adalah “melampaui batas“, “kedholiman”, “tidak memiliki perasaan dalam (menjaga) persaudaraan”, “tiada rasa semangat dalam menyatukan persepsi kaum muslimin”, “berusaha melakukan perpecahan”, “bisikan-bisikan setan”, “membebani ( memberatkan orang lain)”, dan lain sebagainya dari tuduhan-tuduhan yang ada.
    Oleh karena itu barangsiapa yang hendak untuk menulis tentang Etika perselisihan (hendaknya) dia memperjelas dan menempuh etika dan adab perselisihan yang telah ditunjukkan oleh perkataan Allah ;
    ﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى الله ذَلِكُمُ الله رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ﴾ [الشورى : 10].
    Dan tidaklah kalian berselisih pada sesuatu maka kembalikanlah hukumnya kepada Allah, maka yang demikian itu Dialah Allah Robbku, hanya kepada-Nyalah aku bersandar dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.
    Dan perkataan Allah :
    ﴿فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى الهi وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا﴾ [النساء : 59].
    Maka jikalau kalian berselisih dalam suatu (perkara) maka kembalikanlah kepada (Kitab) Allah dan (Sunnah) Rosul apabila kalian itu beriman kepada Allah serta hari kiyamat, yang demikian itulah adalah lebih baik dan merupakan sebaik-baiknya pentafsiran.
    Lalu kemudian masuk pada inti pembicaraan seperti;
    • Bagaimanakah dakwah para Rosul
    • Bantahan-banahan Salaf (terhadap orang yang menyelisihi sunnah)
    • Bagaimana pula (perbandingannya) apabila dihadapan pada Al kitab dan Sunnah dan pondamen-pondamen Ahlul ‘Ilmi serta (ditinjau) dari maslahat syari’at baik dari segi agamis ataupun individual
    • Bagaimana menerangkan kesalahan pihak yang salah
    • Etika seorang murid terhadap gurunya
    • Serta adab seorang anak terhadap orang tuanya
    • Rakyat terhadap pemimpinnya
    • Bagaiman pula menghormati para ulama dan bermuamalah dengan mereka -muamalah yang semestinya-, tanpa (dilandasi dengan) hawa nafsu, taklid dan tanpa fanatik buta, dan yang semisalnya.
    Pembahasan ini membutuhkan sebuah tulisan yang didalamnya berisikan -(pembahasan) yang sarat Ilmiyah nan jelas- tanpa adanya campur aduk (materi), yang terkadang bisa dimanfaatkan oleh pihak musuh yang menyelisihi kita.
    Bukan (dengan jalan) serampangan dan upaya pemaksaan menghindar dari inti permasalahan, demi menopang sisi netralisasi (non blok) yang hanya sekedar gambaran transparan belaka (yang tidak jelas arahnya), untuk mengikuti pendapat si fulan atau yang lainnya dari kalangan para masyayikh dalam fitnah ini.
    Telah mengabarkan kepada kami sebagian ikhwah Ahlus Sunnah di kebanyakan Negara bahwa kelompok (Anshorus Sunnah) dan juga yang lainnya mengambil risalah "Rifqon" karya : Syeikh Al ‘Abbad -semoga Allah memberikan taufik-Nya kepadanya- lalu membantah Ahlus Sunnah dengannya, sedangkan (kelompok) mereka itu menyerupai (Ikhwanul Muslimin) dalam sekian banyak penyelisihan. Yang kemudian mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan risalah tersebut demi memenuhi kemaslahatan (hasrat) mereka untuk melawan Ahlus Sunnah, dengan (melempar tuduhan) bahwasanya kita : "tidak berlemah lembut terhadap mereka padahal mereka termasuk dari kalangan Ahlus Sunnah, dan begitu pula slogan: “Kami (kelompok) ekstrim (barisan garis keras)", dan “orang-orang dholim", dan lain sebagainya dari berbagai kedustaan yang mereka propagandakan.
    Padahal (risalah) itu (Rifqon) lebih gamblang dari pada risalah Syaikh Muhammad Al Imam -semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kami dan pula mereka keseluruhan-.
    Jadi, Syaikh Muhammad Al Imam -semoga Allah memperbaiki (keadaannya)- (dengan tulisannya ini) telah menyodorkan bantuan -dan aku tak mengira kalau dia mau mempersembahkannya dalam bentuk matang- bagi sejumlah firqoh (kelompok) yang menisbatkan diri kepada Ahlus Sunnah-, meskipun tujuannya baik -kami menyangka demikan dan Allahlah yang menilainya-, akan tetapi:
    "كم من مريد الخير لم يبلغه".
    Berapa banyak orang yang menghendaki kebaikan, namun dia tidak menggapainya.
    Maka keadaan beliau dengan sebab risalah tersebut adalah sebagaimana pepatah yang dikatakan:
    رام نفعا فضرّ من غير قصد ومن البرّ ما يكون عقوقا
    Maksud hati meraih manfaat, malah mencelakai tanpa ia hendaki
    Terkadang kebaikkan malah berbalik menjadi kedurhakaan diri
    Dan kondisinya seperti orang yang berupaya untuk “menyembuhkan sakit kepala namun terkadang menyebabkan penyakit kusta”,
    Maka dia (berbuat demikian) atas tanggungan para pembela (Al ‘Adeny) dan (Al Wushoby), yang akhirnya perbuatannya itu menyeretnya untuk membela orang-orang yang tidak pantas untuk dibela.
    Dan juga (didalam risalah tersebut) ada sedikit celaan dan peremehan terhadap saudara-saudaranya Ahlus Sunnah di Darul Hadits di Dammaj.
    Dan lain sebagainya dari penyelisihan(yang terdapat di risalah tadi) namun bukan sekarang waktunya untuk di (naqd) koreksi dan dibantah. Wallahul Musta’an.
    Duhai sekiranya dia menjelikan lagi pandangannya dalam kitab tersebut, dan tidak mudah tertipu dengan rekomendasi-rekomendasi serampangan yang tidak meluruskan kitab sesuai dengan porsinya secara ilmiyah.
    Maka kitab tersebut inilah pelurusannya dan inilah inti sarinya, serta inilah derajatnya, tidak kurang dan tidak lebih -insya Allah-, sebagaimana yang telah terdahulu: bahwasanya dia membantu sekian banyak firqoh (kelompok) yang menisbatkan dirinya kepada Sunnah.
    (Yang ternyata), dia berisikan sebagian dari usul (pokok dasar) (pemahaman) (Abul Hasan) dan (‘Ar’ur) dan yang lainnya dari pihak-pihak yang telah di bantah kesalahan mereka, dikarenakan menjadikan sampul depan tersebut sebagai perisai terhadap kesalahan-kesalahan mereka, dan tanpa adanya kritikan, dan tanpa menerima Al Jarh dengan Al Haq terhadap mereka, dengan (berisikan) banyak penukilan secara umum lagi global yang telah gagal, berjalan diatas penganut idiologi Al Muwazanat (yang menyebutkan kebaikan dan kejelekan ketika manjarh majruhin) dan yang lain sebagainya dengan tanpa menengok kepada tujuan sang penulisnya saudara kami Syaikh Muhammad Al Imam -semoga Allah memberikan taufik-Nya kepadanya-, dan dari sini dapat diambil kesimpulan bahwasanya orang yang mambela kesalahan orang lain -baik sengaja atupun tidak sengaja- justru akan menyusahkan si pembela dan juga pihak yang dibela dan yang lainnya.
    Sudah seyogyanya bagi siapa yang ingin mengarang sebuah kitab, (hendaknya) yang pertama dilihat adalah memandang lebih jauh tentang inti kitab dan tujuan ditulisnya kitab tersebut.
    Maka kitab ini ditujukan kepada sebuah kasus yang tengah terjadi antara (Al Hajury) dan (Al ‘Adeny) serta (Al Wushoby) dan ingin memungut kesana dan kemari, sedangkan ruang lingkup permasalahan terlalu diperluas, yang hasilnya bisa dimanfatkan oleh (Ikhwanul Muslimin), dimanfaatkan oleh (Al Quthbiyun), dan dimanfaatkan oleh (Al Hasaniyun) dan yang lainnya, yang kemudian dijadikan bidikan balik kepada kita dengan sesuatu yang telah matang.
    Adapun permasalahan kita ini (sebenarnya) lebih rendah dari itu semua, andaikata selamat dari keinginan untuk memperluasnya yang di tujukan kepada kita dengan beberapa tujuan-tujuan dan dorongan-dorongan (dibelakang itu semua).
    Allah tidak mungkin lalai dari itu semua, maka tidak perlu adanya kegaduhan dan kedahsyatan semacam ini.
    Perkaranya hanyalah sebagian dari murid kami terjadi pada mereka ini dan itu (keluar dari tatanan) dan (terjatuh dalam hizbiyah), seandainya mereka kembali (maka sungguh amat baik bagi mereka) dan kalaupun tidak, (maka) Allah akan menggantikan (dengan lainnya), dan Allah telah menggantikan yang lebih baik dari mereka, Walhamdu lillah.
    Dan sebaik-baik (jalan) yang ditempuh oleh orang yang menginginkan kebaikan bagi dirinya sendiri dan bagi mereka dalam permasalahan ini adalah menganjurkan mereka untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar, tanpa membebankan diri kalian dengan melakukan pembelaan terhadap kesalahan-kesalahan mereka dan kesalahan-kesalahan selain mereka secara otomatis, serta menjerumuskan mereka untuk terus-menerus dalam kebatilan.
    (Metode seperti) ini adalah metode yang keliru dari pondasinya sampai puncaknya, meskipun nampak indah disisi kalian dan kalian menamainya tawaqquf (non blok), atau shulh, (perdamaian), karena sesungguhnya itu mencelakai sang pembela kebatilan serta pihak yang dibela, karena kebenaran lebih kuat dari pada sekedar pamer otot tanpa bukti.
    Inilah kebenaran bagi siapa yang menempatkan Al haq pada keagungannya, serta menempatkan setiap perkara pada tempatnya, dengan pemahaman yang diambil dari perkataan Allah :
    ﴿وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا﴾ [الأنعام : 164].
    “Dan tidaklah setiap jiwa itu melainkan menanggung (perbuatan)nya”.
    ﴿وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى﴾ [الإسراء : 15].
    “Dan tidaklah mungkin bagi (seseorang) untuk memikul kesalahan orang lain”.

    Pertanyaan:
    Ada salah seorang saudara berkata: Apakah bisa kita katakan bahwa kitab Syaikh Muhammad Al Imam ini merupakan (bentuk) dakwah kepada pendekatan antara kita dengan firqoh-firqoh yang memusuhi Ahlus Sunnah dengan Ahlus Sunnah?

    Jawab:
    Tidak secara mutlak di tujukan kepada semua musuh-musuh, iya memang yang dimaukan (darinya) adalah (bentuk) dakwah pendekatan antara kita dengan firqoh-firqoh yang memusuhi kita, yang menisbatkan diri mereka kepada Ahlus Sunnah, seperti (Al Ikhwan) dan (As Sururiyah) dan (Al Hasaniyin) dan Al Quthbiyah) dan (pengekor Hizby Jadid), atau yang seperti mereka, baik itu Syaikh Muhammad sadari atuapun tidak ia sadari.
    Ini adalah pelurusan secara global dari apa-apa yang terkandung dalam kitab “Al Ibanah” dan kami berharap dari saudara kami yang mulia Muhammad Al Imam -semoga Allah tetap menjaganya- untuk menengok (kembali) kitabnya tersebut dengan memberi pelurusan kepadanya dengan terperinci tanpa membutuhkan anjuran dalam perincian-perinciannya dari orang lain, semoga Allah membalasnya dengan ganjaran kebaikkan.

    Pertanyaan:
    Wahai Syaikh! Gimana pendapat anda tentang kitab Syaikh Muhammad Al Imam yang berjudul “Al Ibanah”, apakah anda mengijinkan untuk diperjual belikan di Dammaj?

    Jawab:
    Tidak, bahkan sepantasnya untuk ditempatkan di perpustakaan sesi (kutubudh dholal) buku-buku sesat.

    Selesai pada waktu Ashar
    Kamis 26 Rojab 1431 H.
يعمل...
X