• If this is your first visit, be sure to check out the FAQ by clicking the link above. You may have to register before you can post: click the register link above to proceed. To start viewing messages, select the forum that you want to visit from the selection below.

إعـــــــلان

تقليص
لا يوجد إعلان حتى الآن.

Jangan lupa

تقليص
X
 
  • تصفية - فلترة
  • الوقت
  • عرض
إلغاء تحديد الكل
مشاركات جديدة

  • Jangan lupa

    JANGAN LUPA
    dengan
    JEJAKMU KETIKA MENUNTUT ILMU AGAMA
    Ditulis oleh:
    Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
    -Hafidzahullahu-
    بسم الله الرحمن الرحيم
    Abu Ahmad apa yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan seperti ketika dia menuntut ilmu atau ketika baru balik dari tempat menuntut ilmu dia terlihat tawadhu’, ‘iffah dan tekun beribadah, namun ketika sudah dianggap sebagai ustadz atau sudah memiliki pengikut maka dia terlihat congkak, tamak dan rakus dengan dunia sebagaimana yang ada pada diri Asasudin asal Lumajang? Jawaban:
    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على نبينا محمد خاتم النبيين، وعلى آله الطيبين، أما بعد: Syaikhuna Imam Darul Hadits Dammaj –Hafizhahullah- pernah ditanya tentang pertanyaan seperti ini pada pelajaran kitab “Shahih Muslim” maka beliau berkata: “Sebabnya karena: 1. Syaithan 2. Hawa nafsu, dan 3. Teman duduk yang jelek”. Adapun tentang Asasudin Al-Lumajangy maka kami sudah tahu tentang perihalnya, ketika kami ziaroh ke Magetan sempat ada ikhwah mengabarkan kepada kami tentang prilaku jeleknya, begitu pula ketika kami di Dammaj ada mantan murid-muridnya menceritakan kepada kami tentang prilakunya, bahwasanya ketika pria yang satu ini kembali dari Dammaj benar-benar menampakan tawadhu’, zuhud dan ‘iffah, ada yang menawarkan fasilitas dakwah kepadanya langsung dia menolak, mau dikasi ini dan itu tetap dia tidak mau (mungkin karena masih bujang biar cepat laris…) namun ketika sudah menikah terlihat “asas suu’”-nya; yang tadinya dia ditawarkan berbalik; justru dia yang meminta-mintanya, bahkan dia bangga menampakan proposalnya ke mantan muridnya ketika mau ke Dammaj. Begitu pula kaitannya dia dengan prilaku jeleknya dalam membimbing santri, di pondok Magetan dia berdiri seakan-akan sebagai “perdana mentri”, bila melihat dari santri baru sedikit yang hadir di masjid maka dia langsung pergi (tidak mau ngajar), padahal kalau ditelusuri jejaknya mungkin santi-santrinya itu lebih baik dari dia. Begitu pula bila dia sudah duduk di kursinya, kalau tidak disediakan air AQUA dia pun berkata dengan mengeraskan suaranya: “Dimana ini bagian pengairan?!!!”. Begitu pula setelah shalat maghrib bila pengurus belum menyiapkan alat pengeras suara dia pun marah-marah dengan mengangkat suara tinggi sambil memukul meja, sampai para santri berkata: “Belum kami dapatkan perlakuan seperti ini ketika kami pondok di tempat lain!”. Sikap bodoh Asasudin ini jelas sangat menyelisihi petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam marah kalau melihat kemungkaran atau kalau sedang memperingatkan dari kesesatan dan bid’ah, adapun Asasudin ini maka dia lebih berhak untuk dimarahi karena pengurus yang menyiapkan alat pengeras suara sedang melakukan shalat dua roka’at setelah maghrib. Kalau orang menyaksikan Syaikhuna Imam Darul Hadits Dammaj –Hafidzahullah- lalu membandingkannya dengan pria yang berasas jelek ini maka perbandingannya tidak bisa dijangkau: 1. Syaikhuna pernah berkata: “Seorang pun yang hadir di majelis ini maka saya akan mengajarinya!”. 2. Beliau ketika ngajar tidak pernah menuntut setengah gelas pun dari air putih lebih-lebih AQUA!!!. 3. Bila di tengah-tengah proses mengajar pengeras suara terputus (mati) maka beliau tetap mengajar dan tidak sedikit pun memarah-marahi pengurusnya. Orang semisal Asasudin ini mau dilihat dari sisi mananya?! Akhlaknya rapuh, fiqihnya lesuh dan manhajnya rusuh; orang sesat sufi dijadikan sebagai ustadz dalam membantunya mendidik murid-muridnya. Sekarang tampil beda yang prinsipnya sama dengan prinsip pemilik yayasan “MAAL” Makassar, mereka ingin mengkader generasi yang berpendidikan dengan cara dakwah lewat sekolah karena gajinya memuaskan dan cepat bisa duogami, dengan sebab itu mereka pun semakin jauh dari manhaj yang lurus: فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ [الصف/5] “Tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) maka Allah palingkan hati-hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang mereka berbuat maksiat”. (Ash-Shaf: 5). Dan lebih anehnya orang yang berasas jelek ini berani mengomentari Salafiyyin yang di Dammaj maupun yang di Indonesia bahwa mereka hizbiyyun dengan dalil karena mereka berselisih. Maka pada kesempatan ini kami katakan: Perselisihan adalah Sunnatullah dan termasuk sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, baik itu perselihan tentang perkara besar ataupun perkara yang paling kecil sebagaimana terjadi di zaman Nabi –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; ada dua orang shahabat berselisih di dalam masjid tentang malasah utang sampai si penagih mengangkat suara keras (ini teranggap perkara kecil), begitu pula di zaman khalifah ‘Ali bin Abi Thalib terjadi perselisihan hingga berujung dengan pertumpahan darah (dan ini teranggap perkara besar), apakah mereka yang berselisih tersebut kemudian layak dan pantas untuk dikatakan sebagai hizbiyyun?!! Justru Asasudin-lah yang hizby!!! karena dia pada “asas”nya “suu’” dan sudah bercabang-cabang menjadi: 1. Al-Wala’ (loyalitas) dan Al-Baro’ (berlepas diri) yang sempit 2. Teman duduknya adalah para hizbiyyun 3. Memuji tokoh-tokoh hizbiyyin 4. Tukang minta-minta (proposal) 5. Menghalalkan minta-minta 6. Mengikuti hawa nafsu 7. Memusuhi Salafiyyin 8. Pemuja Jam’iyyah.

    MENGAKHIRKAN DAN MENGQOSHAR SHALAT
    بسم الله الرحمن الرحيم
    Saya dalam safar nanti kalau sudah masuk waktu shalat (zhuhur) boleh kan bagi saya mengakhirkannya (lalu menqosharnya dengan ashar) dan apakah saya harus iqomah diantara keduanya? Abu Jarir Ibnu Alimu Al-Limbory (08539xxxxxx). Jawaban:
    بسم الله الرحمن الرحيم
    الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على نبينا محمد خاتم النبيين، وعلى آله الطيبين، أما بعد: Boleh, kalau dia sudah keluar dari kota atu tempat mukimnya, Allah Ta’ala berkata: وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ [النساء/101] “Dan apabila kalian bepergian di muka bumi maka tidaklah mengapa bagi kalian untuk men-qashar shalat”. (An-Nisa’: 101). Dan di dalam “Shahih Muslim” dari hadits Jabir –Radhiyallahu ‘Anhu- bahwa Nabi –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggabungkan dua shalat dengan sekali azan dan dua kali iqamah. Wallahu Ta’ala A’lam wa Ahkam. Dijawab oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory –Hafizhahullah-.
يعمل...
X