قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Di tulis oleh:
Abul 'Abbas Khadhir Al-Mulky
Muroja'ah:
Al-Ustadz Abu Thurob Al-Jawi
بسم الله الرحمن الرحيم
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
ٍ Sudah merupakan sunnatullah, bahwa yang namanya al-haq dan al-bathil akan senatiasa berseteru. Ditengah-tengah upaya berdiri bersama al-haq dalam menghadapi kebatilan yang ada belum usai bangkit pula kebatilan yang tersamarkan keberadaannya, yang muncul dari dalam sendiri, maka sebagai seorang mu'min hendaknya ketika dia berhadapan dengan kebatilan, hendaknya dia tidak memilih-milih, walaupun yang bersama kebatilan itu adalah temannya, sanak kerabatnya atau orang yang paling dia cintai sekalipun tetap dia tegak dan menyuarakan kebenaran. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri berkhutbah, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Wahai manusia, sesungguhnya telah sesat orang-orang sebelum kalian, apabila telah mencuri dari mereka orang yang mulia, maka mereka menggugurkan (hadnya), dan apabila telah mencuri orang lemah mereka tegakkan had atasnya, demii Allah, Seandainya Fatimah bintu Muhammad telah mencuri maka Muhammad akan memotong tangannya" (HR. Bukhari, dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhu).. Kemudian dari pada itu: Agama adalah nasehat merupakan suatu prinsip yang sangat agung sangat utama, yang telah diletakkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mengatur tatanan kehidupan umatnya. Apabila seseorang memahami dan kemudian mau merealisasikan segala konsekwensi dari prinsip tersebut maka dadanya akan selalu lapang, Allah 'azza wa jalla berkata: فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (mengikuti) Islam ". (Al-An'am: 125). Jika dia terjatuh pada penyimpangan atau suatu kesalahan dan kemudian diingatkan maka dia akan bergegas sadar dan kembali kepada kebenaran, bila dia berada pada pendapat yang marjuh kemudian diingatkan maka dia akan segera mengambil pendapat yang rojih dan berpegang dengannya dengan pegangan yang kokoh. Namun apabila seseorang tidak mau memahami prinsip tersebut dan juga tidak mau tahu dengan konsekwensinya, maka hatinya akan selalu sempit dan emosi, kebencian dendam akan dia tebarkan terhadap siapa saja yang menyelisihinya walaupun orang yang menyelisihinya tersebut di atas kebenaran,yang memiliki hujjah yang sangat kokoh yang tak tergoyahkan. Allah 'azza wa jalla berkata: وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ "Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman". (Al-An'am: 125). Jika seperti ini keadaannya, dia pun mengunggulkan pendapatnya dan meremehkan serta merendahkan dalil-dalil dari Al-Quran maupun As-Sunnah. Berikut ini kami sebutkan persaksian kami terhadap fitnah ini: AFIFUDIN KATAKAN SYAIKH YAHYA HASAD?! Dalam kitab Mukhtashar Al-Bayan (buku yang membongkar hizbinya Abdurrahman/Abdullah) nama Afifudin telah ada, dia berkata: "Syaikh Yahya hasad". Ketika para pembelanya membacanya: Mereka berkata: Tidak mungkin Afifudin berkata begitu kepada mantan gurunya! mana buktinya? Ini tidak ada sanadnya! Maka kami akan menguatkan apa yang telah di sebutkan dalam kitab tersebut. Kami tegaskan khabar tentang ucapan Afifudin ini sudah mutawatir, dan banyak yang menyaksikannya, Dan kami saksikan langsung pada hari jum'at seusai sholat ashar, [Biasanya Afifuddin setiap jum'at ba'da ashar mengajar Kitab Al-Adabul Mufrad di Mushalla Graha IPTEKDOK FK UNAIR Surabaya, namun pada hari itu, dia tidak bisa hadir karena Mushalla UNAIR mulai hari itu telah dilarang untuk dipakai ta'lim oleh Afifuddin dkk-nya]. Pada hari itu dia mengumpulkan santri-santrinya untuk membahas fitnah yang telah terjadi, dia mengatakan "bahwa fitnah ini tidak bisa disamakan dengan fitnah Abul Hasan Al-Mishri, syaikh Abdurrahman tidak bisa disamakan dengan Abul Hasan, karena Abul Hasan jelas hizbinya", demikianlah perkataan Afifuddin, seolah-olah dialah yang pertama-tama mengetahui dan membongkar penyimpangan Abul Hasan. Dan saat itu kami saksikan dan dengar langsung dengan telinga kami, dia juga mengatakan bahwa yang memicu fitnah ini adalah Abu Hazim dan Muhammad Irwan, [Ini persis dengan pernyataan sururiyyun ketika mereka mengadakan daurah masyaikh dengan mengundang Abdurrahman Abdulkholiq, ketika Ja'far (semoga Allah beri dia hidayah dan semoga dia kembali duduk belajar di majelisnya ulama, dengan kurangnya ilmu padanya) tidak setuju dengan daurah itu, kemudian ustadz Muhammad as-Sewwed ikut Ja'far, maka para sururiyyin kemudian menyatakan persis seperti Afifuddin: Bahwa pemecah belah, pengacau, pembuat fitnah adalah Ja'far dan Muhammad As-Sewwed. Dan dia juga mengatakan penghizbian terhadap Abdurrahman adalah dilakukan oleh orang-orang yang hasad dan iri" Selanjutnya dia berkata: Apakah saya harus iri kalau murid-murid saya (santri Al-Bayyinah) pindah ke Ma'had Daarul Atsar (Ma'had Kholiif)?", maka dari ucapan ini jelas bahwa Afifudin telah memvonis syaikh Yahya iri terhadap Abdurrahman. Dan sebelumnya di Ma'hadnya tersebar perilaku berbaik sangka terhadap Abdurrahman Al-'Adni, kami berbicara dengan beberapa ikhwah santri Afifudin, dan dikatakan kepada kami: Masa' langsung menghizbikan syaikh Abdurrahman karena buka markaz baru, kita itu berbaik sangka dengan syaikh Abdurrahman, mungkin dia mau buka markaz baru itu dengan membuat persyaratan-persyaratan juga menunjuk orang-orang tertentu untuk ikut dia, karena mungkin markaznya kecil (tidak bisa nampung kalau banyak yang ikut). Sehingga dengan berita-berita yang Afifudin sampaikan tersebut salah seorang santrinya berkata kepada kami: Ana mungkin gak jadi ke Yaman, saya belajar ke Saudi saja, karena fitnah di Yaman besar. Padahal santrinya tersebut awalnya sangat semangat untuk ke Dammaj, sejak dari Makassar sudah beliau tanamkan tekadnya untuk ke Yaman, hingga akhirnya batal. Maka kami katakan: Kenapa begitu luar biasa baik sangkanya Afif hanya terhadap gurunya (Abdurrahman), kenapa dia tidak baik sangka kepada Syaikh Yahya?. Dan lebih mengherankan lagi adanya pihak-pihak yang sengaja menyebarkan berita, bahwa fitnah di Dammaj semisal fitnah di zaman Imam Bukhari dahulu, mereka terlalu baik sangkanya terhadap Abdurrahman mereka berani identikkan kalau Abdurrahman itu seperti Al-Imam Bukhari adapun syaikh Yahya semisal Al-Imam Muhammad bin Yahya Ad-Dzuhli, yang dikatakan hasad, wallahul musta'an, Abdurrahman (seorang hizbi) mau disamakan dengan Al-Imam Abu Abdillah Al-Bukhari (seorang imam, seorang amirul mu'minin fil hadits), إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, Ini musibah. Ketika tersebar bahwa ma'had Al-Bayyinah Gresik dibangun atas dasar uang minta-minta dan disebutkan para peminta-mintanya, maka bangkitlah para pembela dan simpatisannya membantah ini tidak benar, kita santri sana tidak melihat atau mendengarkan hal itu, ini jelas tidak benar. Maka kami katakan: Terus siapa yang telpon di Lantai dua Ma'had Al-Bayyinah sebelum jadi pembangunan masjid Al-Bayyinah itu, kalau bukan Agus Su'aidi, yang tidak punya rasa malu meminta! Dan terus siapa ketika mengadakan halaqah di Bojonegoro ada yang tanya ustadz bangun ma'had seperti itu besarnya dari mana dananya? Dengan bangga dengan penuh percaya diri sambil tertawa, Afifudin menjawab: Kan tinggal sms!!! Apa ini bukan minta-minta? Terus atas ide siapa yang meletakan kotak infaq di ruang tamu Ma'had Al-Bayyinah, yang ruang tersebut di bawah masjid Al-Bayyinah (yang ketika itu masjidnya belum jadi), dan kotak infaqnya dari gardus dan tertuliskan dengan warna hitam "INFAQ BANGUNAN"? Ini jelas tidak beradab terhadap sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyari'atkan umatnya untuk memuliakan tamu, ini justru malah mau menyinggung perasaan tamu, bagaimana tidak, tamu butuh untuk di jamu malah diketuk hatinya dengan diminta-mintai, apakah para pengasuh/pengurus Al-Bayyinah itu lupa dengan hadits Nabi shallallahu'laihi wa sallam: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya". (HR. Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah). Tidak heran jika kemudian ketika telah berdiri dua asrama Al-Bayyinah berlantai (besarnya semisal Hotel), muncullah pembahasan dari tukang minta-minta dengan tema: "Adab-adab Berinfaq" yang ditulis oleh Agus Su'aidi, yang telah tersebar luas. Dan soal minta-minta ini tersebar keseluruh penjuru, sampai-sampai Kholiifah (ya'ni Kholiiful Hadi) ketika pindah dari Ma'had Umar bin Al-Khoththob Lamongan menempuh metode minta-minta pula, kalau tentang Kholiifah ini bagi kami tidak perlu lagi menjelaskan penyimpangannya, karena terang dan jelas kesalahannya, tidak butuh lagi kami menyalakan lampu disiang hari yang sangat terang dengan cahaya matahari yang ada. Direktur ma'had Al-Bayyinah Agus Su'aidi dengan penuh semangat buta berani berkata: Syaikh Yahya majruh, dan tidak (dianggap/diterima) jarh-nya. Khabar ini dikutip dari Agus Su'aidi dari Rozi dan diceritakan ke Ustadz Abu Mas'ud dan kemudian disampaikan ke Dammaj, dan kami diceritakan oleh akhuna Affan dan juga kami dengarkan dari Ustadz Abu Arqam. Hal ini sama persis yang disampaikan Abdussalam (Ambon), ketika memberikan jawaban kepada akhuna Ridwan, dia berkata: Ana bukan tipe pentaqlid terhadap syaikh Abdurrohman, dan tidak ada ulama yang menjarh beliau, tapi justru syaikh Yahya yang di jarh ulama". Dua orang ini entah tahu dari mana pernyataan seperti itu? Apakah mereka pernah ke Dammaj atau apakah mereka pernah duduk menimba ilmu di hadapan para ulama yang mengajarkan kepada keduanya perkataan seperti itu? Ataukah syaithan dari mana yang membisikkan mereka dengan perkataan ini? KAMI MEMPERTANYAKAN TAUBATNYA LUQMAN DARI PENYIMPANGAN SELAMA JADI PANGLIMA LJ? Telah tersebar pernyataan kami yang mempertanyakan taubatnya Luqman, maka kami perjelas lagi: Kalau seandainya dia (Luqman) benar-benar taubat dari penyimpangannya dari wakil panglima LJ yang mengerikan itu, maka tentu dia tidak akan mungkin mau menggunakan cara-caranya yang dulu!, sekadar contoh pembelaannya terhadap Abdurrahman/Abdullah persis pembelaannya terhadap Ja'far Umar Tholib, siapa saja (sekadar contoh Al-Ustadz Dzulqarnain) yang menjelaskan kesalahan Ja'far dan LJ maka langsung mendapat tahdziran dari wakil panglima berikut dari kawan-kawannya. Juga diantara dari sekian cara-cara yang dia masih pakai adalah "Menebar Dusta Membela Hizbi" dan meluncurkan kelicikan, dan ini telah terkumpul data-datanya pada kami. Diantara kelicikannya Luqman berpura-pura menterjemahkan nasehat syaikh Robi' kedalam bahasa Indonesia agar berdiri di tengah-tengah, namun ternyata dia menghimbau agar ikhwah berangkat belajar ke Syihr dan dia berani melarang ikhwah agar tidak ke Dammaj. Dan dia meluncurkan kelicikan dengan menghina syaikh Yahya, berikut ini kami sebutkan kelicikannya: 1. Luqman Ba'abduh berkata: Sekedar dai (syaikh Yahya, ed) nggak tahu manhaj sudah naik pangkat (Afifudin tertawa terbahak-bahak). Tanggapan: Ittaqillah ya Luqman! Renungkan dan pikirkan ini! Ya Afifudin betapa riang gembiranya anta sehingga bisa tertawa berbahak-bahak seperti itu!. Apakah itu bukan penghinaan dan pelecehan serta pembodohan terhadap syaikh Muqbil, apakah mungkin syaikh Muqbil mengangkat kholifahnya dengan orang tidak tahu manhaj? Masya Allah syaikh Muqbil dengan mantap mengakui kebaikan dan bagusnya manhaj syaikh Yahya, sehingga menunjuknya jadi penggantinya tiba-tiba tampil beda Luqman Ba'baduh merasa lebih pintar. إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. Seharusnya Luqman bercermin (muhasabah), syaikh Abu Abdirrahman Yahya Al-Hajuri naik pangkat (afwan menggunakan istilah Luqman) diridhai oleh para ulama ketika itu, termasuk syaikh Muqbil dan bahkan syaikh Muqbil memberikan laqob kepada beliau An-Nashih Al Amin, namun anta Ya Luqman naik pangkat siapa yang ridhai? Paling-paling para simpatisanmu, anta naik pangkat sederet dengan Al-Ustadz Muhammad As-Sewed di Yayasan Asy-Syari'ah (sebagai penasehat majalah), bahkan anta plus dijadikan rujukan utama ketika ada musykilah, ulama siapa yang meridhaimu? Ketika beberapa ustadz mentahdzir umat dari penyimpangan panglima dan anta (wakil panglima), kemudian anta bangkit sebagai pahlawan balas mentahdzir dengan yang lebih mengerikan, setelah jelas padamu penyimpangan tiba-tiba anta bangkit bersegera, langsung mentahdzir panglima sehingga dia benar-benar jatuh kemudian anta pun terangkat setinggi langit!. Kalau Ja'far jelas penyimpangannya sangat dan amat fatal, namun dia pernah dipuji dan dikatakan dai kibar Indonesia oleh Asy-Syaikh Muqbil, masih mending dia dipuji ulama dari pada Luqman, adapun Luqman ulama siapa yang memujinya? Paling-paling hanya pujian dari pecinta Madrasah Al-Manshurah Ambon (Abdussalam) atau Direktur Ma'had Al-Bayyinah (Agus Su'aidi), atau para simpatisannya. (Afifudin tertawa berbahak-bahak) ini bukti kalau Afifudin membeo ke Luqman, Luqman di mata dia adalah seolah-olah sebagai ulama, kalau Afif mau kembali kefitrohnya sebagai seorang Sunny Salafy, tentu ketika dia menghadapi perkara besar seperti ini, dia akan berhubungan dengan ulama, baik lewat telpon atau datang langsung ke ulama semisal Asy-Syaikh Al-'Allamah Robi' bin Hadi Al-Madkholi hafidzahullah, namun sifat membeo telah lengket padanya. Dan diantara bukti pembeoan Afif terhadap Luqman, ketika kami mampir di Mushalla Graha IPTEKDOK UNAIR kami berpapasan dengan Afif di depan pintu masuk Mushalla, kemudian dia bertanya kepada kami: Apa ustadz Irwan sudah pulang (dari Yaman)? Kami menjawab: Iya sudah! Ada yang tanya: Siapa ustadz Irwan itu? Afif menjawab: Dia dulu dari Al-Furqan, sekarang di di Yaman (Dammaj), ana ke sana dia sudah ada, ana pulang dia masih di sana, ana mau nawarkan dia untuk ngajar di Al-Bayyinah (setelah penerimaan santri baru/program diniyyah angkatan II) tapi ana masih nunggu dari Ustadz Luqman, karena katanya dia masih bermasalah!. Luqman berkata: Luqman Ba'abduh dikatakan jahil…. Kami katakan apakah Luqman tidak terima? Karena anta merasa setingkat dengan syaikh Yahya? Karena sekarang anta sudah jadi rujukan, sekarang mana itu nama-nama yang mendapat pujian dari syaikh Yahya yang selayaknya mereka jadi rujukan. (sekadar contoh) Asy-syaikh Muqbil berkata [ketika dars umum]: Untuk seluruh orang-orang 'ajm [non Arab] jawab pertanyaan ini! Kecuali Dzulqarnain! Syaikh Muqbil memuji beliau karena sering menjawab, namun ketika balik ke Indonesia di mata Luqman dkk-nya beliau tidak ada apa-apanya. Sungguh masih teringat pada kami perkataan Askary ketika mentahdzir Al-Ustadz Dzulqarnain: Kita tahu Dzulqarnain hafal Shohih Bukhari, tapi…….,[berkata Al-Ustadz Abu Arqom: Setahu ana beliau hafal Shohih Muslim], dan kami (khadhir) menyaksikan pula ketika shalat tarawih di bulan Ramadhan bahwa beliau hafal Al-Qur'an. Adapun Luqman?!. Luqman berkata: Omongan-omongan kotornya itu, Subhanallah, persis Al-Hajuri. Tanggapan: Anta katakan begitu kepada syaikh Yahya Al-Hajuri, kenapa tidak katakan kepada temanmu sendiri yang bernama Kholifah (Direktur Ma'had Darul Atsar Gresik), ketika membaca bukunya (Adzakhiroh An-Nafisah) pada kajian bab nikah, sampai mengupas sangat fulgar dengan bahasa kampungan, yang dibaca ba'da maghrib, padahal banyak anak-anak dan yang akibatnya menyebabkan banyak santri yang bergegas untuk menikah, sehingga ada salah seorang langsung pulang kedaerahnya untuk menikah sesampainya di daerahnya malah futur. Luqman berkata: Dia (syaikh Yahya, ed) menceritakan bahwa dia di Inggris dia berjalan-jalan yang di sana dipenuhi dengan orang-orang homo. Ana lewat jalan-jalan penuh dengan wanita yang 'uryanin, subhanallah. Yang satu dengan pacarnya, wa perempuan dengan anjingnya, (Luqman berkata): Ana mau pergi tapi ini masjid. Tanggapan: Ini ada dua pelajaran penting yang perlu dipetik: Pertama: Pelajaran tentang masalah manhaj. Kedua: Pelajaran tentang masalah ahkam. Pertama: Pelajaran tentang masalah manhaj. Kalau seandainya Luqman bermanhaj yang lurus, tentu ketika dia mendapati orang-orang yang berkata dengan perkataan batil, maka ada dua pilihan baginya,dia membantahnya atau dia berpaling (meninggalkannya). Kalau Luqman menyangka apa yang diceritakan oleh Syaikh Yahya adalah batil, maka seharusnya dia membantah atau berpaling dari majelisnya, hal ini dalam rangka melaksakan perintah Allah 'azza wa jalla: وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ "Dan apabila kamu melihat orang-orang yang mengolok-olok (melecehkan) ayat-ayat Kami, maka berpalinglah kamu dari mereka, sampai mereka berkata dengan perkataan yang lain". (Al-An'am: 68). Ini merupakan prinsip Ahlussunnah yang paling penting, dan merupakan manhaj Ahlussunnah, kenapa Luqman tidak berpaling (meninggalkan majelis) karena dia meyakini syaikh Yahya di atas kesalahan? tapi dia tetap duduk maka dari sini sungguh benar perkataan syaikh Yahya: Luqman adalah orangnya plin-plan. Dan kalau apa yang diyakini Luqman bahwa syaikh Yahya diatas kesalahan karena menceritakan kisah da'wahnya ke Inggris, tentu ketika itu langsung para ulama di Dammaj mengkritik atau menasehati syaikh Yahya, tapi semua ulama mendiamkan, kemudian muncul Luqman dengan berpenampilan beda. Kedua: Pelajaran tentang masalah ahkam Sungguh benar-benar Afif telah membeo dengan sebesar-besar pembeoan kepada Luqman, kenapa Afif diam? Padahal disaat dia isi kajian di Mushalla Graha IPTEKDOK FK UNAIR ketika membahas hadits: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada seorang wanita". Afif berkomentar: …..ia memang kalau lihat dari segi dunia atau bangunannya serba maju, seperti Inggris, namun di sana itu lebih jelek, perempuan di jalan-jalan telanjang, ada yang main dengan anjingnya, ada yang……. Kok tahu? Kebetulan Syaikhuna Yahya Al-Hajuri pernah da'wah ke sana. Di sini Afif tidak sedikitpun berprasangka jelek kepada syaikh Yahya! Namun Luqman lebih buruk prasangkanya. Adanya keinginan Luqman untuk pergi (meninggalkan) majelis karena didasari anggapan bahwa apa yang diceritakan oleh Syaikh Yahya adalah batil, tidak sepantasnya diceritakan. Maka kami katakan ini sangat jelas bertentangan dengan nash. Sekarang jawab pertanyaan kami: Apakah Allah 'azza wa jalla senang dan ridha terhadap para wanita yang thawaf di Ka'bah dengan telanjang? Apakah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan wahyu tersebut ikut senang dan ridho? Apakah ketika empat orang saksi mendapati orang yang sudah menikah berzina, anta katakan mereka senang? Kalau seandainya menurut sangkaan busuk anta seperti itu jika mereka senang tentu mereka tidak akan sampaikan ke hakim tapi justru mereka akan ikut antri. Apakah Luqman berani mau mengatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak punya malu, bagaimana komentar Luqman dengan apa yang diceritakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini: كانت بنو إسرائيل يغتسلون عراة ينظر بعضهم إلى سوأة بعض وكان موسى عليه السلام يغتسل وحده فقالوا والله ما يمنع موسى أن يغتسل معنا إلا أنه آدر قال فذهب مرة يغتسل فوضع ثوبه على حجر ففر الحجر بثوبه قال فجمع موسى بأثره يقول ثوبي حجر ثوبي حجر حتى نظرت بنو إسرائيل إلى سوأة موسى "Adalah bani Israil (kebiasaan) mereka mandi (dalam keadaan) telanjang, sebagian mereka melihat aurat sebagian yang lainnya, dan adalah Musa 'alaihis salam mandi sendirian (ke tempat yang lain), maka mereka (bani Israil) berkata: Demi Allah, tidaklah yang menghalangi Musa 'alaihis salam untuk mandi bersama kita melainkan karena dia memiliki kelainan (penyakit kulit), Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Suatu waktu Musa pergi mandi, dan meletakan pakaiannya di atas batu, tiba-tiba batu berjalan (membawa lari) pakaiannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Maka Musa menelusuri jejaknya, Musa berkata: Bajuku (wahai) batu, bajuku (wahai) batu, sehingga bani Israil melihat aurat Musa. (HR. Muslim, dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu). Jika Luqman mau katakan: Syaikh Yahya ridha dan senang karena ketika ceritakan sambil tertawa, maka kami tanya: Bagaimana komentar anta terhadap ahli ibadah (Juraij) yang ketika diseret kehadapan para pelacur Juraij tersenyum! Apakah anta berani katakan dia senang dengan para pelacur? Kenapa anta tidak tanya ke Syaikh Yahya, sebagaimana Bani Israil bertanya kepada Juraij? Apa anta tidak pernah lewati kisahnya? (Silahkan baca dan hafal haditsnya di Kitab Al-Adabul Mufrad, bab Birrul wa Lidain karya Al-Imam Al-Bukhari). Dan ingatlah wahai Luqman dan para pembeo: Kalau Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin Yahya hafidzahullah senang dan ridho tentu beliau akan terus menerus keluar da'wah ke Inggris atau negara-negara selainnya, sebagaimana keluarnya kalian untuk da'wah ke kampus-kampus atau tempat-tempat lainnya, yang kalian senang dengannya sehingga terus menerus ke sana! Luqman Memposisikan Diri Sebagai Ulama dan Umara - Sebagai Ulama 1. Luqman berkata (tentang syaikh Yahya-ed): Thoyyib, ente ya akh keluar da'wah kesana mau da'wah atau cerita syawari London? 2. Luqman berkata (ketika memuji Yaasin sebagai pengajar Dammaj): Seperti al-akh Yaasin, Yahya Al-Hajuri waktu itu masih mutar-mutar besi cor di kolong-kolong, dia sudah ngajar. 3. Luqman berkata: Di Dammaj Al-Hajuri berbicara ana hadir di majelisnya Tanggapan: Memang Luqman ini persis "gaya" dan "mode"nya seperti penjual obat yang pandai dan lincah dalam berkata, banyak yang tertipu dengan trik-trik liciknya, kalau Yaasin dia puji melebihi syaikh Yahya, gerangan apa yang menghalangi si Luqman untuk mengatakan syaikh kepada Yaasin? Kenapa hanya mengatakan al-akh Yaasin? Apa karena Luqman sudah syaikh jadi memanggil [syaikh] yang lainnya dengan seperti itu? Lagaknya sungguh luar binasa! Berkata para pembela Luqman: Tidak mengapa Luqman memanggil syaikh Yahya akh atau ente, kan sama-sama murid syaikh Muqbil! Ini persis yang dikatakan oleh Kholiifah (tepatnya di teras Masjid Darul Atsar Gresik), ketika ada yang sampaikan bahwa syaikh Yahya mentahdzir Abdurrahman, dengan santai sambil makan anggur, Kholiifah berkata: Wong sama-sama murid syaikh Muqbil! Tanggapan: Apa Luqman, Kholiifah dkk, mau menyamakan orang-orang Badui (yang datang di majelis (bertanya) kepada Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam sama dengan Abu Hurairah (dari sisi keilmuan)? Apakah Umar (atau Kholid bin Walid) tidak mentahdzir Dzulkhuwaisaroh karena dia juga ikut menyisip kebarisan kaum muslimin? Terus siapa yang mengatakan: Biarkan saya wahai Rasulullahuntuk memenggal lehernya! Apakah Umar atau Kholid tidak pantas mentahdzirnya? Luqman berkata: Di Dammaj Al-Hajuri berbicara ana hadir di majelisnya Tanggapan: Inilah bukti kepandaiannya dalam menyusun kata-kata, sehingga orang-orang akan memahami, oh kebetulan saja Luqman hadir di majelisnya, jadi dia tidak membuat gambaran kalau dia murid syaikh Yahya atau sedang mencari faedah kepada Syaikh yahya! Kami katakan: Bagus, memang sebaiknya tidak perlu ngaku dia sebagai guru anta, begitu pula syaikh Muqbil tidak layak Luqman mengakuinya sebagai guru karena penyelisihannya terhadap syari'at Islam yang mereka ajarkan! - Sebagai Umara' Setelah naik pangkat Luqman dengan penuh percaya diri, seolah-olah telah dilantik sebagai PANGLIMA TERTINGGI NEGARA sehingga berani mengeluarkan SPPD (surat perintah penggalangan dana) kesetiap pelosok Nusantara, ketika merencanakan pengadaan daurah Nasional dengan pembicara dua orang Hisbi (Abdurrahman/Abdullah) selembar kertas penggalangan dana atas nama Yayasan Asy-Syaria'ah dengan nama Qomar ZA dengan stempel Asy-Syari'ah, Luqman sebagai ketua panitia (1428 H) merasa bangga karena berhasil mengadakan dauroh dengan mendatangkan dua orang yang dia cintai. Dan Luqman sangat murka karena dua orang itu tidak diperkenankan datang ke Indonesia (1429 H) sehingga Luqman pun mengeluatkan fatwa pemboikotan buku-buku yang dinilai pemiliknya adalah orang yang memusuhi dua orang yang dia cintai tersebut. Jika ada yang berkata: Mengenai SPPD itu Luqman tidak tahu menahu? Kami katakan: Bukankah daurah (1428 H) dia ketua panitia? Lagi pula ini agenda/program yayasan Asy-Syari'ah yang dicanangkan setahun sekali (dan ini kegiatan besar) dan sangat mustahil ketua panitia (juga penasehat majalah Asy-Syari'ah) tidak tahu! Biaya pemasangan iklan di majalah Asy-Syari'ah saja membutuhkan musyawarah dengan Luqman apalagi yang lebih besar dari itu!. Luqman berkata: Ummat ini ya ikhwah butuh seperti syaikhuna Muqbil rahimahullah penuh hikmah, dinasehati ditelpon disurati kalau ada yang menyimpang. Tanggapan: Pandainya berkata! Terus siapa yang mentahdzir beberapa asatidz dikarenakan mereka tidak mau kalau majalah Asy-Syari'ah disebarkan disekitarnya? Apakah Luqman dkk nasehati mereka dulu ataukah langsung beramai-ramai mentahdzir?. Padahal majalah ini persis majalah bisnis, setor uang dari agen ke (Asy-Syari'ah) sirkulasi/keuangan lewat saluran ribawi, biaya pasang iklan perlembar belum lagi jual belinya, juga iklan-iklan bisnis bertameng da'wah termuat di dalamnya! Luqman katakan syaikh Yahya langsung tahdzir (tanpa hikmah dan nasehat dulu) ini menunjukkan kalau Luqman pura-pura bodoh atau memang bodoh benaran! apa belum sampai kitab Mukhtashar Bayan ditangan mereka? Luqman berkata: Ana bilang kepada yang baru pulang dari Yaman itu satu diantara dua kemungkinan, imma komitmen dan akan mengalami kesulitan dalam berda'wah, atau mereka akhirnya hizbi kaya kita, tasawul pondoknya kurang dananya akhirnya kirim ke muhsinin, telpon kepada muhsinin, inikan sudah hizbi, ini tawasul, imma jadi hizbi kaya kita, wa imma sulit berda'wah, pilih salah satu!. Tanggapan: Apakah syaikh Muqbil (yang Luqman berdiri di balik namanya; yang Luqman mengaku muridnya) kesulitan da'wahnya karena tidak minta-minta? Apakah orang yang kalian hina (Asy-Syaikh An-Nashih Al Amin Yahya Al-Hajuri) sulit da'wah karena tidak minta-minta? Adapun Ma'had As-Salafy Jember (yang diasuh Luqman dkk), begitu juga Ma'had Al-Bayyinah Gresik dan yang lainnya sudah minta-minta, belum lagi uang sarana prasarana (uang muka), SPP dll, tapi tetap masih terus minus. Apakah Luqman dkk tidak malu mati-matian mengaku muridnya syaikh Muqbil dalam keadaan syaikh Muqbil sangat murka dengan minta-minta? Apakah Luqman dkk tidak malu terhdapa syaikh Muqbil karena berani menyakiti kholifahnya? Luqman berkata: Imma jadi hizbi kaya kita! Tanggapan: Kami bersyukur kepada Allah 'azza wa jalla karena kami belum mengatakan kepada kalian hizbi, namun kalian telah mendahului kami mencap diri-diri kalian sebagai hizbi, maka kami katakan: Betobatlah kalian dari pengakuan seperti itu, walaupun main-main atau pelecehan/olok-olokkan, ingatlah perkataan Allah 'azza wa jalla: يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلَّا أَنْ أَغْنَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ Ditulis oleh: Abul 'Abbas Khadhir Al-Mulky Dammaj, 3 Muharram 1430 H