Posisi khothib Jum’ahSaat Berkhothbah Di Atas Mimbar Sesuai SunnahDitulis Oleh:Abdul Qodir bin Fauzi Al MinangkabawiyDi Darul Hadits Dammajحرسها اللهPengantar Penulisالحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم على محمد وآله أجمعين أما بعد:Telah datang pertanyaan dari sebagian ikhwah di tanah air sangat ingin menyesuaikan dirinya dengan sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم , dengan teks soal sebagai berikut:Pertanyaan: Yang mana kuat dalilnya, apakah di tingkatan kedua atau ketiganya mimbar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berdiri ketika khutbah?, jazakallohukhoiran.Maka saya akan berusaha menyampaikan jawaban sebatas apa yang Alloh ajarkan pada kami melalui para ulama kami, dengan berpegang pada dalil-dalil yang nampak, dan hanya Alloh sajalah yang paling tahu. Datang sebuah hadits dari Anas bin Malik rodhiallohu’anhu di “Sunan Imam Ad Darimi rohimahulloh” dan lain-lain (dihasankan oleh Syaikh Muqbil rohimahulloh di “Al Jami’ush Shohih” (no. 1101) dan dishohihkan oleh Syaikh Yahya hafizhohulloh di “Ahkamul Jum’ah” (hal. 220):أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقوم يوم الجمعة فيسند ظهره إلى جذع في المسجد فيخطب الناس، فجاءه رومي، فقال: ألا أصنع لك شيئا تقعد عليه وكأنك قائم؟ فصنع له منبرا له درجتان، ويقعد على الثالثة، فلما قعد نبي الله صلى الله عليه وسلم على ذلك المنبر، خار الجذع كخوار الثور حتى ارتج المسجد حزنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فنزل إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم من المنبر، فالتزمه وهو يخور، فلما التزمه رسول الله صلى الله عليه وسلم، سكن، ثم قال: «أما والذي نفس محمد بيده لو لم ألتزمه، لما زال هكذا إلى يوم القيامة حزنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم»، فأمر به رسول الله صلى الله عليه وسلم فدفن“Bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم dulu sering berdiri pada hari Jum’ah, maka beliau menyandarkan punggung beliau ke batang korma di masjid, lalu beliau berkhothbah di hadapan manusia. Lalu datanglah seorang romawiy seraya berkata: “Maukah Anda untuk saya buatkan sesuatu yang Anda bisa duduk di atasnya seakan-akan Anda berdiri?” maka dia membuatkan untuk beliau sebuah mimbar yang punya dua tingkatan, dan beliau duduk di atas tingkatan yang ketiga. Ketika Nabi صلى الله عليه وسلم duduk di atas mimbar tersebut, melenguhlah batang pohon tadi seperti lenguhan sapi hingga bergetarlah masjid, karena dia sedih ditinggalkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم . maka turunlah Rosululloh صلى الله عليه وسلم dari mimbar dan mendatanginya, lalu memeluknya dalam keadaan dia terus melenguh. Setelah Rosululloh صلى الله عليه وسلم memeluknya diapun tenang kembali. Lalu beliau bersabda: “Demi Dzat Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, andaikata aku tidak memeluknya pastilah dia terus-terusan demikian sampai hari kiamat karena sedih terhadap Rosululloh صلى الله عليه وسلم .” lalu Rosululloh صلى الله عليه وسلم memerintahkan untuk batang kayu tadi dipendam.Dari hadits ini kita dapatkan gambaran bahwasanya mimbar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam memiliki dua anak tangga dan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam duduk di anak tangga ketiga (yaitu di mimbarnya), kaki beliau ada di anak tangga kedua. Dan akan lewat penjelasan bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berdiri di atas anak tangga kedua saat berkhuthbah, insya Alloh. Syaikh Yahya Al Hajuriy hafizhohulloh mengatakan di kitabnya “Ahkamul Jum’ah” hal.222 bahwasanya hal itu tidaklah dipertentangkan dengan sebuah hadits yang shohih di “Adabul Mufrod”, yaitu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ketika menaiki anak tangga pertama berkata “aamiin” lalu ketika menaiki anak tangga kedua berkata “aamiin” lalu ketika menaiki anak tangga ketiga berkata “aamiin”, yang mana, ini meskipun ada kritikan pada sisi pendalilannya akan tetapi bisa dibawakan maknanya kepada duduknya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam di atas anak tangga ketiga (yaitu mimbar) lalu mengucapkan “aamiin”, dan duduknya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam ini teranggap menaiki anak tangga tersebut, kemudian turun ke anak tangga kedua lalu berkhutbah. Ini adalah sebagai penggabungan makna dari hadits-hadits yang ada. Bahkan Syaikh Yahya hafizhohulloh memberi bab di dalam kitabnya “Ahkamul Jum’ah” hal. 226 : “Seorang Imam, apabila menaiki mimbar maka dia berdiri di atas anak tangga kedua dan menghadap ke arah manusia kemudian mengucapkan salam kemudian duduk”, dan membawakan ihtimal dalil dari perkataan Imam Asy-syafi’iy rohimahulloh, berkata Syaikh Yahya Hafizhohulloh: “Dan berkata Imam Asy-syafi’iy rohimahulloh di “Al-Umm” (1/200): “Dan telah sampai kepada kami dari salamah ibnul Akwa’ rodhiallohu’anhu bahwasanya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berdiri di atas anak tangga yang sebelum tempat istirahat (yaitu berdiri di atas anak tangga kedua), kemudian mengucapkan salam, kemudian duduk sampai muadzdzin menyelesaikan adzan, setelah itu beliau shollallohu’alaihi wa sallam berdiri lalu berkhutbah. Dan hadits ini dinukil oleh Alhafizh Ibn Hajar rohimahulloh di “Attalkhishul Habir” dan dia tidak memberi komentar.” Selesai.Dan Syaikh Muhammad bin Hizam hafizhohulloh juga merojihkan ini, berkata Syaikh Muhammad bin Hizam hafizhohulloh: “Yang rojih dalam masalah ini adalah berdiri di atas anak tangga kedua dan duduk di anak tangga ketiga, sebagaimana yang kita lakukan di sini (di Dammaj).” Selesai.Demikianlah jawaban yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan yang singkat ini, wallohu a’lam bishshowab.والحمد لله رب العالمينDammaj, 22 Rojab 1433 H
إعـــــــلان
تقليص
لا يوجد إعلان حتى الآن.
Posisi khothib Jum’ah Saat Berkhothbah Di Atas Mimbar Sesuai Sunnah
تقليص
X